• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
  • Menjelang Idul Fitri
  • Seharusnya Berjudul Celana Dalam
  • JALAN PINTAS

Inspirasi

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Resensi Buku / Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon

Wednesday, May 31, 2017

Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon

Baca Juga

Jejak Keteladanan Kiai Arief Hasan

KH. Salahuddin Wahid
Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang

KETIKA dimintai kesediaan memberi kata pengantar buku ini oleh Saiful Amin Ghofur, semula saya bertanya dalam hati: siapakah KH.Arief Hasan itu?

Nama KH. Arief Hasan memang belum begitu akrab di telinga saya. Akan tetapi, setelah berdiskusi sejenak dengan Saiful ketika ia berkunjung ke Tebuireng beberapa waktu lalu, saya baru tahu bahwa KH. Arief Hasan adalah santri al-mukarram KH. Hasyim Asy’ari di Pondok Pesantren Tebuireng pada tahun 1930-an.

Walau tak begitu lama nyantri kepada al-mukarram KH. Hasyim Asy’ari, kira-kira 6 tahun, namun KH. Arief Hasan berhasil mendirikan Pondok Pesantren Roudlotun Nasyi’in di Beratkulon Kemlagi Mojokerto.

Ini sekaligus menjadi bukti keberhasilan al-mukarram KH. Hasyim Asy’ari dalam mendidik santri-santrinya. Karena itulah, saya menyambut positif terbitnya buku ini, sebab telah memperpanjang deretan bukubuku otobiografi para kiai NU yang telah terbit sebelumnya.

Tradisi penulisan semacam ini perlu dibudayakan lebih lanjut dalam dunia pesantren mengingat masih banyak sosok kiai NU yang sudah lama wafat, tetapi belum ada upaya serius untuk membukukannya.

Seperti halnya KH. Arief Hasan ini. Seandainya tidak muncul inisiatif untuk dibukukan, bukan tidak mungkin data, terutama yang diakses dari saksi hidup, akan semakin sulit diperoleh. Belum lagi minimnya data tertulis kian mengindikasikan lemahnya budaya tulis di kalangan pesantren sendiri.

Terlepas dari faktor di atas, saya ingin menggarisbawahi beberapa hal berkenaan dengan sejarah hidup KH. Arief Hasan. Pertama, tentang kepatuhan. Aspek ini amat penting diteladani. Sewaktu KH. Arief Hasan menimba ilmu di Tebuireng, kepatuhan terhadap almukarram KH. Hasyim Asy’ari terlihat sangat menonjol.

Faktor kepatuhan terhadap kiai dalam konteks belajar bisa menjadi salah satu sebab keberhasilan. Demikian pula dalam konteks hidup bermasyarakat, faktor kepatuhan terhadap pemimpin dapat mendorong terciptanya kebahagiaan. Akan tetapi, tentu kepatuhan di sini hanya berlaku dalam hal positif, bukan negatif.

Namun perlu dipahami bahwa hubungan antara santri dengan kiai pada saat ini amat berbeda dengan hubungan KH. Arief Hasan dan al-mukarram KH. Hasyim Asy’ari. Saat itu hubungan tidak bersifat teknis tetapi juga bersifat spiritual. Aspek barokah pada waktu itu amat menonjol. Sebagai contoh, KH. Wahid Hasyim pernah mondok di beberapa pondok pesantren hanya dalam waktu seminggu karena ingin mendapat barokah kiai pengasuh pesantren tempat beliau mondok itu.

Kedua, tentang keuletan. KH. Arief Hasan merupakan tipologi pemimpin yang ulet dan pantang menyerah betapapun rumitnya permasalahan hidup yang sedang dihadapi. Inilah yang perlu direfleksikan di tengah-tengah situasi saat ini yang serba tak menentu, beban hidup yang terasa berat akibat krisis global, sehingga tak jarang membuat orang “gelap mata”. Dengan sikap ulet dan pantang menyerah, niscaya segala persoalan bisa dicari solusinya.

Ketiga, kepedulian terhadap sesama. Sepanjang hidupnya, KH. Arief Hasan telah menunjukkan budi pekerti luhur di atas aras peduli terhadap sesama. Sejak nyantri di Tebuireng, KH. Arief Hasan tertempa dengan sikap empati terhadap sesama santri. Sikap ini terus terbawa sehingga hampir seluruh waktunya dipergunakan merealisasikan kepedulian itu. Anakanak yatim disantuni. Masyarakat pun diayomi.

Sikap peduli terhadap sesama ini sudah selayaknya terpatri erat di hati dan dipraktikkan. Di sekeliling kita masih banyak orang-orang yang tertindas dalam berbagai aspeknya, baik sosial, politik, hak asasi, pendidikan maupun ekonomi. Ketertindasan yang bisa jadi akibat kebijakan yang tidak memihak, atau karena faktor kurang beruntung belaka. Mereka butuh “uluran tangan” kita. Sebab, jika bukan kita, lantas siapa lagi yang akan peduli?

Keempat, tentang kebijaksanaan. Sikap bijaksana yang diteladankan KH. Arief Hasan merambah dalam berbagai bidang kehidupan: berkeluarga, bermasyarakat, bahkan berorganisasi. Kebijaksanaan ini pula yang membuatnya begitu dekat dengan berbagai lapisan masyarakat. Dari kebijaksanaan KH. Arief Hasan, kita bisa belajar untuk selalu berhati-hati ketika menempatkan diri dalam kancah pergaulan, senantiasa berbuat dengan penuh perhitungan, dan terus membuka diri terhadap beragam kritik konstruktif demi kematangan berpikir dan kedewasaan bertindak. Dengan cara ini, kita dapat menghayati hidup dengan tulus dan damai.

Selain keempat faktor di atas, kita akan menemukan banyak sekali hal positif setelah membaca halaman demi halaman buku ini. Saiful Amin Ghofur telah merentangkan jembatan yang menghubungkan kita dengan kehidupan KH. Arief Hasan. Sehingga, tidak berlebihan bila sosok KH. Arief Hasan yang direkam buku ini laksana cermin: cermin pangilon dari Beratkulon. ℘

Tweet

Related Posts

Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Wednesday, May 31, 2017 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

Arsip Blog

  • October (1)
  • June (14)
  • May (18)
  • April (2)
  • February (1)
  • January (1)
  • January (1)
  • November (1)
  • August (2)
  • July (2)
  • June (3)
  • May (13)
  • April (26)
  • March (30)
  • February (43)
  • January (50)
  • December (4)

Resensi Buku

Kategori

Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik
Pejalan Sunyi

Followers

Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

Name Email Address important Content important

Reportase Maiyah

Contact Form

Name

Email *

Message *

Artikel Random

Memuat...
Copyright © Pejalan Sunyi
Template by Arlina Design