• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • Maiyahan Harlah NU 2013: Atlas Walisongo
  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
  • Perkiraan Turunnya Lailatul Qadar Berdasar Pengalaman Para Ulama Tashawuf
  • DOWNLOAD APLIKASI PENGOLAH NILAI IJAZAH SD
  • Pendaftaran Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2017 Jalur Prestasi
  • TANTANGAN PENDIDIKAN AGAMA DI SEKOLAH
  • Rasionalitas Sang "Kiai Mbeling"

Inspirasi

  • Pangdam IM Mayjen TNI Moch. Fachrudin Beri Beasiswa Kepada Bocah Penemu Energi Listrik
    Naufal Raziq sedang Berdiskusi dengan Pangdam IM Mayjen...
    Jun 03 2017 | Read more
  • #64TahunCakNun, Imam Bangsa
    “Ndhek dunyo iki alah mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah....
    May 27 2017 | Read more
  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
    NAMA aslinya Agung Prasetyo, lebih dikenal dengan sebutan Agung BH...
    May 25 2017 | Read more
  • Kisah Khamim, Pemuda Asal Pekalongan Yang Naik Haji Dengan Jalan Kaki
    pejalansunyi.id | NAIK haji dengan jalan kaki. Siapapun yang mendengar...
    May 25 2017 | Read more
  • Angkot Pustaka: Upaya Menggiatkan Literasi di sela Mengais Sebutir Nasi
    Pejalansunyi.id | BAGI insan pendidikan, bulan mei tak mungkin...
    May 08 2017 | Read more

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Esai / JALAN PINTAS

Thursday, December 16, 2010

JALAN PINTAS

BAGI Anda yang suka mencari jalan pintas, berhati-hatilah! Sebab, jika jalan yang Anda pilih ternyata terlarang dan tak dibenarkan, Anda mungkin bernasib sama seperti dua orang yang tewas di Tangerang beberapa waktu yang lalu. Gara-gara memilih jalan pintas yang kebetulan adalah lintasan pacu bandara, keduanya tewas mengenaskan setelah sepeda motor yang dikendarainya tertabrak pesawat yang sedang landing.................

Peristiwa naas dan mungkin baru pertama kalinya itu terjadi pada senin (19/4) di Tangerang. Kejadian bermula ketika pesawat latih jenis TB 10 PK AGU milik Sekolah Tinggi Ilmu Penerbangan (STIP) Curug sedang melakukan pendaratan di lintasan pacu bandara Budiarto, Curug, Tangerang. Ketika roda pesawat sudah hampir menyentuh tanah, sebuah sepeda motor Honda Vario yang dikendarai berboncengan oleh Aljumar (24) dan Yopie Hermawan (16) dengan begitu saja melintas. Tak pelak, kecelakaan tak bisa dihindarkan. Kedua pengemudi sepeda motor itu tewas tertabrak pesawat. Sementara kru pesawat harus dilarikan ke rumah sakit. Beberapa waktu kemudian, Jum’at (23/04), sang instruktur menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah kakinya diamputansi dan sempat kritis di Rumah Sakit beberapa hari.

Begitulah jika orang suka mencari jalan pintas. Resiko tak hanya menyangkut dirinya sendiri, namun juga mengancam keselamatan orang lain. Mungkin masih bisa dimafhumi jika jalan pintas yang dipilih dalam kategori wajar, tidak menyimpang, serta tidak mengganggu orang lain. Namun, jika jalan yang dilalui adalah jalan terlarang dan berbahaya, hal tersebut bisa berakibat fatal. Tragedi Curug itu memang patut disayangkan. Andaikan saja lintasan pacu bandara itu tak dijadikan jalan pintas oleh masyarakat, kecelakaan maut itu mungkin masih bisa dihindarkan. Tapi kenyataan berkata lain. Meskipun pagar pembatas telah terpasang di kawasan runway, pagar tersebut seringkali dijebol. Masyarakat lebih senang menerobos dan menggunakan lintasan itu sebagai jalan pintas, karena menghemat waktu, dan juga tenaga.

****
Jika menelisik sejenak peristiwa demi peristiwa yang berjalin-kelindan di negeri ini, kita mungkin menemukan kenyataan yang tak jauh berbeda dengan insiden yang terjadi di Curug Tangerang itu. Tragedi kemanusiaan yang terjadi, korupsi yang tak pernah mati dan terus menggerogoti sendi-sendi kehidupan bangsa, heboh makelar kasus di lembaga penegak hukum, mafia pajak, serta berbagai perbuatan menyimpang lainnya adalah wujud kongkrit dari usaha mencari jalan pintas yang dilakukan oleh sebagian manusia. Meskipun jalan pintas yang dipilih itu sesungguhnya diketahui sebagai jalan yang salah karena telah melanggar norma dan aturan, namun jalan itu tetap dipilih. Sebagian orang bahkan terlanjur menikmati jalan itu, dan terus berusaha mempertahankannya

Baca Juga

  • Tantrum
  • Serpih-serpih Kisah Bersama Umbu Landu Paranggi
  • Mimpi Menciptakan Soeharto Baru
Kebiasaan mencari jalan pintas tersebut -disadari atau tidak- tak bisa dilepaskan dari perkembangan tekhnologi yang begitu dahsyat menghantam kehidupan. Tak dimungkiri, bangsa ini sedang dilanda budaya instan yang sedemikian akutnya merambah kehidupan masyarakat. Budaya instan itulah yang mendorong manusia cenderung mencari jalan pintas. Memang, ditengah kepungan arus tekhnologi dan informasi yang begitu niscaya menyentuh tiap titik peradaban, kehidupan manusia semakin dipermudah. Segalanya bisa diperoleh serba cepat. Hal tersebut, mau tidak mau, mempengaruhi pola pikir masyarakat, sekaligus berdampak pada sikap dan perilaku mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.

Edward Burnett Tylor menyatakan, bahwa budaya atau kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan segala kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Instan dikatakan sebagai budaya karena hal tersebut telah menjadi kebiasaan dalam masyarakat, yakni kebiasaan yang ingin mendapatkan segala sesuatu diperoleh secara serba cepat.

Ada banyak perubahan pesat terjadi dalam kehidupan. Orang lebih suka menempuh jalan pintas tanpa mau melihat resiko. Pada titik ini, proses tak lagi penting, karena orang terlanjur hanya mementingkan hasil. Banyaknya produk instan yang bisa ditemui di mana saja, baik berupa makanan, pakaian, alat komunikasi, dan teknologi merupakan salah satu faktor utama dari merebaknya budaya instan tanpa disadari. Hal ini, secara langsung atau tidak langsung, akan mempengaruhi mentalitas manusia dalam mengarungi kehidupannya.

Daniel Bell, seorang sosiolog asal Amerika mengatakan, masyarakat instan adalah masyarakat yang menanggalkan sikap sabarnya dalam menghadapi sesuatu. Masyarakat yang tak mau lagi percaya bahwa peradaban manusia yang paling maju dilalui melalui proses panjang dan pembelajaran tiada henti. Masyarakat instan, masih menurut Bell, adalah masyarakat yang mati nurani dan akal budinya. Yang dikedepankan adalah kepentingan parsial, dan percaya sepenuhnya bahwa satu-satunya keinginan hanya bisa dicapai dengan perantaraan uang. Itulah sebabnya, satu-satunya jalan adalah bagaimana mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk melampiaskan hajat kehidupan.

Pandangan Bell tersebut, setidaknya relevan dengan keadaan masyarakat Indonesia pada kurun waktu terakhir. Ketika permasalahan hidup semakin kompleks menimpa bangsa ini, orang tidak lagi bisa berfikir panjang dalam menentukan sesuatu. Segalanya disikapi dengan cepat dan serba permukaan. Pada sisi lain, televisi sebagai sarana hiburan bagi masyarakat juga ikut andil dalam menumbuhkembangkan budaya tersebut. Betapa banyak tayangan televisi yang mampu menyihir pemirsanya agar menyikapi segala permasalahan kehidupan ini dengan jalan pintas dan tergesa-gesa.

Maka tak heran jika kemudian bangsa ini terpuruk pada krisis tiada henti. Memang, ketika kebiasaan mencari jalan pintas terus dipertahankan karena didorong cara berfikir instan, dan uang –seperti yang dikatakan Bell- dijadikan ujung pangkal aktifitas kehidupan, maka kehancuran demi kehancuran akan tampak semakin nyata di depan mata. Tragedi di Curug Tangerang sebagaimana disebut diatas hanyalah contoh lahir dan kasat mata, bahwa ketika jalan pintas terlarang itu yang dipilih, malapetaka dengan begitu saja akan datang menghantam. Kita bisa bayangkan jika jalan pintas yang dilalui adalah kebiasaan memperoleh materi dengan jalan tak wajar, baik dengan korupsi, kolusi, atau cara-cara menyimpang lainnya. Bukankah bencana kemanusiaan akan semakin nyata menimpa perikehidupan umat manusia?

Walhasil, pertanyaan penting yang harus terus didengungkan. Akankah kebiasaan mencari jalan pintas itu akan terus dipertahankan untuk kebaikan Indonesia ke depan? Wallahu a'lam bisshawab.***

Oleh : Em. Syuhada'

Tweet

Related Posts

  • SIASAT TUHAN ALKISAH, dahulu kala hiduplah dua orang raja yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda, seorang Raja mukmin dan R
  • KIAI CERET, KIAI GENTONG, ATAUKAH KIAI CINGKIR ..... DALAM menggambarkan tipikal kiai terkait fungsinya sebagai pembawa lentera, simbolisasi “kiai ceret” memang cocok di
  • Serpih-serpih Kisah Bersama Umbu Landu Paranggi PERTEMUAN pertama saya dengan Umbu adalah sebuah pertemuan yang sangat menjengkelkan sekaligus menggelikan, yang te
  • Bangsa Yang Harus di Ruwat Musibah dan Musibah : Mungkin bangsa Indonesia memang perlu diruwat. Ruwat dalam bahasa Jawa, kurang lebih berarti
  • Kreatifitas Manusia Indonesia Angkringan Lek Man Yogja: Foto diambil dari YogYes.Com SYAHDAN, setelah puas berjalan-jalan menikmati sebuah temp
  • Ulama, Kiai, Mubalig, Artis KONON istilah mula-mula muncul sebagai kesepakatan sesuatu kelompok atau kalangan tertentu. Istilah-istilah hadis,
JALAN PINTAS
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Thursday, December 16, 2010 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link JALAN PINTAS sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi adalah ... read more
    Oct 12 2017
  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Tata Cara Pendaftaran Sertifikasi Guru Jalur Prestasi 2017
  • A. Persyaratan Peserta Sertifikasi Guru Guru di bawah ... read more
    Jun 18 2017
  • Pendaftaran Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2017 Jalur Prestasi
  • pejalasunyi.id - SERTIFIKASI adalah proses pemberian ... read more
    Jun 18 2017
  • Download PP No. 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 Tentang Guru
  • Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru ... read more
    Jun 12 2017
  • TANYA JAWAB PKB - GURU PEMBELAJAR TAHUN 2017
  • 1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENGEMBANGAN ... read more
    Jun 08 2017

    Arsip Blog

    • October (1)
    • June (14)
    • May (18)
    • April (2)
    • February (1)
    • January (1)
    • January (1)
    • November (1)
    • August (2)
    • July (2)
    • June (3)
    • May (13)
    • April (26)
    • March (30)
    • February (43)
    • January (50)
    • December (4)

    Resensi Buku

    BH, Emha Yang Gelisah, Emha Yang Bercerita
    Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
    Menyongsong Era Kecerdasan Baru: Totalitas Inteligensi
    Reformasi PT. Dengkulmu Mlicet
    Sisi Lain Sosok Muhammad SAW
    Tidak, Jibril Tidak Pensiun
    Merenungi Piwulang Kehidupan
    Change Your Soul, Change Your Life!
    MENGOPTIMALKAN KECERDASAN ANAK
    Hidup Sehat ala Saridin, Mati Serius ala Madura
    Guru Profesional Pembina Moral
    Kesadaran Mengambil Jarak

    Kategori

    Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik

    Followers

    Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

    Name Email Address important Content important

    Reportase Maiyah

  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Sastra dan Tiga Gelombang
  • BISAKAH kitab suci disampaikan tanpa sastra? Adakah kalimat ... read more
    Aug 03 2013
  • Ngaji, Bershalawat, dan Bersyukur Bersama
  • TANGGAL 27 Mei 2013 malam Kiaikanjeng, Progress, dan Jamaah ... read more
    Jun 04 2013
  • Mukadimah Kenduri Cinta Mei 2013: “Sumpah Berbisik"
  • Atas nama kemakmuran para penguasa mengklaim keabsahan ... read more
    May 07 2013

    Contact Form

    Name

    Email *

    Message *

    Artikel Random

    Memuat...
    Copyright © 2025 Pejalan Sunyi
    Template by Arlina Design