• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
  • DOWNLOAD APLIKASI PENGOLAH NILAI IJAZAH SD
  • “Enam Jalan Revolusi”
  • Maiyahan Harlah NU 2013: Atlas Walisongo
  • STRUKTUR KURIKULUM SD/MI 2013
  • Pendaftaran Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2017 Jalur Prestasi
  • TANTANGAN PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH

Inspirasi

  • Pangdam IM Mayjen TNI Moch. Fachrudin Beri Beasiswa Kepada Bocah Penemu Energi Listrik
    Naufal Raziq sedang Berdiskusi dengan Pangdam IM Mayjen...
    Jun 03 2017 | Read more
  • #64TahunCakNun, Imam Bangsa
    “Ndhek dunyo iki alah mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah....
    May 27 2017 | Read more
  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
    NAMA aslinya Agung Prasetyo, lebih dikenal dengan sebutan Agung BH...
    May 25 2017 | Read more
  • Kisah Khamim, Pemuda Asal Pekalongan Yang Naik Haji Dengan Jalan Kaki
    pejalansunyi.id | NAIK haji dengan jalan kaki. Siapapun yang mendengar...
    May 25 2017 | Read more
  • Angkot Pustaka: Upaya Menggiatkan Literasi di sela Mengais Sebutir Nasi
    Pejalansunyi.id | BAGI insan pendidikan, bulan mei tak mungkin...
    May 08 2017 | Read more

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Reportase Maiyah / DARI SUMUR PADHANG MBULAN 15/8/2011 (II)

Saturday, January 12, 2013

DARI SUMUR PADHANG MBULAN 15/8/2011 (II)


BEGITULAH, sebagaimana dituturkan diawal, segala hal yang terjadi di luar negeri, terutama berkaitan dengan kondisi sosial politik pasca reformasi, negara-negara Islam di Timur-tengah sesungguhnya sedang menunggu Indonesia. Menunggu dalam arti, bahwa negara-negara Islam modern Timur-tengah sedang mengincar Indonesia untuk dijadikan  model atau uswatun hasanah dalam menciptakan konstitusi baru kenegaraan mereka.

“Lha lak ngelu. Indonesia sing jembret koyok ngene. Imame gak mek ngentut, tapi keceret neletek-neletek sampek nang sikile, kok kate ditiru karo wong timur-tengah, “  sergah Cak Nun dengan dialek jawanya yang khas, ”Ini resmi, Anda tak mungkin akan mendapatkan informasi ini dari media massa apapun. Hanya di Padhang Mbulan Anda mendengar seperti ini. Wis Gak mungkin nek Jawa Pos eroh  ngene iki.” lanjutnya menegaskan.

Cak Nun kemudian mengajak jamaah untuk melakukan analisis terhadap keadaan itu.  Ia kemudian menuturkan, kalau yang ingin ditiru oleh Mesir atas Indonesia adalah reformasi 1998 atau model kepemimpinan Indonesia pasca reformasi sampai sekarang, sudah pasti Mesir salah besar. Sebab, reformasi yang terjadi di Indonesia bukanlah sebuah upaya menciptakan sistem kenegaraan yang baik demi kemaslahatan bersama. Yang terjadi adalah menjatuhkan maling untuk menjadi maling. Reformasi adalah ketidakrelaan satu sama lain sehingga masalah demi masalah kian beranak pinak dan tak kunjung bisa diselesaikan.

Seperti kebiasaan sebelumnya, setiap kali membicarakan satu hal, Cak Nun tidak hanya memandangnya secara parsial. Itu pula yang dilakukan ketika menuturkan Mesir, “Saya kira, dalam meniru itu ada  unsur  intelektual analitis, maupun emosional, dan estetik. Intelektual analistisnya adalah Mesir menganggap Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas muslim yang moderat, toleran, paling gampang kompromi, dan beragam kelebihan lainnya.”

Sejumlah fakta dan cerita  tentang masyarakat Indonesia yang unik pun diungkap secara bernas. Apalagi  Cak Nun membumbuinya dengan joke-joke segar membuat jama’ah larut dalam cerita. Misalnya saja, bagaimana orang-orang non islam yang memiliki tetangga muslim ternyata ikut puasa dan hari raya,  sibuk mempersiapkan takjil  bersama ketika puasa berlangsung, dan sebagainya. Apalagi ketika Cak Nun bercerita pernah diundang ke Jayapura untuk sebuah acara. Ketua Panitia pengundang adalah seorang tokoh katolik yang berucap assalamualaikum dalam sambutannya. Tak pelak, jamaah pun tergelak dan tertawa-tawa.

“Kalau hanya Eropa, Amerika Latin, atau negara-negara lainnya itu berada dalam buku lauhil mahfudz biasa. Sedangkan Indonesia tak cukup. Indonesia adalah sebuah negara yang merupakan suplemen di tengah-tengah lauhil mahfud yang tentu saja memiliki rumus berbeda dari lainnya jika melihat ragam dan unik manusianya.” kelakar Cak Nun terkait hal diatas.

Begitulah, apa yang diungkapkan Cak Nun malam itu tak hanya memberikan informasi yang bermakna, namun membuka kran berpikir bagi para jamaah dalam merespon hal-hal disekitarnya.  Pada saat yang sama, Cak Nun juga meminta agar pengajian malam hari itu dipergunakan untuk memperbincangi secara serius, bahwa segala hal yang terjadi dalam negara, agama, politik, kebudayaan, pendidikan, dan sebagainya, sebetulnya salah langkah dalam memilih tiga hal, apakah berdasarkan adopsi (taqlid), adaptasi (ittiba’), ataukah kreatifitas (ijtihad).

Baca Juga

  • Sastra dan Tiga Gelombang
  • Ngaji, Bershalawat, dan Bersyukur Bersama
  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
Sedikit menyinggung tiga hal tersebut, Cak Nun melakukan kilas balik dengan mengkritisi proses berdirinya Negara Indonesia. Menurutnya, berdirinya NKRI  sesungguhnya tidak berasal dari proses kreatifitas para pendirinya disesuaikan dengan kondisi atau kultur masyarakat, tapi hanya berdasarkan adopsi atau copy paste. Contoh yang paling remeh dan sederhana adalah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.

“Aku wingi mari ngomong suwe karo Yon Koeswoyo (Koes Plus). Ternyata, ia juga menggelisahkan hal yang sama seperti yang kita gelisahkan selama ini tentang Indonesia Raya. Tapi kesimpulane Yon apik, WR. Soepratman nggawe lagu iku pas umroh. Makanya, ada lirik “Disanalah, aku berdiri....” Seolah-olah Indonesia itu sebuah tempat yang sangat jauh, maka kata yang dipilih adalah disanalah....” guyon Cak Nun disambut tawa jama’ah.

Meski remeh, lirik lagu yang sudah disahkan oleh konstitusi itu sebetulnya memuat kesalahan. Kesalahan yang sama juga terjadi pada seluruh hal yang lain, menyangkut proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagaimana demokrasi yang dijalankan dengan seluruh anasirnya sesungguhnya memiliki motivasi dan mental budaya yang diketahui sebagai kesalahan tapi tetap dilakukan juga. Itulah yang oleh Kenduri Cinta diistilahkan sebagai Bangsa Penunggu Maghrib.

Walhasil, Cak Nun mengakhiri ulasannya itu dengan melakukan hipotesa tentang Mesir sebagaimana dituturkan diawal. Ketika Indonesia digadang-gadang oleh negara-negara di timur tengah, Mesir sesungguhnya memiliki naluri yang baik. Artinya, bahwa yang ingin ditiru oleh Mesir dan negara-negara Timur tengah lainnya bukanlah negara dan pemerintah Indonesia. Yang ingin ditiru adalah umat islam maupun rakyat Indonesia yang dikenal memiliki ketahanan mental yang tak bisa diremehkan begitu saja.

Sebelum mengakhiri pengantarnya, masih ada beberapa hal yang disampaikan oleh Cak Nun. Salah satunya  masalah internal jama’ah dikaitkan dengan cita-cita mengenai Indonesia untuk kurun waktu ke depan. Menurutnya, kehadiran jamaah di Padhang Mbulan, jika diumpamakan sebagai jejaka yang ndepe-ndepe di hadapan Tuhan memohon jodoh, maka jodoh orang Padhang Mbulan adalah orang lebih luas dari orang Maiyah, yang akan melaksanakan cita-cita untuk Indonesia, umat islam, dan seluruh manusia di seluruh dunia. Dan Tuhan akan menghadirkan jodoh itu.

“Jangan dipikir, Indonesia iku mek koen tok sing mikir. Akeh sing mikir Indonesia, bahkan gak mek menungso tok, gak mek wong indonesia tok, kabeh melok mikir Indonesia,” kata Cak Nun menuturkan, ”Percayalah, Indonesia akan mengalami perjodohan bawah dan atas. Pademine mesjid, sampek tembok-temboke, sampek blandare, nganti kubahe.....” imbuh Cak Nun.

Lebih lanjut Cak Nun menuturkan, Bangsa Indonesia ke depan akan melewati masa-masa setelah Maghrib. Dan hari ini adalah wingit-wingitnya surup.  Nanti akan ada revolusi yang cukup besar meski tidak gegap-gempita dan berdarah-darah. Cak Nun menyebutnya sebagai Revolusi yang Evolusioner, yakni sebuah revolusi dengan sebuah perhitungan yang matang dan tidak gegabah.

Bahkan untuk keperluan tersebut, secara terang-benderang Cak Nun membeberkan telah memiliki strategi untuk mendapatkan sejumlah dana dalam skala besar untuk satu hingga tiga tahun ke depan. Cak Nun juga menyatakan telah memiliki cara untuk mengatasi permasalahan-permasalan krusial di negara ini. Tentang koruptor yang menghabiskan uang negara dalam jumlah yang sangat besar, kasus-kasus yang dianggap konstitusional tapi sesungguhnya  perampokan besar-besaran atas aset-aset Indonesia seperti freeport, dan lain-lain.

Hal tersebut akan terjadi pada kurun waktu yang tidak terlalu lama. Bahkan jika Allah mengizinkan, satu dua tahun ke depan, akan terjadi beberapa peristiwa besar di negeri ini yang dipandu secara langsung oleh Allah sebagai rahmat bagi Bangsa Indonesia. Itu dalam rangka menjawab cita-cita orang-orang Maiyah tentang Indonesia (*)


Ditulis oleh : Em. Syuhada'
Jamaah Padhang Mbulan Lamongan - Mojokerto

Tweet

Related Posts

  • Ngaji, Bershalawat, dan Bersyukur Bersama TANGGAL 27 Mei 2013 malam Kiaikanjeng, Progress, dan Jamaah Maiyah dari berbagai kota berkumpul di Rumah Budaya EA
  • DARI SUMUR PADHANG MBULAN 15/8/2011 (III) REVOLUSI yang evolusioner. Itulah istilah yang dipilih Cak Nun untuk menggambarkan Indonesia beberapa waktu k
  • MAIYAH HONGKONG: Bikin Meja, Bukan Pidato Tentang Gergaji MINGGU lalu (21/04/2013), Cak Nun dan Mbak Via diundang oleh TKW di Hongkong untuk melaksanakan acara maiyahan. Jum
  • Mukaddimah Kenduri Cinta Februari 2013 : "DECODING INDONESIA" IBARATKAN SAJA, negeri ini adalah sebuah perangkat lunak komputer, software. Dibangun oleh tenaga-tenaga terampil
  • Dia Tidak Mengajariku: Dialah Guruku Umbu Landu Paranggi “Sedemikian rendahnya orang modern sehingga untuk berbuat baik saja perlu motivasi.” demikian
  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. Kira-kira jam delapan lewat seperempat, saya lihat masih
DARI SUMUR PADHANG MBULAN 15/8/2011 (II)
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Saturday, January 12, 2013 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link DARI SUMUR PADHANG MBULAN 15/8/2011 (II) sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi adalah ... read more
    Oct 12 2017
  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Tata Cara Pendaftaran Sertifikasi Guru Jalur Prestasi 2017
  • A. Persyaratan Peserta Sertifikasi Guru Guru di bawah ... read more
    Jun 18 2017
  • Pendaftaran Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2017 Jalur Prestasi
  • pejalasunyi.id - SERTIFIKASI adalah proses pemberian ... read more
    Jun 18 2017
  • Download PP No. 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 Tentang Guru
  • Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru ... read more
    Jun 12 2017
  • TANYA JAWAB PKB - GURU PEMBELAJAR TAHUN 2017
  • 1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENGEMBANGAN ... read more
    Jun 08 2017

    Arsip Blog

    • October (1)
    • June (14)
    • May (18)
    • April (2)
    • February (1)
    • January (1)
    • January (1)
    • November (1)
    • August (2)
    • July (2)
    • June (3)
    • May (13)
    • April (26)
    • March (30)
    • February (43)
    • January (50)
    • December (4)

    Resensi Buku

    BH, Emha Yang Gelisah, Emha Yang Bercerita
    Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
    Menyongsong Era Kecerdasan Baru: Totalitas Inteligensi
    Reformasi PT. Dengkulmu Mlicet
    Sisi Lain Sosok Muhammad SAW
    Tidak, Jibril Tidak Pensiun
    Merenungi Piwulang Kehidupan
    Change Your Soul, Change Your Life!
    MENGOPTIMALKAN KECERDASAN ANAK
    Hidup Sehat ala Saridin, Mati Serius ala Madura
    Guru Profesional Pembina Moral
    Kesadaran Mengambil Jarak

    Kategori

    Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik

    Followers

    Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

    Name Email Address important Content important

    Reportase Maiyah

  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Sastra dan Tiga Gelombang
  • BISAKAH kitab suci disampaikan tanpa sastra? Adakah kalimat ... read more
    Aug 03 2013
  • Ngaji, Bershalawat, dan Bersyukur Bersama
  • TANGGAL 27 Mei 2013 malam Kiaikanjeng, Progress, dan Jamaah ... read more
    Jun 04 2013
  • Mukadimah Kenduri Cinta Mei 2013: “Sumpah Berbisik"
  • Atas nama kemakmuran para penguasa mengklaim keabsahan ... read more
    May 07 2013

    Contact Form

    Name

    Email *

    Message *

    Artikel Random

    Memuat...
    Copyright © 2025 Pejalan Sunyi
    Template by Arlina Design