• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • Daftar Penerima Tunjangan Khusus Daerah Terpencil (Dikdas SD-SMP) Tahun 2013
  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • Aku Pingsan disambar Geledek
  • Mengembalikan Akhirat Sebagai Makanan Utama, Dunia sekedar Lauknya

Inspirasi

  • Pangdam IM Mayjen TNI Moch. Fachrudin Beri Beasiswa Kepada Bocah Penemu Energi Listrik
    Naufal Raziq sedang Berdiskusi dengan Pangdam IM Mayjen...
    Jun 03 2017 | Read more
  • #64TahunCakNun, Imam Bangsa
    “Ndhek dunyo iki alah mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah....
    May 27 2017 | Read more
  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
    NAMA aslinya Agung Prasetyo, lebih dikenal dengan sebutan Agung BH...
    May 25 2017 | Read more
  • Kisah Khamim, Pemuda Asal Pekalongan Yang Naik Haji Dengan Jalan Kaki
    pejalansunyi.id | NAIK haji dengan jalan kaki. Siapapun yang mendengar...
    May 25 2017 | Read more
  • Angkot Pustaka: Upaya Menggiatkan Literasi di sela Mengais Sebutir Nasi
    Pejalansunyi.id | BAGI insan pendidikan, bulan mei tak mungkin...
    May 08 2017 | Read more

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Reportase Maiyah / KENDURI CINTA APRIL 2013: Bergembira Bersama Kiai Kanjeng dan Mbak Via

Monday, April 15, 2013

KENDURI CINTA APRIL 2013: Bergembira Bersama Kiai Kanjeng dan Mbak Via


TEPUK TANGAN riuh rendah dari jamaah begitu Kiai Kanjeng membunyikan gamelan. Di vokal ada Mas Zainul Arifin dan Mbak Via, menyanyikan lagu Kelahiran.

“Tadinya saya bilang nggak bisa waktu diajak Cak Nun untuk nge-jazz, karena saya ini kan penyanyi pop, nggak bisa nyanyi jazz yang meliuk-liuk. Di bayangan saya jazz itu kan keren. Tapi lalu Cak Nun menjelaskan apa yang dimaksud jazz di sini, maka saya baru ngerti,” Mbak Via menyapa jamaah, “Saking senengnya Kiai Kanjeng mau main jazz, terus bikin baju baru. Tak pesenke ning tonggoku.”

“Setelah mendengar penjelasan Cak Nun mengenai jazz, lho kalau begitu ternyata setiap hari kami ini nge-jazz. Nomor satunya keikhlasan, kadang nggak latihan untuk memunculkan spontanitas. Setiap pentas kita selalu nge-jazz, karena nggak pernah tahu lagu apa yang mau dibawakan. Kadang sudah menyiapkan lagu ini, tapi di panggung, Cak Nun menyuruh kami membawakan lagu yang lain. Karena Cak Nun itu Mr. Suddenly.”

Lagu kedua dari Kiai Kanjeng dan Mbak Via ada Tembang Setan, lalu disusul dengan Semua Bernyanyi, dan kemudian Gundul Pacul.

Kolaborasi Kiai Kanjeng dan Inna Kamarie

Sesi ketiga, kolaborasi antara Kiai Kanjeng dan Mbak Inna Kamarie, membawakan tiga lagu. Yang pertama lagu Menungso dengan beberapa adaptasi, lagu kedua Someone Like You; lagu ketiga Summer Time.

Tiga Tingkat Jazz

“Jadi ada tiga tingkat jazz yang akan saya jelaskan pada Anda,” Cak Nun menyampaikan konsep mengenai jazz, “Jazz itu ada outputnya di bidang musik, ada outputnya di bidang kebudayaan yang lebih luas, dan ada outputnya di bidang kehidupan yang bukan hanya budaya tapi juga ada agama, politik, ekonomi. Jazz itu satu sikap hidup, satu cara memperlakukan hidup. Dia berpedoman pada sifat Tuhan. Sifat Tuhan yang pertama itu selalu menguak yang gaib. Kalau Allah itu ‘alimul ghoib, Mengetahui segala yang gaib. Kalau manusia mempelajari segala yang gaib.”

Jazz adalah pekerjaan untuk selalu mencari peluang-peluang yang belum pernah ada, selalu melakukan ijtihad atau jihad hati dan pikiran, mencari kemungkinan-kemungkinan. Dan itu bisa terjadi bukan hanya pada musik.

“Maka di dalam Islam ada jazzakumullah. Jadi jazz ini orang yang sudah mendapat ijazah. Kalau di kalangan kiai, ijazah diberikan pada santri yang sudah dianggap pantas untuk mencapai suatu level dan dia dikasih kepercayaan untuk melakukan pekerjaan yang lebih tinggi atau lebih besar. Kemudian kata ‘ijazah’ direbut oleh dunia sekolahan yang sangat kapitalistik seolah-olah dari mereka.”

“Jazz itu sikap hidup, jadi tidak setiap orang punya kewajiban untuk seperti Beben yang mengaplikasikannya dalam aransemen dan composing nada dan irama. Orang boleh menerapkan watak jazz itu di berbagai bidang. Anda kalau berdagang tidak jazzy ya gitu-gitu aja. Anda harus menguak kemungkinan-kemungkinan baru. Anda harus ber-ijtihad. Anda harus kembali pada dasar, yaitu orang hidup itu cuma ada tiga : Anda milih untuk ijtihad (inovatif dan kreatif), ittiba’ (mengikuti sesuatu yang dipahami), atau taqlid (anut grubyuk, pokoke melok).”

“Tapi ini tidak berlaku untuk orang pikun. Orang pikun tidak terikat pada tiga hal itu. misalnya dia lupa bahwa dirinya presiden, maka dia jadi Ketua Partai Demokrat. Itu pikun. Dia pikir puncak kariernya adalah menjadi ketua partai, padahal dia sudah presiden. Dan itu tidak bisa disalahkan karena dia pikun. Jadi Anda jangan marah-marah. Ini saya selalu mencarikan alasan supaya semua orang masuk surga. Enak to nek karo aku.”

“Jadi Kiai Kanjeng ini bersikap jazz, tapi mereka tidak punya peluang untuk bener-bener menciptakan output musikal karena waktu mereka digunakan untuk melayani masyarakat secara sosial, kebudayaan, dan agama. Maka jazz-nya muncrat-muncrat pada berbagai hal. Output musik sedikit-sedikit ya bisa, tapi tidak bisa secara total menjadi musisi jazz karena waktu. Nek ndelok raine kan gak cocok blas, jan ra ono potongan. Maka di luar negeri mereka selalu diremehkan awalnya, tapi setelah selesai bermain orang-orang menciumi tangan mereka.”

Baca Juga

  • Sastra dan Tiga Gelombang
  • Ngaji, Bershalawat, dan Bersyukur Bersama
  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
“Mereka kalau sudah sampai pada puncak jazzy-nya selalu merem. Waktu di Conservatorio, pusat musik klasik di Napoli – kotanya Maradonna waktu dia main sepakbola, mereka mainnya sampai memejamkan mata. Tangannya sudah nggak tahu ke mana. Begitu sukses waktu itu, karena orang Italy nggak ngerti not gamelan.”

“Tapi mereka nge-jazz di wilayah kedua, yaitu di wilayah kebudayaan. Misalnya, tadi Mbak Inna menyanyikan lagu Menungso, itu kan lagu Jawa asli, tapi kemudian oleh Sabrang di-Bahasa Inggris-kan menjadi Man on the land.”

Kiai Kanjeng membuktikan bahwa sesungguhnya tidak ada bedanya manusia di dunia ini. Kenapa kemudian jazz hanya ada di Amerika? Kalau blues di New Orleans, di Chicago? Kenapa jazz hanya berbentuk seperti itu tadi? Kenapa tidak mungkin dia muncul di warung-warung, tidak muncul di perilaku-perilaku yang penuh terobosan?

Kiai Kanjeng menyambung semua kemungkinan kebudayaan itu. Misal, pernah lagu Israel, lagu Arab, lagu Jawa, diuleg jadi satu oleh Kiai Kanjeng. “Kenapa tiba-tiba kamu menjadi orang Arab, orang Yahudi, orang Jawa? Wong kamu berasal dari gen yang sama.”

“Kita semua terkotak-kotak dan dan akan menyatu kembali dengan watak jazz. Kalau tidak, manusia tidak akan pernah bersatu lagi.”

Bahkan tidak ada yang membayangkan bahwa puncak jazz adalah tilawatil Quran. Se-jazz-jazz-nya musik, dia masih memerlukan kunci awal, masih ada disiplin, meskipun dia cari peluang masuk di antara dua ketukan. Tapi qiro’ah, tidak memerlukan kunci awal dan setiap titik bunyinya merupakan improvisasi.

“Qori’ adalah pelaku jazz yang sebenarnya, kecuali yang kuliah akhir-akhir ini karena mereka kemudian dipaket-paket, ada qiro’ah sab’ah, ada model Mesir, model apa. Kalau jazz ya sakmodel-modele.”

“Level ketiga adalah nggak cuma di kebudayaan, tapi sampai ke agama dan segala macam. Anda jangan menyangka lagu Summer Time itu lagu Amerika. Ya memang dari Amerika, tapi apakah Anda pernah mempelajari nasabnya? Kayak kata ‘jazz’ itu dari mana? Dalam Bahasa Inggris tidak ada lho kebiasaan kata j-a-z-z. itu pasti agak Arab-Arab dikit. Dalam habitat Bahasa Inggris kata ‘jazz’ itu kan aneh.”

“Kayak lagu Summer Time, orang mendengarkannya kan tergantung pada khasanah sejarahnya. Kalay kayak saya, saya pernah hidup di Amerika dalam kesengsaraan, jadi saya nggak bisa romantik dengan summer time. Apalagi saya kemudian direpotin dengan Negro-Negro; saya mendidik mereka untuk bisa jadi manusia modern, dan itu susah banget.”

“Dan, di dalam jazz tidak ada lho yang namanya fals. Kalau Anda ngomong ada suara fals, itu buakn fals tapi tidak pada tempatnya. Seharusnya bukan dia yang nongol, tapi kok dia. Misalnya Do kurang dikit, lho kenapa dia di situ?”

“Yang disebut fals sebenarnya adalah kekeliruan manajemen, karena seluruh benda, bunyi, dan apapun saja dalam kehidupan ini, dijamin oleh Tuhan tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang mubadzir.”

“Kalau mau cari fals, itu adalah menteri yang seharusnya tidak jadi menteri. Ini kan serba fals semua, dan karena semuanya fals, maka menjadi satu harmoni. Presidene fals, partaine fals, menterine fals, saiki rakyate melu fals sisan.”

Cak Nun kemudian meminta untuk dibunyikan kembali lagu Summer Time, dan Beliau menyanyikan sholawat dalam iringan musik tersebut.

“Ini bukan pementasan, ini memberi contoh kepada Anda bahwa Anda bisa melakukan terobosan-terobosan. Saat ini Indonesia sedang buntu berat, kalau Anda tidak punya daya terobosan dalam hidup Anda, Anda mau nunggu siapa? Anda yang harus melakukannya sendiri. Jadi sebenarnya jazz ini dzikir, yang mengingatkan Anda kalau Anda bisa menembus.”

“Dalam pola-pola pembacaan Alquran maupun dialek etniknya, ada 7 macam. ‘Alimul ghoibi wa syahadah merupakan sifat Tuhan yang utama. Allah itu menguak kegaiban. Dia menyaksikan dan mengalami. Dia menyamar seolah belum tahu, padahal kan dia juga yang bikin, itu semata-mata untuk supaya kita belajar menjadi muta’alimul ghoibi wa syahadah.”

“Pada ayat lain Tuhan bilang, ‘Wahai jin dan manusia!’ Selalu jin dulu, baru manusia. Ini belum ada tafsirnya – mau Jalalain, Ibnu Katsir. Kenapa jin dulu yang disebut? Karena manusia kalau meningkat dia akan menjadi jenius, maka dia menjadi bagian dari jin.” Sontak jamaah tertawa terpingkal-pingkal.

“Pernah ada pentas jazz pake ngaji? Itu karena kurang jazz! Bagaimana dunia ngaji nyambung banget sama jazz. Sehebat-hebatnya jazz dia masih pakai gitar, tapi ngaji, sudah nggak ada bunyi alat musik yang berani berbunyi saking utuhnya improvisasi entitas ngaji itu.”

Cak Nun kemudian memperdengarkan satu dialek ngaji yang terdengar ‘tradisional’ dan sangat Jawa. Tapi rupanya itu bukan Jawa, melainkan Sudan.

“Ini juga terobosan. Boleh dong ada jazz Arab, jazz Jawa. Palaran-palaran itu juga jazzy sekali. Mari kita men-jazz-kan dunia.”

“Silahkan ikut naik untuk Sudjiwo Tedjo! Pak Tedjo ini vokalnya terbaik, dia masuk surga karena suaranya,” Cak Nun menyambut Presiden Jancuker itu dengan gojegan, “Maksude sing mlebu surgo suarane thok, nek wonge mbuh.” [2]

Sumber : Kenduricinta.Com

Tweet

Related Posts

  • Beda Antara Ilmu dan Makrifat Reportase Pengajian Padhangmbulan 19/11/2002 (2)"Ilmu berasal dari kata 'aalima: mengetahui secara mendalam. Kalau a
  • Pengajian Padhang Mbulan 15/08/2011 (1) PENGAJIAN malam itu agak lain dari biasanya. Disamping bertepatan dengan bulan puasa 1432 H, dari tempat parkir se
  • MAIYAH HONGKONG: Menemukan Ketepatan Bersedekah Lanjutan dari MAIYAH HONGKONG: Bikin Meja, Bukan Pidato Tentang Gergaji DALAM kesempatan itu juga mereka ngobrol u
  • "Qiyam....mu Lali" Reportase Kenduri Cinta Desember 2012 Ya ayyuhal muzzammil, qumillayla illa qolila.... Ya ayyuhal mud
  • Reportase Kenduri Cinta Maret 2013 ASONGAN AKHERAT PADA Jumat kedua bulan Maret, kembali terselenggara forum diskusi bulanan Kenduri Cinta di pelatar
  • Memaknai Revolusi Dalam Maiyah Reportase Mocopat Syafaat 2013 Catatan : Fahmi Agustian HUJAN cukup deras yang mengguyur tanah Jogja pada pertengah
KENDURI CINTA APRIL 2013: Bergembira Bersama Kiai Kanjeng dan Mbak Via
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Monday, April 15, 2013 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link KENDURI CINTA APRIL 2013: Bergembira Bersama Kiai Kanjeng dan Mbak Via sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi adalah ... read more
    Oct 12 2017
  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Tata Cara Pendaftaran Sertifikasi Guru Jalur Prestasi 2017
  • A. Persyaratan Peserta Sertifikasi Guru Guru di bawah ... read more
    Jun 18 2017
  • Pendaftaran Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2017 Jalur Prestasi
  • pejalasunyi.id - SERTIFIKASI adalah proses pemberian ... read more
    Jun 18 2017
  • Download PP No. 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 Tentang Guru
  • Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru ... read more
    Jun 12 2017
  • TANYA JAWAB PKB - GURU PEMBELAJAR TAHUN 2017
  • 1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENGEMBANGAN ... read more
    Jun 08 2017

    Arsip Blog

    • October (1)
    • June (14)
    • May (18)
    • April (2)
    • February (1)
    • January (1)
    • January (1)
    • November (1)
    • August (2)
    • July (2)
    • June (3)
    • May (13)
    • April (26)
    • March (30)
    • February (43)
    • January (50)
    • December (4)

    Resensi Buku

    BH, Emha Yang Gelisah, Emha Yang Bercerita
    Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
    Menyongsong Era Kecerdasan Baru: Totalitas Inteligensi
    Reformasi PT. Dengkulmu Mlicet
    Sisi Lain Sosok Muhammad SAW
    Tidak, Jibril Tidak Pensiun
    Merenungi Piwulang Kehidupan
    Change Your Soul, Change Your Life!
    MENGOPTIMALKAN KECERDASAN ANAK
    Hidup Sehat ala Saridin, Mati Serius ala Madura
    Guru Profesional Pembina Moral
    Kesadaran Mengambil Jarak

    Kategori

    Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik

    Followers

    Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

    Name Email Address important Content important

    Reportase Maiyah

  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Sastra dan Tiga Gelombang
  • BISAKAH kitab suci disampaikan tanpa sastra? Adakah kalimat ... read more
    Aug 03 2013
  • Ngaji, Bershalawat, dan Bersyukur Bersama
  • TANGGAL 27 Mei 2013 malam Kiaikanjeng, Progress, dan Jamaah ... read more
    Jun 04 2013
  • Mukadimah Kenduri Cinta Mei 2013: “Sumpah Berbisik"
  • Atas nama kemakmuran para penguasa mengklaim keabsahan ... read more
    May 07 2013

    Contact Form

    Name

    Email *

    Message *

    Artikel Random

    Memuat...
    Copyright © 2025 Pejalan Sunyi
    Template by Arlina Design