• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • Daftar Penerima Tunjangan Khusus Daerah Terpencil (Dikdas SD-SMP) Tahun 2013
  • Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
  • GURU: ‘Digugu dan Ditiru’ ataukah ‘Nek Minggu Turu’?
  • Daftar Penerima Tunjangan Kualifikasi S1 Tahun 2013
  • Cara Unduh Formulir NUPTK
  • Peran Sunan Kalijaga Untuk Indonesia Baru
  • Prosedur Melakukan Verifikasi dan Validasi NUPTK 2013

Inspirasi

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Kolom Jamaah Maiyah / Empat Kesalahan Bangsa Indonesia

Tuesday, February 12, 2013

Empat Kesalahan Bangsa Indonesia

Baca Juga

Ada empat kesalahan mendasar dalam perjalanan bangsa Indonesia yakni, naskah proklamasi, lambang-lambang negara, bentuk negara, dan naskah lagu kebangsaan. Keempat kesalahan ini memberikan arti penting dalam perjalanan Bangsa Indonesia. Mari kita renungkan.

Naskah Proklamasi
PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan, d.l.l. diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05

Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno / Hatta
Isi naskah proklamasi mengandung dua makna dasar yaitu:
Menyatakan kemerdekaan
Pemindahan kekuasaan
Menyatakan Kemerdekaan
Setelah menyatakan kemerdekaan, lalu membuat bentuk negara. Menurut hemat terawang batin kami, sesuai petunjuk gaib, bahwa bentuk Negara Indonesia seharusnya Kerajaan, bukan Republik. Hal tersebut bisa dilihat dari kitab suci agama yang salam salah satu ayatnya menyebutkan bahwa “Akulah Allah yang memberikan Kerajaan kepada siapa yang Ku-kehendaki dan membuat kerajaan dari siapa yang Ku-kehendaki. (Sampai sekarang ini, seperti Inggris, belanda, dan Jepang, masih berbentuk Kerajaan)

Setelah membentuk Negara republik, kemudian membuat dasar Negara, dengan dasar Pancasila. Isi dan filosofi Pancasila sungguh sangatlah bagus, namun ketika Dasar Negara diberi lambang atau simbol, maka menurut hemat terawang batin kami, malah menjadi malapetaka. Betapa tidak, kita ambil contoh simbol bintang yang merupakan benda ciptaan Tuhan. Bagaimana mungkin, benda dijadikan symbol pada sila 1, Ketuhanan Yang Maha Esa, padahal Tuhanlah yang menciptakan bintang.

Setelah membuat Lambang Negara, kemudian membuat Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. WR Soepratman yang mengarang Lagu Indonesia Raya, sebenarnya menciptakan 3 versi syair. Kenapa yang dipilih sebagai syair resmi Lagu Kebangsaan adalah syair versi pertama yang mengandung kata tumpah darah?

Pemindahan kekuasaan

Sebelum merdeka, dalam beberapa dekade, Indonesia dikuasai oleh PENJAJAH, artinya yang mempunyai kekuasaan adalah PENJAJAH. Lalu apa makna PEMINDAHAN KEKUASAAN? Yang terjadi, menurut terawang batin kami adalah memang PEMINDAHAN KEKUASAAN, yaitu memindahkan hakikat atau ruhnya PENJAJAH. Oleh karena itu, hingga detik ini pun, hokum positif yang berlaku atau yang masih dipakai adalah HUKUM PENJAJAH. Sifat atau tabiat PENJAJAH adalah PEMBOHONG, PENINDAS, dan berperilaku TIDAK ADIL.

Seperti yang dialami bangsa Indonesia sampai saat ini, para Penyelenggara Negara dari pucuk pimpinan sampai dengan bawahan berperilaku sama seperti PENJAJAH, bahkan lebih buruk lagi. Pada zaman penjajahan hutan dan kekayaan alam lainnya masih melimpah ruah. Penjajah hanya mengambil sebagian saja. Pada saat sekarang ini, HUTAN DIBABAT GUNDUL, kekayaan alam dieksploitasi besar-besaran. Hasilnya, HUTANG bangsa semakin menumpuk, sementara kehidupan rakyat semakin tercekik. Penindasan dan ketidakadilan para Penyelenggara Negara, bisa dilihat dari contoh: pejabat tinggi boleh berpartai politik, sementara pegawai negeri tidak boleh. Ketidakadilan yang lain adalah Anggaran Biaya Rumah Tangga Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Pimpinan DPR, sangat melimpah sehingga mereka bisa hidup bermewah-mewah. Sementara itu, gaji pegawai negeri tidak cukup untuk makan dua minggu. Maka untuk mencukupi kebutuhannya, mereka menyalahgunakan jabatan atau melakukan tindak korupsi. Anehnya, setelah kebutuhan pokok tercukupi, kebiasaan korupsi pun tetap dilaksanakan.

Janji pemerintah kepada rakyat hanyalah RETORIKA dan OMONG KOSONG belaka. Janji biaya sekolah murah bagi yang tidak mampu misalnya, tidak pernah terwujud.

Belum lama ini tersiar di media massa, pada acara Hari Pendidikan Nasional, disuguhkan berita mengenai anak sekolah yang bunuh diri karena tidak sanggup membayar biaya sebesar Rp 20.000,- Bagi para pemimpin bangsa yang berjiwa PENJAJAH dan kebetulan urat malunya sudah putus, contoh seperti itu bukan menjadi masalah. Memang, di sini tidak seperti kultur di Jepang misalnya, seorang pejabat gagal, minimal mengundurkan diri, atau malah banyak yang melakukan bunuh diri, karena urat malunya masih ada dan nadi tanggungjawabnya masih berfungsi.

Apa yang kita lihat dan kita rasakan pada Perjalanan Bangsa Indonesia dengan segenap para mantan pemimpin dan para pemimpin bangsa yang masih menjabat, tidak selayaknya dan kita tidak boleh menghujat mereka, tetapi justru kita harus berterima kasih atas kebohongan, penindasan, dan ketidakadilan mereka. Dengan demikian REVOLUSI akan SEGERA TERJADI.

Lambang Negara

Sila 1 Ketuhanan Yang Maha Esa

Lambang bintang: perpaduan dari dua segitiga ke atas dan ke bawah. Segitiga ke atas adalah lambang gaib bagi seluruh kaum yang mencerminkan kekuatan gaib. Segitiga ke bawah adalah lambang manusia.

Penggabungan keduanya sama dengan penggabungan antara kekuatan gaib dan manusia yang kemudian dimodifikasi menjadi bintang segilima seperti dalam lambang garuda selama ini. Hanya saja ketika dijadikan lambang sila pertama, tidak cocok dengan makna dari sila itu sendiri. Akibatnya, banyak masyarakat kita yang melupakan kuasa Tuhan karena kuatnya pengaruh lambang segitiga ke bawah itu.

Sila 2: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Lambang: Rantai. Arti: Rantai adalah pengikat bagi sesuatu atau bisa juga sebagai kiasan yang bermakna keras, kuat dan kokoh. Pada sila ke-2 ini apakah mungkin kemanusiaan yang adil dan beradab dilambangkan dilambangkan dengan rantai. Akibatnya: Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat bangsa kita lebih menonjolkan sikap keras dibandingkan bersifat baik dan adil sebagaimana mestinya.

Sila ke-3: Persatuan Indonesia


Lambang: Pohon Beringin. Arti: Pohon beringin adalah simbol yang pada umumnya mencerminkan keangkeran suatu tempat. Pohon beringin sering dojadikan tempat oleh makhluk gaib yang bersifat hitam atau berwatak iblis. Akibatnya: Banyak oknum pejabat negara yang bersifat seperti pohon beringin, yakni bermental jahat serta berwatak iblis.

Sila ke-4: Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.

Lambang: Kepala Banteng. Arti: Banteng adalah binatang yang sehari-hari lebih mengandalkan naluri kejantanannya dan sering dipakai sebagai binatang aduan. Akibatnya: Dalam pemerintahan yang sudah kita lalui, hampir semuanya bersikap seperti layaknya banteng yaitu mementingkan naluri egonya dan sama sekali tidak menunjukkan sikap sebagai wakli rakyat.

Sila ke-5 : Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Lambang : Padi dan Kapas. Arti Padi: adalah lambang kemakmuran. Kapas tanda kesucian. Akibatnya: Lambang ini lebih erat kaitannya dengan pasal 2, seperti yang sudah kami tulis di atas.

*)oleh : M. Taufik Kindi,
dikutip dari Buletin Kenduri Cinta,Tahun 3 Edisi 2 - 09 September 2005

Tweet

Related Posts

Empat Kesalahan Bangsa Indonesia
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Tuesday, February 12, 2013 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link Empat Kesalahan Bangsa Indonesia sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

Arsip Blog

  • October (1)
  • June (14)
  • May (18)
  • April (2)
  • February (1)
  • January (1)
  • January (1)
  • November (1)
  • August (2)
  • July (2)
  • June (3)
  • May (13)
  • April (26)
  • March (30)
  • February (43)
  • January (50)
  • December (4)

Resensi Buku

Kategori

Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik
Pejalan Sunyi

Followers

Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

Name Email Address important Content important

Reportase Maiyah

Contact Form

Name

Email *

Message *

Artikel Random

Memuat...
Copyright © Pejalan Sunyi
Template by Arlina Design