• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
  • Perkiraan Turunnya Lailatul Qadar Berdasar Pengalaman Para Ulama Tashawuf
  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • TANTANGAN PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH
  • Rasionalitas Sang "Kiai Mbeling"

Inspirasi

  • Pangdam IM Mayjen TNI Moch. Fachrudin Beri Beasiswa Kepada Bocah Penemu Energi Listrik
    Naufal Raziq sedang Berdiskusi dengan Pangdam IM Mayjen...
    Jun 03 2017 | Read more
  • #64TahunCakNun, Imam Bangsa
    “Ndhek dunyo iki alah mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah....
    May 27 2017 | Read more
  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
    NAMA aslinya Agung Prasetyo, lebih dikenal dengan sebutan Agung BH...
    May 25 2017 | Read more
  • Kisah Khamim, Pemuda Asal Pekalongan Yang Naik Haji Dengan Jalan Kaki
    pejalansunyi.id | NAIK haji dengan jalan kaki. Siapapun yang mendengar...
    May 25 2017 | Read more
  • Angkot Pustaka: Upaya Menggiatkan Literasi di sela Mengais Sebutir Nasi
    Pejalansunyi.id | BAGI insan pendidikan, bulan mei tak mungkin...
    May 08 2017 | Read more

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Resensi Buku / POLIGAMI ALA EMHA

Wednesday, January 16, 2013

POLIGAMI ALA EMHA

Poligami Ala Emha

Baca Juga

  • Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
  • Menyongsong Era Kecerdasan Baru: Totalitas Inteligensi
  • BH, Emha Yang Gelisah, Emha Yang Bercerita
KETIKA KH. Abdullah Gymnastiar membeberkan pernikahan keduanya di media massa beberapa waktu yang lalu, wacana poligami kembali menjadi menu perbincangan hangat di negeri ini. Apa yang dilakukan Aa’ Gym seperti memantik reaksi sejumlah kalangan untuk buka suara. Bahkan, DPP Partai Bintang Reformasi yang notabene partai berasaskan islam memutuskan mencopot kadernya dari kursi wakil ketua DPR, gara-gara yang bersangkutan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Aa’ Gym. Ada apa sebenarnya dengan poligami. Sebegitu menakutkankah ia, sehingga para pelakunya – meminjam bahasanya Zaenal Ma’arif ( Jawa Pos, 31/12/2006 ) – dikejar-kejar layaknya seorang teroris.
Poligami memang tak henti menyulutkan kontroverasi. Ditengah maraknya isu yang berkembang di negeri yang sedang panen bencana ini, ia tampil didepan public melengkapi seabrek permasalahan yang sedang terjadi. Tak tanggung-tanggung, pemerintah tak mau kalah dalam pertarungan wacana itu dengan berencana merevisi undang-undang perkawinan No.1/1974 dan PP. No. 10 Tahun 1983. Pertanyaannya, betulkah poligami adalah sesuatu yang penting, sehingga kehadirannya mampu menyedot sebagian dari opini publik? Apakah perbincangan mengenai poligami betul-betul telah menyentuh hal yang substansial? Hal-hal semacam itulah yang tampaknya mengilhami Cak Nun – panggilan akrab Emha Ainun Nadjib – untuk menulis buku ini. Menurutnya, perdebatan mengenai poligami yang selama ini terjadi hanya berputar-putar pada wilayah kulit. Tak ada keseriusan dari berbagai pihak dengan berusaha mencari landasan hukumnya pada khasanan agama, ideologi atau filsafat (hal.11).
 Dengan memakai pendekatan sastra, Cak Nun menciptakan situasi dimana ia sedang terlibat pembicaraan dengan Yai Sudrun. Dengan sangat piawai, ia menyusun serangkaian dialog mengenai soal-soal kehidupan yang sarat dengan muatan makna. Menariknya, kesengajaan Cak Nun mengemukakan sejumlah pengalamannya dalam hal keberagamaan, baik ia sebagai pribadi atau tatkala berkelana ke seluruh belahan dunia bersama komunitasnya Kiai Kanjeng, adalah upayanya mengemukakan sikap hidup sebagai seorang Emha yang sunyi, yang pemikirannya cenderung melawan mainstream. Cak Nun memang unik, meski gagasan awal buku ini adalah mengusung tema poligami, sebagaimana tersurat dalam judulnya, namun kenyataannya ia mampu menyeret pembaca untuk menjelajah setiap kemungkinan dalam ruang kehidupan.
Mungkin kita bertanya, siapa sebenarnya Yai Sudrun? Kenapa dalam banyak karyanya Cak Nun seringkali menghadirkan sosok itu? Apakah ia hanya tokoh fiktif yang semata-mata hasil imajinasi seorang Emha? Ataukah benar-benar ada dalam alam kasunyatan. Hanya Cak Nun yang tahu. Yang jelas, Yai Sudrun bagi Cak Nun adalah sosok nyentrik yang memiliki sangat banyak keajaiban (hlm. 18 – 20). Mungkin Yai Sudrun adalah Gus Ud, Kiai khariqul adat dari Sidoarjo yang sering diceritakan Cak Nun dalam pengajian-pengajiannya. Atau mungkin Gus Dur, yang kata Cak Nun adalah makhluk penidur yang memiliki dimensi berbeda dengan kebanyakan makhluk. Namun sekali lagi, ini hanya kemungkinan. Kepastiannya hanya cak nun wallahu ya’lam.
Tentang poligami, Cak Nun mengawalinya dengan memandang hubungan suami istri tidak terbatas antara laki-laki perempuan dalam ikatan perkawinan. Hubungan persuami-istrian bisa berlaku juga antara Tuhan dan manusia, manusia dan alam semesta, pemerintah dan rakyat jelata, dll. Ia lantas membedakan cinta berdasarkan konteks sifat Allah, ialah ar-Rahim ( cinta ke-dalam, cinta vertical, cinta personal ) dan ar-Rahman ( cinta meluas, horizontal, keluar ) yang saling berdialektika antara satu dengan yang lain (hlm. 37). Mengenai cinta ar-Rahim, Cak Nun memberikan contoh dengan memaparkan sejarah hidupnya sendiri. Ia mengatakan bahwa istri ar-Rahimnya hanyalah satu, yakni Novia Kolopaking. Sementara ke-ajeg-anya menghadiri forum rutin bulanan diberbagai kota untuk melakukan pemberdayaan public, gerakan kebudayaan, penyebaran cinta kemanusiaan, manivestasi sholawat dalam lingkaran cinta segitiga, serta tema-tema krusial lainnya, semuanya itu ia persembahkan kepada istrinya yang lain dalam konteks ar-Rahman. Pada keadaan itu, Cak Nun lantas bertanya, apakah masih ada tempat yang luang dalam hidupnya yang bisa dipergunakan untuk berfikir mencari istri ar-Rahim selain Novia?
Emha memang Emha, namun dalam setiap pengajiannya baik di Kenduri Cinta (Jakarta), Padhang Mbulan (Jombang), Gambang Syafaat (Semarang), Mocopat Syafaat (Yogja), Bangbang Wetan (Surabaya), atau di tempat-tempat lain yang sifatnya tentatif, ia selalu menekankan kepada jamaah agar meletakkan Allah dan Muhammad sebagai satu-satunya yang utama. Mengenai Muhammad yang sering disalahpahami lantaran beristri lebih dari satu, Cak Nun menuturkan bahwa dalam konteks ar-Rahim, istri Nabi hanyalah Khadijah. Setelah Khadijah wafat, posisinya beralih pada Aisyah. Sementara istrinya yang lain setelah itu lebih disebabkan pertimbangan social dalam konteks ar Rahman? Yang menarik untuk direnungkan adalah, bagaimana cinta ar-Rahimnya Kanjeng Nabi justru memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap cintanya dalam konteks ar-Rahman. Bukankah sebelum wafat, kalimat yang terucap dari bibirnya adalah ummati, ummati, dan bukannya Khadijah atau Aisyah. Ini menunjukkan betapa nabi kinasih itu meletakkan umatnya sebagai istrinya yang utama. Sementara tidak demikian dengan kita. Kita cenderung senang berpoligami dengan mempermaisurikan dunia, karier pribadi, pangkat, kekuasaan, dan hal remeh-temeh lainnya yang sejatinya tak pernah mencintai kita. 
Poligami memang tidak dilarang dalam islam. Namun bagi Cak Nun, firman Tuhan yang dijadikan acuan untuk menikah lebih dari satu itu harus dipahami sebagai upaya Tuhan untuk mengajak manusia berdiskusi (hlm. 60). Menurutnya, ayat yang membolehkan poligami itu adalah sebuah tahap. Dan karenanya, seseorang harus melewati tahap berikutnya dengan menggunakan akal agar ia tidak mengalami stagnasi dalam memahami syariat islam. Namun kenyataanya, pemahaman tentang ayat itu di-stop dan seolah-olah ayat itulah yang melegitimasi bahwa syareat islam memperkenankan poligami. Padahal masih ada dimensi lain yang bagi Cak Nun sangat perlu untuk dipertimbangkan.
Walhasil, dengan membaca buku seri ilmu hidup ini, wawasan kita tentang poligami mungkin akan bertambah. Maka, apa salahnya jika kita taburi pikiran kita dengan pernik-pernik pemikiran Cak Nun, agar kita tidak termasuk seperti yang disampaikannya, bahwa poligami terjadi hanya di dunia katak. Selamat Membaca. ***

Judul Buku : Istriku Seribu
Peresensi : Em. Syuhada'
Penulis : Emha Ainun Nadjib
Penerbit : Progress, Yogjakarta
Cetakan : I, Januari 2007
Tebal : iv + 64 halaman

Tweet

Related Posts

  • Kesadaran Mengambil Jarak Judul Buku : KOMPENSASI Penulis : A. Mustofa Bisri Penyunting : SH Sadewo, R. Wijaya Penerbit
  • Merenungi Piwulang Kehidupan Judul : Markesot Bertutur Penulis : Emha Ainun Nadjib Penerbit : Mizan, Bandung Cetakan : November 2012 Tebal
  • Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon KH. Salahuddin Wahid Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang KETIKA dimintai kesediaan memberi kata pengant
  • Hidup Sehat ala Saridin, Mati Serius ala Madura Judul Buku: Folklore Madura; Penulis: Emha Ainun Nadjib; Penerbit: Progress, Yogyakarta; Cetakan: Pertama, Agustus
  • Menyongsong Era Kecerdasan Baru: Totalitas Inteligensi KONON, sebab merasa dirinya paling cerdas diantara yang lain, Nabi Musa pernah ditegur Allah dan diperintahkan men
  • Sisi Lain Sosok Muhammad SAW SALAH-SATU manusia terhebat di muka bumi ini, dalam hal menjaga kesehatan yakni Nabi Muhammad. Pasalnya selama hi
POLIGAMI ALA EMHA
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Wednesday, January 16, 2013 1 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link POLIGAMI ALA EMHA sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

1 komentar:

Tulis komentar
avatar
Anonymous
May 16, 2013 at 10:55 AM image

Asslmkm wrwb

Poligami VS fakta demografi saat ini..... poligami meningkat...bujang lapuk meningkat

http://sosbud.kompasiana.com/2013/05/15/makan-tuhh-poligami-vs-fakta-560618.html

Syukron

Reply

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi adalah ... read more
    Oct 12 2017
  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Tata Cara Pendaftaran Sertifikasi Guru Jalur Prestasi 2017
  • A. Persyaratan Peserta Sertifikasi Guru Guru di bawah ... read more
    Jun 18 2017
  • Pendaftaran Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2017 Jalur Prestasi
  • pejalasunyi.id - SERTIFIKASI adalah proses pemberian ... read more
    Jun 18 2017
  • Download PP No. 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 Tentang Guru
  • Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru ... read more
    Jun 12 2017
  • TANYA JAWAB PKB - GURU PEMBELAJAR TAHUN 2017
  • 1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENGEMBANGAN ... read more
    Jun 08 2017

    Arsip Blog

    • October (1)
    • June (14)
    • May (18)
    • April (2)
    • February (1)
    • January (1)
    • January (1)
    • November (1)
    • August (2)
    • July (2)
    • June (3)
    • May (13)
    • April (26)
    • March (30)
    • February (43)
    • January (50)
    • December (4)

    Resensi Buku

    BH, Emha Yang Gelisah, Emha Yang Bercerita
    Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
    Menyongsong Era Kecerdasan Baru: Totalitas Inteligensi
    Reformasi PT. Dengkulmu Mlicet
    Sisi Lain Sosok Muhammad SAW
    Tidak, Jibril Tidak Pensiun
    Merenungi Piwulang Kehidupan
    Change Your Soul, Change Your Life!
    MENGOPTIMALKAN KECERDASAN ANAK
    Hidup Sehat ala Saridin, Mati Serius ala Madura
    Guru Profesional Pembina Moral
    Kesadaran Mengambil Jarak

    Kategori

    Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik

    Followers

    Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

    Name Email Address important Content important

    Reportase Maiyah

  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Sastra dan Tiga Gelombang
  • BISAKAH kitab suci disampaikan tanpa sastra? Adakah kalimat ... read more
    Aug 03 2013
  • Ngaji, Bershalawat, dan Bersyukur Bersama
  • TANGGAL 27 Mei 2013 malam Kiaikanjeng, Progress, dan Jamaah ... read more
    Jun 04 2013
  • Mukadimah Kenduri Cinta Mei 2013: “Sumpah Berbisik"
  • Atas nama kemakmuran para penguasa mengklaim keabsahan ... read more
    May 07 2013

    Contact Form

    Name

    Email *

    Message *

    Artikel Random

    Memuat...
    Copyright © 2025 Pejalan Sunyi
    Template by Arlina Design