Pejalansunyi.id | BAGI insan pendidikan, bulan mei tak mungkin dilupakan. Sebab, tanggal 2 Mei selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ada yang unik pada peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini, ialah diundangnya para pegiat literasi yang telah berjuang tanpa pamrih menggelorakan minat baca bagi masyarakat indonesia yang, kata sejumlah survey, selalu menduduki tempat terendah.
Uniknya, para pejuang literasi yang diundang presiden itu bukan berasal dari kalangan akademisi, pustakawan, guru, atau profesor. Mereka ternyata adalah sopir angkot, sopir bemo, kuli bangunan, hingga tukang tambal ban.
Dikutip dari berbagai sumber, nama-nama pegiat minat baca yang diundang ke istana adalah Robianto, seorang kuli bangunan dari Kabupaten Cirebon, Sutino alias Kinong, seorang Sopir Bemo, Sugeng Haryono, seorang Tambal Ban, dan Pian Sopian, seorang Sopir Angkot.
Untuk nama yang terakhir, yaitu Pian Sopian, ia sesungguhnya terpengaruh oleh upaya rutin yang dilakukan isrinya, Elis Ratna, yang tak pernah kenal lelah dalam menggelorakan dunia baca. Istri Pian adalah seorang petugas perpustakaan di SDN Cisalak, Kabupaten Bandung. Menemani istrinya, Pian yang sudah bekerja sebagai sopir angkutan umum selama 20 tahun itu lalu tergerak untuk ikut membantu dengan menyediakan buku di angkot.
Trayek angkot Sopian dari kabupaten ke kota biasanya ditempuh dalam waktu dua jam, cukup bagi penumpang untuk membaca. Ia kemudian mengajak orang-orang membaca dengan menyusun rak sederhana di bagian belakang angkot dan mengisinya dengan buku-buku bacaan.
Elis menuturkan, angkot pustaka ini telah dioperasikan selama empat bulan dan mendapat sambutan positif dari para penumpang. "Kalau bapak-bapak suka buku kepribadian, kalau ibu-ibu banyak mau buku resep zaman sekarang," katanya. Kecintaan Elis pada dunia literasi bukanlah hal baru. Dalam beberapa tahun terakhir, dia telah mengoperasikan perpustakaan keliling dengan menggunakan motor, menawarkan bacaan gratis pada anak-anak di desa sekitar.
Pasangan suami istri itu mengatakan banyak mimpi yang ingin dia capai termasuk menyediakan perpustakaan sendiri di dekat rumahnya. "Banyak anak-anak kampung yang mungkin potensinya lebih baik dari orang kota. Anak-anak di sini butuh buku-buku dan pendidikan. Saya hanya menanamkan bahwa pendidikan hak segala bangsa. Walau saya bukan guru, minimal dengan membaca, mereka bisa melangkah mandiri," katanya. (*)
Angkot Pustaka: Upaya Menggiatkan Literasi di sela Mengais Sebutir Nasi
4/
5
Oleh
Admin
Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>