• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
  • Kesharlindung: Guru Mulia Karena Karya
  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • Surat Terbuka untuk Bapak Menteri Pendidikan Tercinta
  • Aku Pingsan disambar Geledek

Inspirasi

  • Pangdam IM Mayjen TNI Moch. Fachrudin Beri Beasiswa Kepada Bocah Penemu Energi Listrik
    Naufal Raziq sedang Berdiskusi dengan Pangdam IM Mayjen...
    Jun 03 2017 | Read more
  • #64TahunCakNun, Imam Bangsa
    “Ndhek dunyo iki alah mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah....
    May 27 2017 | Read more
  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
    NAMA aslinya Agung Prasetyo, lebih dikenal dengan sebutan Agung BH...
    May 25 2017 | Read more
  • Kisah Khamim, Pemuda Asal Pekalongan Yang Naik Haji Dengan Jalan Kaki
    pejalansunyi.id | NAIK haji dengan jalan kaki. Siapapun yang mendengar...
    May 25 2017 | Read more
  • Angkot Pustaka: Upaya Menggiatkan Literasi di sela Mengais Sebutir Nasi
    Pejalansunyi.id | BAGI insan pendidikan, bulan mei tak mungkin...
    May 08 2017 | Read more

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Reportase Maiyah / Memaknai Revolusi Dalam Maiyah

Wednesday, January 23, 2013

Memaknai Revolusi Dalam Maiyah

Reportase Mocopat Syafaat 2013
Catatan : Fahmi Agustian
HUJAN cukup deras yang mengguyur tanah Jogja pada pertengahan bulan pembuka tahun 2013 tidak juga menyurutkan kehadiran jama’ah Mocopat Syafa’at. Malam Jumat tanggal 17 Januari, meskipun agak terlambat daripada biasanya – ketika itu menjelang pukul sembilan – lantunan ayat-ayat Alquran menghiasi pelataran TKIT Alhamdulillah.

Setelah diputarkan video orasi Cak Nun dua hari sebelumnya di Taman Ismail Marzuki, Merajut Kembali Nusantara, jamaah dikawal memasuki sesi pertama diskusi oleh Mas Helmi dan Mas Eko Nuryono.

Sudah berkali-kali Cak Nun memaparkan dalam berbagai macam forum bahwa manusia Indonesia adalah manusia yang revolusioner. Mereka memiliki kemampuan mengubah karakter perilaku dari yang bersifat malaikat ke yang bersifat iblis dalam kurun waktu yang sangat singkat. Kenekatannya juga luar biasa : berani menikah tanpa harus terlebih dulu memiliki pekerjaan tetap; berani duduk manis di atas gerbong kereta tanpa meributkan ada atau tidaknya pengaman, dan banyak lagi.

Melihat fakta bahwa rakyat kelas menengah Indonesia memiliki watak radikal revolusioner, kemungkinan terjadinya revolusi di negeri ini sangat besar. Revolusi yang bagaimana? Cak Nun lantas memaparkan lima jalan revolusi :
Mahkamah Konstitusi menganulir sejumlah pasal konstitusi dan undang-undang yang anti-rakyat, mengkhianati nasionalisme, dan membatalkan keabsahan pemerintah.
Presiden SBY melakukan tindakan revolusioner dengan mengacu pada Hayam Wuruk yang membatasi diri sebagai Kepala Kerajaan dan menyerahkan sepenuhnya urusan pemerintahan kepada Perdana Menteri Gadjahmada. Untuk ini, SBY bisa bikin Dewan Negara.
Sesungguhnya alat produksi sejarah yang primer berada di genggaman tangan media massa, karena merekalah yang menentukan ‘nasib’ setiap langkah pelaku dan peristiwa sejarah. Di langit ada lauhul mahfudz, di bumi ada media massa. Rakyat Indonesia bisa memasrahkan nasib mereka pada media massa untuk direvolusi seradikal mungkin menuju Indonesia Baru yang adil, makmur, dan disukai Tuhan.
Mengumpulkan petisi berupa tanda tangan rakyat dari beragam gerakan dari berbagai lapisan dan wilayah untuk menyatakan mosi tidak percaya kepada pemerintah dan sejumlah hal lain tentang NKRI. Boikot total Pemilu 2014.
Santet massal atau bunuh diri nasional.
Rakyat Indonesia saat ini sudah tidak lagi memliliki kedaulatan apapun di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini. Demokrasi yang dianut oleh Indonesia justru menjadi sistem pemerintahan demokrasi yang terkontaminasi pemerintahan otoriter. Bahkan diktator yang ada di Indonesia jumlahnya lebih dari satu.

Diskusi sesi pertama membahas juga diskriminasi media massa terhadap semua yang dilakukan Cak Nun selama ini. Untuk menyebut sedikit contoh : Maiyah KPK tahun 2011 di Pendopo Taman Siswa Jogja, dan juga orasi Cak Nun di TIM beberapa hari berselang. Orasi panjang dan berisi yang disampaikan di depan banyak media dan aktivis itu hanya diambil secuil – kalimat selingan berupa sindiran terhadap penunjukan Roy Suryo : jadilah sebuah judul berita.

Atas hal tersebut, seorang dari jama’ah memberikan respon bahwa agar terlepas dari diskriminasi-diskriminasi tersebut, Cak Nun agar memiliki media massa sendiri – meskipun hampir semua jama’ah memahami bahwa Cak Nun sangat tidak ambil pusing terhadap peniadaan-peniadaan semacam itu.

Untuk mengawali sesi kedua diskusi, Cak Nun mengajak jama’ah membaca Al-Fatihah untuk saudara-saudara di Jakarta yang sedang dilanda banjir, yang kali ini lebih besar daripada yang sudah-sudah.

“Orang Indonesia adalah orang yang mampu hidup dalam ketidakjelasan dan ketidakpastian.”

Cak Nun juga bercerita bahwa beberapa saat sebelumnya Baliau menerima sebuah SMS yang kurang-lebih berisi: ‘Di belahan bumi manapun ketinggian banjir diukur dalam skala meter atau centimeter; hanya di Indonesia ketinggian banjir diukur dalam skala mata kaki, pinggang, perut, atau leher’. Klasifikasi ketinggian banjir ini jelas berada dalam lingkup ketidakkjelasan yang sangat nyata, karena tinggi mata kaki manusia tentu berbeda satu sama lain.

Di zaman ini, ilmu-ilmu modern yang ada tidak mampu menerima bahwa kejadian alam sangat erat hubungannya dengan tingkah laku manusia. Satu pertanyaan : apakah banjir Jakarta kali ini memang tidak ada hubungannya dengan terpilihnya Jokowi menjadi Gubernur Jakarta?. Seringkali di pedesaan terjadi sebuah diskusi, jika si A yang menjadi kepala desa (lurah), maka rakyat akan sejahtera, alam akan subur dan seterusnya. Berbeda jika B yang menjadi kepala desa, maka kesejahteraan dan kesuburan alam akan jauh dari kehidupan rakyatnya. Hal seperti ini sudah tidak bisa diterima oleh ilmu-ilmu modern.

Mas Arif dari Nahdlatul Muhammadiyin sedikit mengomentari sejumlah tokoh partai yang tersandera oleh masalahnya masing-masing : Aburizal Bakrie dengan kasus Lapindo, Anas Urbaningrum dengan kasus Hambalang, Prabowo dengan kasus penculikan mahasiswa pada tragedi Mei 1998, dan sebagainya.

Cak Nun merespon satu topik mengenai tersanderanya Aburizal Bakrie oleh kasus lumpur Lapindo. Selain Bakrie, ada dua pemegang saham utama Lapindo, yakni Santos (Australia) dan Arifin Panigoro (Medco). Kedua orang ini, yang merupakan pemilik saham mayoritas, sudah angkat tangan, sampai kemudian salah satu anak dari Ahmad Bakrie (yang namanya dirahasiakan oleh Cak Nun) mengeluarkan uang sejumlah hampir 7,8 Triliun Rupiah untuk membayar ganti rugi aset kepada 13.526 Kepala Keluarga sampai berkali-kali lipat; untuk tanah dihargai lima kali lipat dan bangunan sampai enam kali lipat. Satu lagi fakta : Aburizal Bakrie tidak membela diri dalam kasus ini. Ada dua kemungkinan untuk itu : Bakrie memang merasa bersalah, atau Bakrie sangat yakin bahwa dirinya berada dalam posisi yang benar.

Baca Juga

  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • Sastra dan Tiga Gelombang
  • Ngaji, Bershalawat, dan Bersyukur Bersama
Mengenai diskriminasi, Cak Nun mengatakan bahwa Beliau sudah merasakan hal itu dari berbagai pihak sejak tahun 1973. Ibarat nasi yang tak pernah peduli apakah ia dianggap sebagai nasi atau tidak, diam-diam toh ia tetap dimakan. Sama halnya dengan Cak Nun, yang tidak dianggap oleh banyak pihak namun diam-diam mereka memanfaatkan apa-apa yang Beliau kerjakan.

Dalam urusan diskrimanasi ini Cak Nun memiliki sebuah rumusan ; “Dengan adanya diskriminasi, ada kesempatan untuk memaafkan; karena seharusnya yang kita cari adalah laba akhirat. Media massa saat ini tidak ubahnya seperti warung sop buntut. Dari sapi yang sedemikian besar, hanya diambil buntutnya untuk dihidangkan.”

Kembali ke topik awal, revolusi. Revolusi atau perubahan apapun yang terjadi di Indonesia tidak akan akurat terhadap apa yang dimaksudkan kalau kita tak punya landasan pengetahuan yang tepat pada tahap sebelumnya. Dalam hal ini, Reformasi 1998. Suatu penyakit tak akan terobati tanpa diagnosis yang tepat. Untuk itu, Cak Nun mengajak para jama’ah untuk mengingat kembali peristiwa Mei 1998.

Cak Nun pernah berucap, “Wallahi, saya menyesali semua yang saya lakukan pada 16-21 Mei 1998. Andaikan saya bisa, saya akan melakukan revolusi waktu.”

Cak Nun melanjutkan; “Kita harus bisa memetakan, apakah Soeharto itu terpaksa turun atau ikhlas dan legowo untuk turun dari kursi kepresidenan saat itu?”. Mayoritas masyarakat dunia mengenal Amien Rais sebagai tokoh utama Reformasi ’98, sampai-sampai berani melegitimasi Amien Rais sebagai tokoh utama yang membuat Soeharto turun. Padahal, Soeharto pertama kali menyatakan mundur justru kepada Cak Nun dan Cak Nur. Keputusan inilah yang kemudian diperkuat di hadapan 9 tokoh. Sebagai catatan; dalam sembilan tokoh yang bertemu Soeharto di Istana saat itu, tak ada Amien Rais.

Ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya peristiwa Mei ’98 : faktor kerusuhan yang meluas di kota-kota besar Indonesia kala itu, faktor melemahnya kurs Rupiah sampai mendekati sepuluh kali lipat, juga faktor politik dan gerakan mahasiswa.

Melemahnya kurs mata uang kita itulah yang merupakan faktor primer. Dari sana berimbas pada kerusuhan dan penjarahan besar-besaran (kemarahan rakyat). Adakah kemungkinan hubungan dengan konspirasi global?.

Perlu difahami, bahwa Soeharto sangat kuat pada saat itu. Semarah apapun mahasiswa, beliau punya formula untuk meredakan kemarahan mahasiswa saat itu. Militer juga berada dalam genggamannya. Akan tetapi, jika rakyat sudah marah, Soeharto tak bisa meredakannya. Setidaknya, itulah yang Soeharto akui dihadapan Cak Nun. Oleh karena itu jalan yang harus ditempuh untuk menghadapai kemarahan rakyat saat itu adalah mundur dari jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia.

Dalam sejarah, ada dua opsi yang harus dihadapi oleh pemimpin-pemimpin dunia yang dilengserkan dari kursinya : dipenjara/diadili, atau mencari suaka ke luar negeri. Yang mana yang terjadi pada Soeharto? Tidak keduanya.

Sejak tanggal 18 Mei malam, setidaknya 16 bom dipasang di beberapa titik vital di Jakarta. Soeharto saat itu berada pada posisi sangat riskan – jangan sampai satu menit pun Indonesia vakum kekuasaan. Tanggal 19, di Istana Negara berlangsung pertemuan antara Soeharto dengan 9 tokoh nasional. Tank-tank militer mengelilingi Istana; salah satunya memonitor pertemuan dengan menggunakan kamera video sambil memegang remote pengaktifan 16 bom tadi. Bom akan diledakkan dengan 3 rumus : Soeharto memberi kode peledakan, Soeharto pingsan dalam pertemuan, atau Soeharto diam lebih dari satu menit. Pertemuan hari itu bukan merupakan negosiasi proses turunnya Soeharto.

Dalam sebuah surat yang disusun pada tanggal 16 Mei 1998 oleh Cak Nun, Cak Nur, Malik Fajar, Utomo Dananjaya, dan S. Drajad, disampaikan permintaan kepada Soeharto untuk turun dengan 4 opsi; salah satunya : turunnya Soeharto diikuti oleh mundurnya kabinet dan bubarnya MPR-DPR, kemudian dibentuk Komite Reformasi yang menjadi MPR-S untuk mengangkat kepala negara sementara selama 1 tahun setelah Soeharto turun dan merencanakan Pemilu untuk membentuk pemerintahan yang baru. Komite ini terdiri dari 45 orang, di mana 3 diantaranya – Soeharto, Harmoko, dan Akbar Tandjung – adalah tokoh Orde Baru. Komite ini pada akhirnya gagal karena dianggap sebagai antek Soeharto.

Rakyat sudah luar biasa marah pada ketika itu. Tanggal 18 malam, setelah membaca surat tersebut, Soeharto menghubungi Cak Nun dan Cak Nur dengan menyatakan siap turun, tapi minta didampingi oleh kedua tokoh tersebut. Setelahnya, 5 tokoh ditambah dengan 4 tokoh sesepuh pada tanggal 19 bertemu dengan Soeharto. Amien Rais tidak diikutsertakan pada pertemuan tersebut karena menurut pertimbangan Cak Nun akan menjadi sangat tidak kondusif jika macannya Reformasi diajak dalam pertemuan dengan macannya Orde Baru.

Selepas itu, kejadian-kejadian pasca Reformasi ternyata justru mendiskriminasikan Cak Nun – bahkan diskriminasi itu juga dilakukan oleh beberapa sosok dalam Sembilan Tokoh. Cak Nun mengatakan pada media saat itu bahwa Reformasi tidak jujur. Naskah Ikrar Khusnul Khatimah yang berisi empat butir sumpah yang disusun Cak Nun untuk Soeharto – Soeharto sumpah tidak menjadi presiden, sumpah untuk tidak ikut campur dalam pemilihan presiden selanjutnya, siap diadili, dan siap mengembalikan harta kepada rakyat – telah ditandatangani oleh Soeharto, dan sampai saat ini masih disimpan oleh Cak Nun.

Setelah secara resmi Soeharto menyatakan mundur dari kursi kepresidenan pada 21 Mei 1998, kemudian Habibie menjadi presiden, lima tokoh yang digawangi oleh Cak Nun kembali mengadakan pertemuan yang pada pokoknya menyatakan bahwa Habibie merupakan presiden transisional, tidak boleh diberi cek kosong dalam memimpin Indonesia. Cak Nun kemudian menyusun naskah tentang hasil pertemuan yang nantinya akan dibacakan Cak Nur. Ketika naskah itu sudah ditandatangani oleh kelima tokoh dan dibacakan, nama Amien Rais justru dimunculkan sementara 4 tokoh selain Cak Nur tidak disebut. Hingga detik ini Cak Nun tidak mengetahui apa yang sebenarnya dibicarakan antara Cak Nur dengan Amien Rais pada malam sebelum naskah tersebut dibacakan.

Jika memang rakyat Indonesia menginginkan sebuah perubahan yang signifikan, katakanlah revolusi, maka seluruh elemen bangsa ini tidak boleh buta terhadap fakta-fakta sejraha sebelumnya, pada tahap ini adalah Reformasi 1998. Bangsa ini harus berani menyatakan bahwa Reformasi 1998 tidak jujur, dan tidak ada bedanya dengan orde baru. Yang kita saksikan setelah reformasi justru kemunculan soeharto-soeharto yang baru di berbagai elemen pemerintahan.

Sekitar pukul 3 dinihari, Mocopat Syafaat edisi Januari 2013 diakhiri dengan do’a bersama yang dipimpin oleh salah satu pengurus Nahdlatul Muhammadiyin. []

Tweet

Related Posts

  • Mukaddimah Kenduri Cinta Februari 2013 : "DECODING INDONESIA" IBARATKAN SAJA, negeri ini adalah sebuah perangkat lunak komputer, software. Dibangun oleh tenaga-tenaga terampil
  • Cinta dalam Dimensi Ruang dan Waktu Reportase Pengajian Padhangmbulan 19/11/2002Kehadiran kita di Padhangmbulan seratus persen untuk menambah keakraban
  • Legacies of Pluralism, Diversity, and Democracy SELASA, 22 Januari 2013, Consulate General of the United States of America di Surabaya menyelenggarakan acara ATr
  • KENDURI CINTA APRIL 2013: Tiga Catatan Cak Nun CAK NUN memberikan tiga catatan untuk melegitimasi : 1. Di dalam ayat-ayat Tuhan selalu disebut bahwa ‘yang terden
  • "Qiyam....mu Lali" Reportase Kenduri Cinta Desember 2012 Ya ayyuhal muzzammil, qumillayla illa qolila.... Ya ayyuhal mud
  • Beda Antara Ilmu dan Makrifat Reportase Pengajian Padhangmbulan 19/11/2002 (2)"Ilmu berasal dari kata 'aalima: mengetahui secara mendalam. Kalau a
Memaknai Revolusi Dalam Maiyah
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Wednesday, January 23, 2013 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link Memaknai Revolusi Dalam Maiyah sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi adalah ... read more
    Oct 12 2017
  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Tata Cara Pendaftaran Sertifikasi Guru Jalur Prestasi 2017
  • A. Persyaratan Peserta Sertifikasi Guru Guru di bawah ... read more
    Jun 18 2017
  • Pendaftaran Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2017 Jalur Prestasi
  • pejalasunyi.id - SERTIFIKASI adalah proses pemberian ... read more
    Jun 18 2017
  • Download PP No. 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 Tentang Guru
  • Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru ... read more
    Jun 12 2017
  • TANYA JAWAB PKB - GURU PEMBELAJAR TAHUN 2017
  • 1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENGEMBANGAN ... read more
    Jun 08 2017

    Arsip Blog

    • October (1)
    • June (14)
    • May (18)
    • April (2)
    • February (1)
    • January (1)
    • January (1)
    • November (1)
    • August (2)
    • July (2)
    • June (3)
    • May (13)
    • April (26)
    • March (30)
    • February (43)
    • January (50)
    • December (4)

    Resensi Buku

    BH, Emha Yang Gelisah, Emha Yang Bercerita
    Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
    Menyongsong Era Kecerdasan Baru: Totalitas Inteligensi
    Reformasi PT. Dengkulmu Mlicet
    Sisi Lain Sosok Muhammad SAW
    Tidak, Jibril Tidak Pensiun
    Merenungi Piwulang Kehidupan
    Change Your Soul, Change Your Life!
    MENGOPTIMALKAN KECERDASAN ANAK
    Hidup Sehat ala Saridin, Mati Serius ala Madura
    Guru Profesional Pembina Moral
    Kesadaran Mengambil Jarak

    Kategori

    Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik

    Followers

    Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

    Name Email Address important Content important

    Reportase Maiyah

  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Sastra dan Tiga Gelombang
  • BISAKAH kitab suci disampaikan tanpa sastra? Adakah kalimat ... read more
    Aug 03 2013
  • Ngaji, Bershalawat, dan Bersyukur Bersama
  • TANGGAL 27 Mei 2013 malam Kiaikanjeng, Progress, dan Jamaah ... read more
    Jun 04 2013
  • Mukadimah Kenduri Cinta Mei 2013: “Sumpah Berbisik"
  • Atas nama kemakmuran para penguasa mengklaim keabsahan ... read more
    May 07 2013

    Contact Form

    Name

    Email *

    Message *

    Artikel Random

    Memuat...
    Copyright © 2025 Pejalan Sunyi
    Template by Arlina Design