• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • GURU: ‘Digugu dan Ditiru’ ataukah ‘Nek Minggu Turu’?
  • Cara Unduh Formulir NUPTK
  • Peran Sunan Kalijaga Untuk Indonesia Baru
  • Daftar Penerima Tunjangan Khusus Daerah Terpencil (Dikdas SD-SMP) Tahun 2013
  • Prosedur Melakukan Verifikasi dan Validasi NUPTK 2013
  • Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
  • Daftar Penerima Tunjangan Kualifikasi S1 Tahun 2013

Inspirasi

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Anekdot / Pakai Otak dong, Pak Bupati!

Saturday, February 16, 2013

Pakai Otak dong, Pak Bupati!

Baca Juga

SELURUH penghuni pesantren Kiai Basyar terlihat sibuk. Beberapa minggu ke depan, pesantren dijadwalkan akan menerima kunjungan Bupati. Sebagaimana layaknya ajaran islam, akrimuu dloifakum (muliakanlah tamu-tamumu), maka semua penghuni pesantren berlomba melaksanakan ajaran tersebut. Keadaan pesantren yang sehari-harinya santai dan biasa-biasa saja berubah seratus delapan puluh ribu derajat. Bagian seksi perlengkapan sibuk menata tiap sudut ruangan. Dinding-dinding dicat baru. Pagar-pagar dibenahi. MCK direnovasi, diberi pengharum ruangan hingga fresh dan harum. Kamar hunian santri yang biasanya acak-acakan dengan segala macam busana, baik luar maupun dalam, disulap menjadi tempat yang indah dan menyenangkan. Sementara, seksi perdapuran sibuk mempersiapkan menu yang akan disuguhkan pada bupati dan rombongan.

“Ada apa tho, Kang. Semua manusia kok mendadak jadi super sibuk sih.” tanya Petruk, santri yang sehari-harinya biasa dimintai tolong tetangga untuk memetik kelapa.

Zaenal yang ditanya mengernyitkan kening,”Sampean ini bagaimana tho, Kang. Lha wong pesantrennya bakal kedatangan priyayi agung macam Pak Bupati kok malah ndak tahu. Memangnya kuping sampean itu dimana, sih?” tutur Zaenal kesal.

Petruk malah cengengas-cengenges, tak peduli dengan penjelasan Zaenal. Dalam dunia perpondokan, Petruk memang dikenal sebagai santri yang super cuek. Maklum, Petruk adalah santri ngenger yang sehari-harinya jarang berada di pesantren. Seharian kadang berada di sawah milik Sang Kiai. Kalau tak ada kerjaan di ndalem, Petruk mencari pekerjaan di Kampung. Kadang memetik buah kelapa, mengisi jeding milik tetangga, dan lain sebagainya. Singkat kata, hanya pada malam hari saja Petruk Thalabul Ngilmi, alias ngasak ilmu di pesantren.

Hari-hari yang ditunggu pun datanglah. Sejak pagi menjelang, seluruh santri telah dipersiapkan menyambut kedatangan rombongan bupati. Petugas kebersihan sejak sholat subuh usai telah melakukan cek dan ricek. Semuanya telah siap seratus persen menyambut kedatangan tamu agung. Singkat cerita, Bupati beserta segenap rombongan telah terlihat berjalan-jalan meninjau keadaan pesantren. Dari kantor pengurus, kamar-kamar santri, ruang perpus, dapur, dan yang tak ketinggalan adalah koperasi pesantren yang terletak di ujung sebelah barat.

Setelah puas melihat, Pak Bupati tiba-tiba saja tercengang ketika sepasang matanya menatap ke sebuah tiang bendera yang terpancang di depan aula. Tiang bendera itu menjulang demikian tingginya hingga bendera yang terpasang berkibar demikian gagahya.

“Berapa tingginya tiang itu?" Bupati bertanya pada salah seorang santri, yang ternyata adalah Petruk, yang entah bagaimana tiba-tiba saja telah berada di samping rombongan bupati.

Petruk yang ditanya tak menjawab. Dia malah berlari ke ruang perlengkapan, mengambil seperangkat alat ukur. Lantas, dengan sangat cekatan memanjat tiang bendera bak seekor kera, sampai akhirnya berada di ujung yang paling atas.

Seluruh santri, tak terkecuali pak Bupati, terhenyak dengan yang dilakukan Petruk. Seluruhnya memendam rasa penasaran, disamping juga diliputi kecemasan, apalagi melihat tiang yang dinaiki Petruk pentiang-pentiung tidak kuat menahan berat badannya.

Dalam kecemasannya, Pak Bupati berteriak,”Hei, turun kamu. Turun!”

Petruk melongok ke bawah. Dia langsung melorot turun sebelum sempat menyelesaikan pekerjaan mengukur ketinggian tiang mendengar teriakan pak Bupati.

“Kamu ini tolol, apa bagaimana,” Tukas pak Bupati tatkala melihat Petruk telah berada dihadapannya,”Mestinya kamu mikir, pakai otak dong!” Pak Bupati menunjuk-nunjuk jidatnya.

“Maksud Pak Bupati?” Petruk hanya melongo.

“Kalau memang ingin mengukur, mestinya kamu rebahkan itu tiang. Kemudian kamu ukur diatas tanah. Jadi ndak usah petangkri’an seperti yang kamu lakukan barusan. Kalau kamu jatuh, kamu bisa celaka, tolol!”

“Lho, Pak Bupati ini bagaimana?” Tiba-tiba saja Petruk membela diri,“Mestinya Pak Bupati yang harus pakai otak. Mikir dong Pak,” ganti Petruk yang menunjuk-nunjuk jidatnya,“Kalau tiang itu saya rebahkan, kemudian saya ukur di atas tanah. Itu bukan tinggi, itu panjang namanya, Pak!”

Semua santri pun makin terkesima, sementara Kiai Basyar hanya tersenyum dikulum melihat kejadian itu. Oalah, Petruk..Petruk. (*)

Tweet

Related Posts

Pakai Otak dong, Pak Bupati!
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Saturday, February 16, 2013 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link Pakai Otak dong, Pak Bupati! sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

Arsip Blog

  • October (1)
  • June (14)
  • May (18)
  • April (2)
  • February (1)
  • January (1)
  • January (1)
  • November (1)
  • August (2)
  • July (2)
  • June (3)
  • May (13)
  • April (26)
  • March (30)
  • February (43)
  • January (50)
  • December (4)

Resensi Buku

Kategori

Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik
Pejalan Sunyi

Followers

Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

Name Email Address important Content important

Reportase Maiyah

Contact Form

Name

Email *

Message *

Artikel Random

Memuat...
Copyright © Pejalan Sunyi
Template by Arlina Design