Umbu Landu Paranggi |
“Sedemikian rendahnya orang modern sehingga untuk berbuat baik saja perlu motivasi.” demikian dikemuka Emha Ainun Nadjib -akrab dipanggil Cak Nun- dalam acara program CSR Republika-Telkom yang bertemakan Motivasi. Acara yang dibingkai Bangun Kecerdasan Bangsa “Bagimu Guru Kupersembahkan” itu dihadiri para guru di wilayah Yogyakarta dan berlangsung di Gedung Kantor Telkom Kotabaru Yogyakarta. Meski tampil sebagai narasumber dalam materi Motivasi, Cak Nun tidak berbicara panjang lebar, melainkan langsung memberikan ruang kepada peserta untuk melakukan serangkaian tanya jawab dan dialog bersama peserta yang hadir.
Penanya pertama, seorang guru perempuan berjilbab menyatakan kekagumannya pada Cak Nun karena bisa memperistri seorang selebritis, bisa membawa lari Novia Kolopaking dari Jakarta, dan lain sebagainya. Pertanyaan yang kemudian diajukan: bagaimana cara memotivasi Sabrang Noe dan Mbak Via sehingga bersedia lari dari Jakarta.
Pertanyaan perdana ini langsung ditanggapi serius oleh Cak Nun. Cak Nun berujar bahwa sesunggunnya ia amat prihatin terhadap pertanyaan di atas. “Guru harus mendidik anak supaya memiliki cara pandang yang tepat. Tidak logis Anda berjilbab bertanya seperti itu. Selebritis itu orang yang meraya-rayakan. Kami menolak menjadi selebritis, bahkan pun sekadar menjadi artis. Selebritis itu menyangkut nilai-nilai agama. Tentang rumah, pancen duwene omah neng Jogja. Dia (Mbak Via) tidak pernah menjadi artis. Dia hanya pernah bekerja sebagi tukang nyanyi dan main film. Mestinya, gengsi seorang guru berbicara soal artis. Guru itu urusan nilai. Anda itu mulia dan dimuliakan pertama kali oleh Tuhan. Iqra wa rabbukal akrom alladzi allama bilqalam (Bacalah dan tuhanmu maha lebih mulia, yang mengajarkan dengan kalam). Anda bersama Tuhan di dalam “al-akrom-Nya”, karena sebagai guru Anda bersinggungan dengan metode, cara, sarana, maintenance pendidikan/pengajaran. Itulah makna kalam,” demikian papar Cak Nun panjang lebar menjawab penanya pertama.
Penanya kedua menyodorkan pertanyaan seperti apakah guru ideal. “Tidak ada guru ideal. Daripada Anda pusing memikirkan guru ideal, mendingan Anda melakukan apa yang harus Anda lakukan, daripada nanti anda kecelek. Tetapi kalau bicara mendalam, siapa sih yang sesungguhnya maha mengajar? Nah, pendidikan itu dalam bahasa Arabnya adalah tarbiyah. Tarbiyah serumpun dengan kata Rob (Tuhan Pengasuh). Tarbiyah dan Rob berakar kata ro’ dan ba. Bentuk huruf ro’ itu melengkung, mengisyaratkan sifat menyesuaikan diri. Sementara ba itu secara bentuk menandakan sesuatu yang mampu memangku atau menampung. Jadi oleh Tuhan secara simbolis sudah didesain sedemikian rupa sehingga mendukung makna yang dikandungnya. Allah sebagai Rob itu merupakan pengasuh/pengajar. Maka jika kita berdoa terkait dengan fungsi Tuhan sebagai pengasuh/pengajar maka sapaannya adalah Ya Rabbi, bukan yang Ilahi. Sebab Ilahi itu tersusun atas huruf yang tegak dan kaku (alif dan lam dan ha yang beda sifatnya dengan ra' dan ba.”
Satu per satu pertanyaan terus diajukan para peserta, sampai kemudian seorang penanya, guru SMA DeBritto Yogyakarta mengajukan pertanyaan lugas: siapa sesungguhnya guru Anda. Dengan tegas Cak Nun menjawab, “Guru saya adalah Umbu Landu Paranggi. Dia pangeran yang meninggalkan kepangeranannya. Dia tak pernah mengajari saya, tak pernah mengkritik saya. Sebab guru bukanlah orang yang mengajari melainkan orang tempat kita belajar kepadanya. Dia tidak mengajariku, maka dia guruku. Paling pol dia menyuruh atau mengajak saya sedikit-sedikit saja. Pernah suatu malam, dia mengajak saya ke warung di dekat THR Yogyakarta. Di sana duduk mulai jam 8 malam hingga jam 4 pagi tanpa sepatah kata pun terucap dari mulut, hanya ngudut (merokok). Anda bisa bayangkan, apa yang ada dalam pikiran saya dalam setiap peralihan jam itu, mulai dari jam 8 ke jam 9 terus ke jam 10 dan seterusnya. Namun, justru dalam situasi tanpa kata itu, Umbu sebenarnya memberi hak tafsir yang luas. Saya mendapatkan banyak ilmu dari proses itu. Umbu membawa saya ke tasawuf tanpa sepatah kata pun dia pernah menyebut kata tasawuf.”
Tak terasa waktu yang diberikan telah mendekati batasnya. Uraian-uraian Cak Nun juga segera berakhir pukul 11.00 WIB. Cak Nun segera menutup dialog, dan tak lama kemudian langsung undur diri meninggalkan guru-guru dengan jurus-jurus penyikapan ilmu yang diharapkan bisa dipraktikkan dalam tugas-tugas keguruan mereka.[]
Penanya pertama, seorang guru perempuan berjilbab menyatakan kekagumannya pada Cak Nun karena bisa memperistri seorang selebritis, bisa membawa lari Novia Kolopaking dari Jakarta, dan lain sebagainya. Pertanyaan yang kemudian diajukan: bagaimana cara memotivasi Sabrang Noe dan Mbak Via sehingga bersedia lari dari Jakarta.
Pertanyaan perdana ini langsung ditanggapi serius oleh Cak Nun. Cak Nun berujar bahwa sesunggunnya ia amat prihatin terhadap pertanyaan di atas. “Guru harus mendidik anak supaya memiliki cara pandang yang tepat. Tidak logis Anda berjilbab bertanya seperti itu. Selebritis itu orang yang meraya-rayakan. Kami menolak menjadi selebritis, bahkan pun sekadar menjadi artis. Selebritis itu menyangkut nilai-nilai agama. Tentang rumah, pancen duwene omah neng Jogja. Dia (Mbak Via) tidak pernah menjadi artis. Dia hanya pernah bekerja sebagi tukang nyanyi dan main film. Mestinya, gengsi seorang guru berbicara soal artis. Guru itu urusan nilai. Anda itu mulia dan dimuliakan pertama kali oleh Tuhan. Iqra wa rabbukal akrom alladzi allama bilqalam (Bacalah dan tuhanmu maha lebih mulia, yang mengajarkan dengan kalam). Anda bersama Tuhan di dalam “al-akrom-Nya”, karena sebagai guru Anda bersinggungan dengan metode, cara, sarana, maintenance pendidikan/pengajaran. Itulah makna kalam,” demikian papar Cak Nun panjang lebar menjawab penanya pertama.
Penanya kedua menyodorkan pertanyaan seperti apakah guru ideal. “Tidak ada guru ideal. Daripada Anda pusing memikirkan guru ideal, mendingan Anda melakukan apa yang harus Anda lakukan, daripada nanti anda kecelek. Tetapi kalau bicara mendalam, siapa sih yang sesungguhnya maha mengajar? Nah, pendidikan itu dalam bahasa Arabnya adalah tarbiyah. Tarbiyah serumpun dengan kata Rob (Tuhan Pengasuh). Tarbiyah dan Rob berakar kata ro’ dan ba. Bentuk huruf ro’ itu melengkung, mengisyaratkan sifat menyesuaikan diri. Sementara ba itu secara bentuk menandakan sesuatu yang mampu memangku atau menampung. Jadi oleh Tuhan secara simbolis sudah didesain sedemikian rupa sehingga mendukung makna yang dikandungnya. Allah sebagai Rob itu merupakan pengasuh/pengajar. Maka jika kita berdoa terkait dengan fungsi Tuhan sebagai pengasuh/pengajar maka sapaannya adalah Ya Rabbi, bukan yang Ilahi. Sebab Ilahi itu tersusun atas huruf yang tegak dan kaku (alif dan lam dan ha yang beda sifatnya dengan ra' dan ba.”
Satu per satu pertanyaan terus diajukan para peserta, sampai kemudian seorang penanya, guru SMA DeBritto Yogyakarta mengajukan pertanyaan lugas: siapa sesungguhnya guru Anda. Dengan tegas Cak Nun menjawab, “Guru saya adalah Umbu Landu Paranggi. Dia pangeran yang meninggalkan kepangeranannya. Dia tak pernah mengajari saya, tak pernah mengkritik saya. Sebab guru bukanlah orang yang mengajari melainkan orang tempat kita belajar kepadanya. Dia tidak mengajariku, maka dia guruku. Paling pol dia menyuruh atau mengajak saya sedikit-sedikit saja. Pernah suatu malam, dia mengajak saya ke warung di dekat THR Yogyakarta. Di sana duduk mulai jam 8 malam hingga jam 4 pagi tanpa sepatah kata pun terucap dari mulut, hanya ngudut (merokok). Anda bisa bayangkan, apa yang ada dalam pikiran saya dalam setiap peralihan jam itu, mulai dari jam 8 ke jam 9 terus ke jam 10 dan seterusnya. Namun, justru dalam situasi tanpa kata itu, Umbu sebenarnya memberi hak tafsir yang luas. Saya mendapatkan banyak ilmu dari proses itu. Umbu membawa saya ke tasawuf tanpa sepatah kata pun dia pernah menyebut kata tasawuf.”
Tak terasa waktu yang diberikan telah mendekati batasnya. Uraian-uraian Cak Nun juga segera berakhir pukul 11.00 WIB. Cak Nun segera menutup dialog, dan tak lama kemudian langsung undur diri meninggalkan guru-guru dengan jurus-jurus penyikapan ilmu yang diharapkan bisa dipraktikkan dalam tugas-tugas keguruan mereka.[]
Dia Tidak Mengajariku: Dialah Guruku
4/
5
Oleh
Admin
Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>