“Ndhek dunyo iki alah mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah. Aku
sampek tuwek ngene ki, gak leren. Bismillah yo, sampeyan kudu gembira.
Hidup gembira. Ojo tertekan oleh apapun, sebab sing ngisi ati sampeyan
Gusti Allah, Gusti Allah, Gusti Allah. Ngkok sampeyan ono tekanan opo
wae, tetep isoh tangi meneh, tetep isoh bangun meneh .” (Cak Nun)
Masih teringat jelas kelebat bayangmu sebelum meninggalkan Frankfurt
Airport. Pesan di penghujung Desember 2016 itu cukup menghujam. “Iki
(kondisi Indonesia) wes ga ono sek isoh ngatasi maneh.” Sampai pada 10
Februari 2017, Pandawayudha terbit di Harian Kompas (versi asli di web
CakNun.com). Puncak dari 9 tulisan lain yang terbit berurutan untuk
memperingatkan Indonesia. Setelah pasca Reformasi 1998 memilih menyepi
“meninggalkan pesta” dari TV Nasional dan Koran Nasional untuk menemani
orang--orang yang terpinggirkan dan terasingkan zaman. Serta 23 Mei lalu,
untuk pertama kalinya setelah sekian tahun lamanya meninggalkan Media TV
Nasional. Beliau kerso diwawancarai kembali dan ditampilkan rekaman
videonya dalam program Indonesia Lawyer Club (ILC) di TV One, setelah
lebih dari 3 Tahun Pak Karni Ilyas membujuk Beliau.
Cak Nun pernah ditawari menjadi Menteri pada era 80-an, tapi Beliau
menolak. Pun juga, ditawari menjadi Presiden, Beliau menolak. Beliau
lebih memilih mengisi siang-malamnya berkeliling dari satu alun-alun, ke
pelosok, lebih dari 40 tahun nggedhein hati rakyat. Ditengah segala
kebijakan yang banyak tak berpihak pada rakyat, sang pemilik kedaulatan
di Tanah Air.
Maka, ditengah Rimba Indonesia atau bahkan dunia semoga, saya, kami, dan
kita semua bisa terus berjalan ing margi kaleresan. Cak Nun pernah
menyampaikan, Guru itu bukan orang yang mengajarimu, tapi orang yang
kepadanya engkau belajar. Dan sampai detik ini saya teramat bersyukur
Indonesia memiliki sosok seperti Beliau. Sosokmu belum tentu ada 100
tahun lagi. Sebagai murid semoga bisa berjuang seteguh Bambang Ekalaya
pada Resi Drona, meskipun tidak seheroiknya, semoga bisa kecipratan
barokahnya.
Tak pernah saya jumpai ada sosok yang bisa bergaul dengan elit
pemerintahan sekelas Menteri namun juga sangat bersahabat dengan Pak
Gendong, Pak Becak di waktu yang sama, selain Cak Nun. Berkeliling
Inggris, Belanda, Vatikan menjadi Duta menampilkan Wajah Islam Rahmatan
lil ‘alamin, selain Cak Nun dan Kiai Kanjeng (Nama Gamelan). Sepak
terjang Cak Nun dan Kiai Kanjeng-nya dipelajari Profesor-Profesor
Amerika, Australia, Inggris, Mesir namun disia-siakan di negeri sendiri.
Anda tahu Cat Steven? Yang mualaf dan mengubah namanya menjadi Yusuf Islam. Beliau kembali
bernyanyi setelah bertemu Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Inggris tahun
2000-an lalu.
Beberapa hari lalu saya mencoba menulis setiap hari meskipun hari aktif
kerja, dan itu sangatlah tidak mudah. Tapi Cak Nun, mengisi pengajian
dari habis isya sampai hampir shubuh, menulis setiap hari, tidur hanya
beberapa jam. MasyaAllah, teramat jarang saya menjumpai sosok dengan
Energi Badar seperti Beliau.
Di era ini, tidaklah mudah menemui Sosok Manusia Junjungan seperti
Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Begitu santun akhlaknya. Terus menyuapi si
pengemis buta, meski setiap hari dihinanya. Beliau meninggalkan
popularitas demi bisa mendamaikan semuanya. Seringkali menjadi sasaran
uji coba pembunuhan namun Beliau tetap memaafkannya. Mempersaudarakan
Kaum Anshor (Tuan Rumah) dan Muhajirin (Pendatang). Rela berlapar,
mengganjal perutnya dengan batu, menginfakkan hartanya dan bergaya hidup
sederhana.
Meski susah menemukan sosok pejuang di segala lini seperti Kanjeng Nabi
Muhammad Saw, dengan segenap kedaulatan saya, saya memilih Imam yang
begitu cintanya Gondelan Klambinipun Kanjeng Nabi, yakni Muhammad Ainun
Nadjib (Cak Nun). Esensi Makmum ialah bisa mencontoh gerakan, daya juang
Sang Imam. Semoga diberi kesanggupan berjuang seperti Beliau. Alles
gute zum Geburtstag, Maulana Muhammad Ainun Nadjib.
Zwiefalten, Germany 1 Ramadlan 1438/27 Mei 2017
*)Tulisan NaWa di kompasiana.com. Perempuan dengan nama asli Nafisatul Wakhidah sedang terdampar di Forensic Psychiatrie,
Zwiefalten, Baden Wurttemberg, Germany. Satu dari sekian juta anak cucumu yang terdampar di Bumi-Nya.
“Ndhek dunyo iki alah
mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah. Aku sampek tuwek ngene
ki, gak leren. Bismillah yo, sampeyan kudu gembira. Hidup gembira. Ojo
tertekan oleh apapun, sebab sing ngisi ati sampeyan Gusti Allah, Gusti
Allah, Gusti Allah. Ngkok sampeyan ono tekanan opo wae, tetep isoh tangi
meneh, tetep isoh bangun meneh.” (Cak Nun)
Masih teringat jelas kelebat bayangmu sebelum meninggalkan Frankfurt
Airport. Pesan di penghujung Desember 2016 itu cukup menghujam. “Iki
(kondisi Indonesia) wes ga ono sek isoh ngatasi maneh.” Sampai pada 10
Februari 2017, Pandawayudha terbit di Harian Kompas (versi asli di web
CakNun.com). Puncak dari 9 tulisan lain yang terbit berurutan untuk
memperingatkan Indonesia. Setelah pasca Reformasi 1998 memilih menyepi
“meninggalkan pesta” dari TV Nasional dan Koran Nasional untuk menemani
orang-orang yang terpinggirkan dan terasingkan zaman. Serta 23 Mei lalu,
untuk pertama kalinya setelah sekian tahun lamanya meninggalkan Media
TV Nasional. Beliau kerso diwawancarai kembali dan ditampilkan rekaman
videonya dalam program Indonesia Lawyer Club (ILC) di TV One, setelah
lebih dari 3 Tahun Pak Karni Ilyas membujuk Beliau.
Cak Nun pernah ditawari menjadi Menteri pada era 80-an, tapi Beliau
menolak. Pun juga, ditawari menjadi Presiden, Beliau menolak. Beliau
lebih memilih mengisi siang-malamnya berkeliling dari satu alun-alun, ke
pelosok, lebih dari 40 tahun nggedhein hati rakyat. Ditengah segala
kebijakan yang banyak tak berpihak pada rakyat, sang pemilik kedaulatan
di Tanah Air.
Maka, ditengah Rimba Indonesia atau bahkan dunia semoga, saya, kami, dan
kita semua bisa terus berjalan ing margi kaleresan. Cak Nun pernah
menyampaikan, Guru itu bukan orang yang mengajarimu, tapi orang yang
kepadanya engkau belajar. Dan sampai detik ini saya teramat bersyukur
Indonesia memiliki sosok seperti Beliau. Sosokmu belum tentu ada 100
tahun lagi. Sebagai murid semoga bisa berjuang seteguh Bambang Ekalaya
pada Resi Drona, meskipun tidak seheroiknya, semoga bisa kecipratan
barokahnya.
Tak pernah saya jumpai ada sosok yang bisa bergaul dengan elit
pemerintahan sekelas Menteri namun juga sangat bersahabat dengan Pak
Gendong, Pak Becak di waktu yang sama, selain Cak Nun. Berkeliling
Inggris, Belanda, Vatikan menjadi Duta menampilkan Wajah Islam Rahmatan
lil ‘alamin, selain Cak Nun dan Kiai Kanjeng (Nama Gamelan). Sepak
terjang Cak Nun dan Kiai Kanjeng-nya dipelajari Profesor-Profesor
Amerika, Australia, Inggris, Mesir namun disia-siakan di negeri sendiri.
Anda tahu Cat Steven? Yang mualaf dan mengubah namanya menjadi Yusuf
Islam. Beliau kembali bernyanyi setelah bertemu Cak Nun dan Kiai
Kanjeng di Inggris tahun 2000-an lalu.
Beberapa hari lalu saya mencoba menulis setiap hari meskipun hari aktif
kerja, dan itu sangatlah tidak mudah. Tapi Cak Nun, mengisi pengajian
dari habis isya sampai hampir shubuh, menulis setiap hari, tidur hanya
beberapa jam. MasyaAllah, teramat jarang saya menjumpai sosok dengan
Energi Badar seperti Beliau.
Di era ini, tidaklah mudah menemui Sosok Manusia Junjungan seperti
Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Begitu santun akhlaknya. Terus menyuapi si
pengemis buta, meski setiap hari dihinanya. Beliau meninggalkan
popularitas demi bisa mendamaikan semuanya. Seringkali menjadi sasaran
uji coba pembunuhan namun Beliau tetap memaafkannya. Mempersaudarakan
Kaum Anshor (Tuan Rumah) dan Muhajirin (Pendatang). Rela berlapar,
mengganjal perutnya dengan batu, menginfakkan hartanya dan bergaya hidup
sederhana.
Meski susah menemukan sosok pejuang di segala lini seperti Kanjeng Nabi
Muhammad Saw, dengan segenap kedaulatan saya, saya memilih Imam yang
begitu cintanya Gondelan Klambinipun Kanjeng Nabi, yakni Muhammad Ainun
Nadjib (Cak Nun). Esensi Makmum ialah bisa mencontoh gerakan, daya juang
Sang Imam. Semoga diberi kesanggupan berjuang seperti Beliau. Alles
gute zum Geburtstag, Maulana Muhammad Ainun Nadjib.
Zwiefalten, Germany
1 Ramadlan 1438/27 Mei 2017
Nafisatul Wakhidah
Satu dari sekian juta anak cucumu yang terdampar di Bumi-Nya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/beusefullife/64tahuncaknun-imam-bangsa_59286ea9d593734275ab4566
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/beusefullife/64tahuncaknun-imam-bangsa_59286ea9d593734275ab4566
“Ndhek dunyo iki alah
mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah. Aku sampek tuwek ngene
ki, gak leren. Bismillah yo, sampeyan kudu gembira. Hidup gembira. Ojo
tertekan oleh apapun, sebab sing ngisi ati sampeyan Gusti Allah, Gusti
Allah, Gusti Allah. Ngkok sampeyan ono tekanan opo wae, tetep isoh tangi
meneh, tetep isoh bangun meneh.” (Cak Nun)
Masih teringat jelas kelebat bayangmu sebelum meninggalkan Frankfurt
Airport. Pesan di penghujung Desember 2016 itu cukup menghujam. “Iki
(kondisi Indonesia) wes ga ono sek isoh ngatasi maneh.” Sampai pada 10
Februari 2017, Pandawayudha terbit di Harian Kompas (versi asli di web
CakNun.com). Puncak dari 9 tulisan lain yang terbit berurutan untuk
memperingatkan Indonesia. Setelah pasca Reformasi 1998 memilih menyepi
“meninggalkan pesta” dari TV Nasional dan Koran Nasional untuk menemani
orang-orang yang terpinggirkan dan terasingkan zaman. Serta 23 Mei lalu,
untuk pertama kalinya setelah sekian tahun lamanya meninggalkan Media
TV Nasional. Beliau kerso diwawancarai kembali dan ditampilkan rekaman
videonya dalam program Indonesia Lawyer Club (ILC) di TV One, setelah
lebih dari 3 Tahun Pak Karni Ilyas membujuk Beliau.
Cak Nun pernah ditawari menjadi Menteri pada era 80-an, tapi Beliau
menolak. Pun juga, ditawari menjadi Presiden, Beliau menolak. Beliau
lebih memilih mengisi siang-malamnya berkeliling dari satu alun-alun, ke
pelosok, lebih dari 40 tahun nggedhein hati rakyat. Ditengah segala
kebijakan yang banyak tak berpihak pada rakyat, sang pemilik kedaulatan
di Tanah Air.
Maka, ditengah Rimba Indonesia atau bahkan dunia semoga, saya, kami, dan
kita semua bisa terus berjalan ing margi kaleresan. Cak Nun pernah
menyampaikan, Guru itu bukan orang yang mengajarimu, tapi orang yang
kepadanya engkau belajar. Dan sampai detik ini saya teramat bersyukur
Indonesia memiliki sosok seperti Beliau. Sosokmu belum tentu ada 100
tahun lagi. Sebagai murid semoga bisa berjuang seteguh Bambang Ekalaya
pada Resi Drona, meskipun tidak seheroiknya, semoga bisa kecipratan
barokahnya.
Tak pernah saya jumpai ada sosok yang bisa bergaul dengan elit
pemerintahan sekelas Menteri namun juga sangat bersahabat dengan Pak
Gendong, Pak Becak di waktu yang sama, selain Cak Nun. Berkeliling
Inggris, Belanda, Vatikan menjadi Duta menampilkan Wajah Islam Rahmatan
lil ‘alamin, selain Cak Nun dan Kiai Kanjeng (Nama Gamelan). Sepak
terjang Cak Nun dan Kiai Kanjeng-nya dipelajari Profesor-Profesor
Amerika, Australia, Inggris, Mesir namun disia-siakan di negeri sendiri.
Anda tahu Cat Steven? Yang mualaf dan mengubah namanya menjadi Yusuf
Islam. Beliau kembali bernyanyi setelah bertemu Cak Nun dan Kiai
Kanjeng di Inggris tahun 2000-an lalu.
Beberapa hari lalu saya mencoba menulis setiap hari meskipun hari aktif
kerja, dan itu sangatlah tidak mudah. Tapi Cak Nun, mengisi pengajian
dari habis isya sampai hampir shubuh, menulis setiap hari, tidur hanya
beberapa jam. MasyaAllah, teramat jarang saya menjumpai sosok dengan
Energi Badar seperti Beliau.
Di era ini, tidaklah mudah menemui Sosok Manusia Junjungan seperti
Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Begitu santun akhlaknya. Terus menyuapi si
pengemis buta, meski setiap hari dihinanya. Beliau meninggalkan
popularitas demi bisa mendamaikan semuanya. Seringkali menjadi sasaran
uji coba pembunuhan namun Beliau tetap memaafkannya. Mempersaudarakan
Kaum Anshor (Tuan Rumah) dan Muhajirin (Pendatang). Rela berlapar,
mengganjal perutnya dengan batu, menginfakkan hartanya dan bergaya hidup
sederhana.
Meski susah menemukan sosok pejuang di segala lini seperti Kanjeng Nabi
Muhammad Saw, dengan segenap kedaulatan saya, saya memilih Imam yang
begitu cintanya Gondelan Klambinipun Kanjeng Nabi, yakni Muhammad Ainun
Nadjib (Cak Nun). Esensi Makmum ialah bisa mencontoh gerakan, daya juang
Sang Imam. Semoga diberi kesanggupan berjuang seperti Beliau. Alles
gute zum Geburtstag, Maulana Muhammad Ainun Nadjib.
Zwiefalten, Germany
1 Ramadlan 1438/27 Mei 2017
Nafisatul Wakhidah
Satu dari sekian juta anak cucumu yang terdampar di Bumi-Nya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/beusefullife/64tahuncaknun-imam-bangsa_59286ea9d593734275ab4566
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/beusefullife/64tahuncaknun-imam-bangsa_59286ea9d593734275ab4566
#64TahunCakNun, Imam Bangsa
4/
5
Oleh
Admin
Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>