• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
  • Perkiraan Turunnya Lailatul Qadar Berdasar Pengalaman Para Ulama Tashawuf
  • Kesharlindung: Guru Mulia Karena Karya
  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • Surat Terbuka untuk Bapak Menteri Pendidikan Tercinta

Inspirasi

  • Pangdam IM Mayjen TNI Moch. Fachrudin Beri Beasiswa Kepada Bocah Penemu Energi Listrik
    Naufal Raziq sedang Berdiskusi dengan Pangdam IM Mayjen...
    Jun 03 2017 | Read more
  • #64TahunCakNun, Imam Bangsa
    “Ndhek dunyo iki alah mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah....
    May 27 2017 | Read more
  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
    NAMA aslinya Agung Prasetyo, lebih dikenal dengan sebutan Agung BH...
    May 25 2017 | Read more
  • Kisah Khamim, Pemuda Asal Pekalongan Yang Naik Haji Dengan Jalan Kaki
    pejalansunyi.id | NAIK haji dengan jalan kaki. Siapapun yang mendengar...
    May 25 2017 | Read more
  • Angkot Pustaka: Upaya Menggiatkan Literasi di sela Mengais Sebutir Nasi
    Pejalansunyi.id | BAGI insan pendidikan, bulan mei tak mungkin...
    May 08 2017 | Read more

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Kolom Cak Nun / Fragmen Kaum Fundamentalis

Saturday, January 12, 2013

Fragmen Kaum Fundamentalis

Emha Ainun Nadjib
TEMPAT pertemuan itu dikepung satuan-satuan Polisi dan Tentara yang jumlahnya seperti sedang ada perang. Di sebuah halaman luas di tepi sebuah jalan besar. Remang-remang. Lampu-lampu tidak mencukupi untuk luasnya halaman. Saya tidak tahu apakah keremangan ini disengaja untuk menggambarkan suasana hati mereka, ataukah memang fasilitasnya tidak mencukupi.

Sekitar 400 orang duduk bersila, berpakaian sangat melambangkan model dan warna Islam. Suasana sepi dan tegang. Penuh duka dan keperihan. Tidak ada senyuman, apalagi suara tertawa. Mereka sedang tegang menghitung jam demi jam sampai besok pagi mereka mendengar apa keputusan hakim atas Ustadz mereka.

Saya diundang untuk berbicara dan ditugasi untuk meredakan amarah orang-orang itu. Meneduhkan hati mereka, menawarkan kepada mereka langkah-langkah yang tingkat kemudharatan politiknya ditekan serendah mungkin tanpa kehilangan prinsip dan militansi.

Sebagaimana lazimnya orang Islam berpidato, saya memulai dengan salam, shalawat kepada Nabi Muhammad dan mengutip satu dua firman Allah. Kemudian saya memberanikan diri memulai dialog:
“Apakah kesunyian suasana di forum ini disebabkan karena Anda semua merasa tidak punya teman dalam perjuangan Anda?”
Seseorang spontan menjawab: “Allahu Akbar!”. Kemudian disusul serempak mereka semua meneriakkan: “Allahu Akbar!”
Saya tahu “Allahu Akbar” dalam nuansa itu berarti “Ya”.
“Berarti Anda Muslim sejati”, kata saya, “Rasulullah Muhammad SAW mengatakan Islam dimulai dari keterasingan dan akan kembali dan kembali lagi ke keterasingan. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing dan kesepian, karena itu pertanda Tuhan dekat di sisi mereka”
“Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!”
Saya meneruskan pertanyaan: “Apakah Anda semua berwajah tegang karena Anda sedang menemukan diri Anda berada di bawah tekanan dan penindasan?”
“Allahu Akbar!”
“Di bawah suatu kekuasaan yang lalim?”
“Allahu Akbar!”
“Yang memperlakukan Anda secara sangat tidak adil?”
“Allahu Akbar!”
“Penuh kebohongan dan manipulasi?”
“Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!”

Kemudian sengaja saya diam sejenak, suasana saya biarkan tanpa suara. Sampai kemudian tatkala saya merasa sudah saatnya harus diberi suara lagi, sayapun meneruskan:
“Demi Allah perkenankanlah saya memberi saran kepada Anda semua, hendaklah Anda mencintai orang-orang yang menindas Anda, yang melalimi Anda, yang berbuat tidak adil kepada Anda….”
Sampai di sini tidak saya dengar “Allahu Akbar”. Saya teruskan:
“Saudara-saudaraku, hanya orang yang lemah yang merasa perlu menindas orang lain, karena mereka butuh kepercayaan diri bahwa ia kuat. Hanya orang yang merasa dirinya tidak aman yang berbuat lalim kepada orang lain, karena ia meyakini bahwa orang yang berhasil dilaliminya pastilah tidak mampu membuatnya tidak aman. Demi Allah cintailah dan kasihanilah orang-orang semacam ini, karena hanya itu cara untuk menunjukkan bahwa Anda semua berjiwa besar….”

Baca Juga

  • Puasa, Setan, dan Gempa
  • Puasa, Menuju Makan Sejati
  • Cak Nun: Reformasi 1998 Bukan Hanya Gagal, Tapi Juga Palsu
Terdengar “Allahu Akbar!”, kemudian bersusul-susulan “Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!”
Terus terang saya merasa lega dengan jawaban itu.
Saya coba meneruskan: “Orang yang berjiwa besar tidak akan membiarkan dirinya ditekan oleh kesedihan, ketegangan atau rasa frustrasi. Bukankah benar demikian, saudara-saudaraku?”
“Allahu Akbar!”
“Saudara-saudaraku tegakkan kepala karena Allah menganugerahi kalian jiwa besar!”
Astaga – meskipun tidak serempak, mereka benar-benar menegakkan kepala.
“Acungkan tangan ke atas untuk menunjukkan kegembiraan dan rasa syukur saudara-saudaraku kepada Allah yang menganugerahi kalian kebesaran jiwa!”
Allahu Akbar, sekarang saya yang bilang Allahu Akbar – mereka benar-benar mengacungkan tangan mereka ke atas,
“Farhan!” teriak saya selanjutnya.
“Farhaaaan!”, semua menirukannya.
Farhan artinya gembira bahagia.
Saya terus mengejar: “Besok Ustadz Anda divonis oleh Pengadilan Negara. Apakah Anda menyongsongnya dengan menundukkan kepala ataukah menegakkan kepala?”
“Allahu Akbar!”, serempak mereka sambil menegakkan kepala.
“Dengan rasa frustrasi atau semangat juang?”
“Allahu Akbar!”
Saya menyambungnya: “Allahu Akbar! Allahu Akbar!…..” – kemudian saya fade in ke Allahu Akbar yang dilagukan, yang rata-rata mereka hapal lagu itu….
Allahu Akbar, betapa gembira wajah mereka.
Setelah lagu usai, saya meneruskan: “Saudara-saudaraku, apakah Anda ingin Ustadz dihukum ataukah dibebaskan?”
“Bebas!” – untuk pertama kalinya terdengar kata yang bukan Allahu Akbar.
“Kekuasaan yang mengadili Ustadz ini kekuasaan yang prinsip nilainya sama dengan prinsip nilai Anda atau tidak?”
“Tidak sama!”  terdengar suara serempak.
“Bertentangan!” seseorang menyambung.
“Jadi Anda minta kepada penguasa yang tidak seprinsip dengan Anda itu agar Ustadz dibebaskan?”
“Allahu Akbar!”
“Anda meminta kebebasan kepada musuh Anda?”
Tidak ada jawaban.
“Anda meminta-minta kepada musuh Anda?”
Tetap diam.
“Mana yang lebih membanggakan dan bermartabat: dibunuh dalam kegagahan oleh lawan, ataukah Anda minta agar tak dibunuh oleh lawan?”
Semakin diam.
“Bisakah pikiran sehat Anda membayangkan bahwa kekuasaan yang bertentangan prinsipnya dengan prinsip Anda akan membebaskan beliau?”
Teruuus diam.
“Mana yang Anda pilih: martabat atas prinsip ataukah keselamatan hidup tanpa prinsip?”

Tetap tak ada sahutan.
“Kita memilih hidup hina atau mati mulia? Saudara-saudaraku, demi Allah harus saya katakan bahwa Ustadz sendiri tidak sedikitpun bermimpi, berpikir atau apalagi meminta untuk dibebaskan. Ketika beliau ditangkap di Rumah Sakit, beliau berteriak-teriak: Tembak saya! Tembak saya! — Apakah para muridnya akan mengucapkan kata yang bertentangan dengan itu: Bebaskan saya! Bebaskan saya!?”

Saya terus memberanikan diri meneruskan: “Ustadz menyatakan kepada saya bahwa kalau ia dipenjarakan, berarti cuti atau liburan. Kalau beliau dibuang ke pulau terpencil yang jauh, berarti piknik. Kalau beliau ditembak mati, berarti syahid. Beliau beserta semua anggota keluarganya sudah ikhlas dengan kemungkinan-kemungkinan itu. Kenapa saudara-saudaraku di sini tidak ikhlas?”
Sampailah saya ke ujung pembicaraan: “Dan demi Allah perkenankan saya mengatakan kepada saudara-saudaraku di sini bahwa selama berada dalam tahanan, Ustadz tidak pernah satu detikpun tampak kesedihan di wajahnya. Beliau bergembira. Beliau bangga dengan apa yang dialaminya. Keyakinan dan perjuangan selalu sangat luas dan agung, seluas alam semesta dan seagung Penciptanya. Sedangkan kematian hanyalah kerikil kecil yang kaki kita nanti terantuk olehnya. Beliau bergembira! Beliau bangga!”

Kemudian saya bernyanyi lagi. Dengan lambaian tangan saya mengajak mereka semua bernyanyi. Meskipun pelan-pelan, akhirnya semua turut bernyanyi, bertepuk tangan….

Oleh : Muhammad Ainun Nadjib
www.caknun.com

Tweet

Related Posts

  • Cak Nun: Reformasi 1998 Bukan Hanya Gagal, Tapi Juga Palsu Budayawan Emha Ainun Nadjib berada di pusaran arus perubahan kekuasaan 1998. Dia adalah salah satu tokoh yang
  • Puasa, Menuju Makan Sejati Puasa itu jalan sunyi Tersedia makanan tapi tak dimakan Tersedia kursi tapi tak diduduki Tersedia tanah tapi tak dip
  • Nasionalisme Muhammad SESUNGGUHNYA setiap manusia harus bergerak ke tahap penyikapan dan posisi pasca nasionalisme. Siapapun ia, apapun n
  • “Enam Jalan Revolusi” (Orasi Budaya: Merajut Kembali Nusantara) AKTIFIS nasionalis bertemu bersama-sama pada hari ini, terus nanti 2014 m
  • Surat Kepada Kanjeng Nabi UMAT Islam di muka bumi, dari abad ke abad, dari era ke era, serta dari periode kehidupannya, telah ribuan kali atau b
  • ENGKAU KACA BUKAN CAHAYA APABILA berbicara tentang ummat, Sudrun selalu menangis. Sama dengan kalau ia bersujud selewat dua paruh malam: ia
Fragmen Kaum Fundamentalis
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Saturday, January 12, 2013 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link Fragmen Kaum Fundamentalis sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi adalah ... read more
    Oct 12 2017
  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Tata Cara Pendaftaran Sertifikasi Guru Jalur Prestasi 2017
  • A. Persyaratan Peserta Sertifikasi Guru Guru di bawah ... read more
    Jun 18 2017
  • Pendaftaran Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2017 Jalur Prestasi
  • pejalasunyi.id - SERTIFIKASI adalah proses pemberian ... read more
    Jun 18 2017
  • Download PP No. 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 Tentang Guru
  • Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru ... read more
    Jun 12 2017
  • TANYA JAWAB PKB - GURU PEMBELAJAR TAHUN 2017
  • 1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENGEMBANGAN ... read more
    Jun 08 2017

    Arsip Blog

    • October (1)
    • June (14)
    • May (18)
    • April (2)
    • February (1)
    • January (1)
    • January (1)
    • November (1)
    • August (2)
    • July (2)
    • June (3)
    • May (13)
    • April (26)
    • March (30)
    • February (43)
    • January (50)
    • December (4)

    Resensi Buku

    BH, Emha Yang Gelisah, Emha Yang Bercerita
    Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
    Menyongsong Era Kecerdasan Baru: Totalitas Inteligensi
    Reformasi PT. Dengkulmu Mlicet
    Sisi Lain Sosok Muhammad SAW
    Tidak, Jibril Tidak Pensiun
    Merenungi Piwulang Kehidupan
    Change Your Soul, Change Your Life!
    MENGOPTIMALKAN KECERDASAN ANAK
    Hidup Sehat ala Saridin, Mati Serius ala Madura
    Guru Profesional Pembina Moral
    Kesadaran Mengambil Jarak

    Kategori

    Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik

    Followers

    Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

    Name Email Address important Content important

    Reportase Maiyah

  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Sastra dan Tiga Gelombang
  • BISAKAH kitab suci disampaikan tanpa sastra? Adakah kalimat ... read more
    Aug 03 2013
  • Ngaji, Bershalawat, dan Bersyukur Bersama
  • TANGGAL 27 Mei 2013 malam Kiaikanjeng, Progress, dan Jamaah ... read more
    Jun 04 2013
  • Mukadimah Kenduri Cinta Mei 2013: “Sumpah Berbisik"
  • Atas nama kemakmuran para penguasa mengklaim keabsahan ... read more
    May 07 2013

    Contact Form

    Name

    Email *

    Message *

    Artikel Random

    Memuat...
    Copyright © 2025 Pejalan Sunyi
    Template by Arlina Design