• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • Daftar Penerima Tunjangan Khusus Daerah Terpencil (Dikdas SD-SMP) Tahun 2013
  • Rasionalitas Sang "Kiai Mbeling"
  • Aku Pingsan disambar Geledek
  • Mengembalikan Akhirat Sebagai Makanan Utama, Dunia sekedar Lauknya

Inspirasi

  • Pangdam IM Mayjen TNI Moch. Fachrudin Beri Beasiswa Kepada Bocah Penemu Energi Listrik
    Naufal Raziq sedang Berdiskusi dengan Pangdam IM Mayjen...
    Jun 03 2017 | Read more
  • #64TahunCakNun, Imam Bangsa
    “Ndhek dunyo iki alah mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah....
    May 27 2017 | Read more
  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
    NAMA aslinya Agung Prasetyo, lebih dikenal dengan sebutan Agung BH...
    May 25 2017 | Read more
  • Kisah Khamim, Pemuda Asal Pekalongan Yang Naik Haji Dengan Jalan Kaki
    pejalansunyi.id | NAIK haji dengan jalan kaki. Siapapun yang mendengar...
    May 25 2017 | Read more
  • Angkot Pustaka: Upaya Menggiatkan Literasi di sela Mengais Sebutir Nasi
    Pejalansunyi.id | BAGI insan pendidikan, bulan mei tak mungkin...
    May 08 2017 | Read more

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Kolom Cak Nun / Demokrasi Otentik

Wednesday, March 20, 2013

Demokrasi Otentik

DEMOKRASI otentik adalah rakyat memilih pemimpinnya tanpa perwakilan. Menggunakan sejumlah perangkat komunikasi, mengajukannya langsung kepada KPU. Tentu harus jelas database penduduk, dikontrol setiap huruf dan angkanya, sehingga tidak terjadi manipulasi dan overlapping.

Setiap warga negara bebas mengajukan nama capres serta level-level pemimpin di bawahnya. Usah menunggu lima tahun sekali. Kapan saja tinggal kirim. KPU yang menentukan dateline suatu periode pemilihan. Kalau sudah matang tradisi otentisitas pemilihan seperti ini, warga negara bisa kirim juga nama pilihan menteri-menteri mereka.

Bisa jadi muncul 100.000 capres, 1 juta calon menteri, dan ranking I bisa saja kuotanya di bawah 20%. Dalam kasus ini, dimungkinkan penyelenggaraan babak final dengan cara coblosan di TPS. Kalau capres terpilih hanya didukung oleh jumlah yang tidak mencukupi logika kepemimpinan nasional, itu berarti hati dan pikiran rakyat memang belum siap atau tidak cocok dengan formula negara kesatuan.

Media massa dipersilakan, dengan latar belakang peta modal dan rekayasa politik: bermain dan menggiring opini ke publik siapa tokoh yang pantas dan yang tak layak. Kalau hasilnya terbukti rakyat tidak memiliki filter dan independensi berpikir tentang calon pemimpin: itu artinya rakyat belum siap bernegara.

***

Parpol dan DPR di mana? Kasus pilgub DKI menjelaskan bahwa rakyat memilih tidak berdasarkan atau melalui logika aspirasi dan ideologi parpol. Dimensi parpol dan perwakilan sudah tidak riil dalam kesadaran politik rakyat. Bahkan, ketika dulu rakyat benar atau keliru mencoblos SBY, sebenarnya secara substansial itu bukan peristiwa politik dan kenegaraan, meskipun secara “teater” memang mereka berduyun-duyun ke TPS.
“Coblosan” itu pekerjaan rutin lima tahun sekali. Itu toleransi budaya. Dipertimbangkan tidak lebih serius dibandingkan ketika akan mandi atau masak untuk makan siang. Apalagi kalau ada pembagian uang Rp 50.000: itu adalah peristiwa rezeki Rp 50.000. Tidak harus ada hubungan dengan kepentingan nasional, kedaulatan rakyat, atau tanggung jawab kenegaraan.

Baca Juga

  • Puasa, Menuju Makan Sejati
  • Cak Nun: Reformasi 1998 Bukan Hanya Gagal, Tapi Juga Palsu
  • Puasa, Setan, dan Gempa
Rakyat Indonesia sangat mandiri. Kalau ada negara dan pemerintah, mereka menampungnya. Sabar mengakomodasikan perilakunya, seburuk apa pun. Selebihnya, mereka cari nafkah sendiri. Bikin putaran-putaran perekonomian sendiri. Rakyat menolong perusahaan-perusahaan besar dengan menyiapkan warung-warung kecil untuk makan karyawan mereka. Pertolongan terbesar rakyat Indonesia kepada negara dan pemerintahnya adalah kesetiaan membayar pajak, tanpa menuntut pemenuhan kewajiban negara dan pemerintah kepada mereka.

”Orang bijak bayar pajak”. Tepat sekali. Kalau rakyat mengandalkan rasionalitas bernegara, mereka pasti cenderung malas atau bahkan menolak bayar pajak. Dengan kadar pemenuhan kewajiban negara dan pemerintah atas rakyat yang sangat minimal, hanya kebijakan dan kearifan hati rakyat yang luar biasa yang memungkinkan mereka ikhlas membayar pajak.

***

Parpol-parpol berhasil menyelenggarakan retakan sosial, menyempurnakan pecah belah rakyat oleh ketidakdewasaan beragama, makin meningkatnya jumlah aliran, mazhab, golongan, geng, klub. Indonesia juga makin hangat oleh tawuran antarpelajar, mahasiswa, kampung, suku. Tawuran beda-beda modusnya, formulanya, aneka ragam kualitasnya. Ada tawuran fisik, tawuran kepentingan golongan, tawuran paham dan tafsir, tawuran eksistensi, tawuran untuk saling menegasikan dan meniadakan yang lain.

Yang tenang-tenang hanya FPI. Mereka arif untuk mengambil jarak dari keributan masyarakat dan substansi kebrutalan negara. Di usia tua sekarang ini, saya juga sedang ditawari untuk masuk menjadi anggota FPI, Front Pemancing Indonesia.

Parpol-parpol pasti tidak tawuran dengan adu celurit, tetapi nafsunya besar untuk saling memusnahkan. Bahkan bukan hanya antarparpol, antarkelompok atau individu di dalam parpol pun diam-diam tawuran, kalau perlu pakai santet. Lahir kutu-kutu loncat, bunglon, ”pagi tempe sore kedele”. Bahkan islah dan tabayyun antara Nak Imin dan almarhum Paklik Dur baru akan diselenggarakan kelak di antara gerbang surga dan neraka.

***

Andaikan parpol punya anggota pasti, bukan konstituen, mungkin lebih sederhana masalahnya. Pemimpin yang terpilih langsung diketahui dari siapa yang diajukan parpol yang anggotanya terbanyak, tak perlu bikin “turnamen” lagi. Dananya bisa dipakai untuk penggandaan rel kereta api di seluruh Jawa, pengadaan transportasi kereta api di pulau-pulau lain, memperbanyak jalan tol, pelebaran jalan, UKM, atau langsung saja duit itu dikendurikan untuk rakyat.

Tapi mana bisa. Kan, harus ubah undang-undang. Sedangkan yang berhak ubah undang-undang justru “terdakwa” utama dalam kasus penyakit kanker kenegaraan ini. Jadi, sekarang rakyat berhadapan dengan pertanyaan: percaya atau tidak kepada wakil-wakil mereka? Atau: rakyat perlu wakil atau tidak? Atau: hitung kembali bagaimana menentukan wakil. Jawaban rakyat mungkin begini: ”Silakan saja. Hidup kami tidak bergantung pada itu semua.”

Muhammad Ainun Nadjib

Tweet

Related Posts

  • KIAI KOCAR KACIR SEORANG berbadan hitam dan berkumis dari Bangkalan, Madura menemui saya di Jakarta, hanya untuk membawa sat
  • Cak Nun: Reformasi 1998 Bukan Hanya Gagal, Tapi Juga Palsu Budayawan Emha Ainun Nadjib berada di pusaran arus perubahan kekuasaan 1998. Dia adalah salah satu tokoh yang
  • NEGERI ORANG TERTAWA Berpengalaman Dijajah Saya berasal dari sebuah negeri yang penuh kehangatan hidup. Bakat utama bangsa saya ada
  • Supremasi Korupsi ADA beberapa respons manusia ketika orang lain mencuri hartanya, harta bersama, atau harta Negara. Pertama, re
  • TUHAN TIDAK MURKA SEANDAINYA skala waktu kehidupan ini hanya dunia, seandainya hidup kita ini sekedar sepanjang jatah usia kita, maka y
  • Nasionalisme Muhammad SESUNGGUHNYA setiap manusia harus bergerak ke tahap penyikapan dan posisi pasca nasionalisme. Siapapun ia, apapun n
Demokrasi Otentik
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Wednesday, March 20, 2013 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link Demokrasi Otentik sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • PERKEMBANGAN teknologi informasi dan komunikasi adalah ... read more
    Oct 12 2017
  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Tata Cara Pendaftaran Sertifikasi Guru Jalur Prestasi 2017
  • A. Persyaratan Peserta Sertifikasi Guru Guru di bawah ... read more
    Jun 18 2017
  • Pendaftaran Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2017 Jalur Prestasi
  • pejalasunyi.id - SERTIFIKASI adalah proses pemberian ... read more
    Jun 18 2017
  • Download PP No. 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 Tentang Guru
  • Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru ... read more
    Jun 12 2017
  • TANYA JAWAB PKB - GURU PEMBELAJAR TAHUN 2017
  • 1. APA YANG DIMAKSUD DENGAN PENGEMBANGAN ... read more
    Jun 08 2017

    Arsip Blog

    • October (1)
    • June (14)
    • May (18)
    • April (2)
    • February (1)
    • January (1)
    • January (1)
    • November (1)
    • August (2)
    • July (2)
    • June (3)
    • May (13)
    • April (26)
    • March (30)
    • February (43)
    • January (50)
    • December (4)

    Resensi Buku

    BH, Emha Yang Gelisah, Emha Yang Bercerita
    Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
    Menyongsong Era Kecerdasan Baru: Totalitas Inteligensi
    Reformasi PT. Dengkulmu Mlicet
    Sisi Lain Sosok Muhammad SAW
    Tidak, Jibril Tidak Pensiun
    Merenungi Piwulang Kehidupan
    Change Your Soul, Change Your Life!
    MENGOPTIMALKAN KECERDASAN ANAK
    Hidup Sehat ala Saridin, Mati Serius ala Madura
    Guru Profesional Pembina Moral
    Kesadaran Mengambil Jarak

    Kategori

    Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik

    Followers

    Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

    Name Email Address important Content important

    Reportase Maiyah

  • Kualitas Manusia Pasca Ramadan
  • SUASANA masih cenderung sepi ketika saya tiba di Menturo. ... read more
    Jun 25 2017
  • Sastra dan Tiga Gelombang
  • BISAKAH kitab suci disampaikan tanpa sastra? Adakah kalimat ... read more
    Aug 03 2013
  • Ngaji, Bershalawat, dan Bersyukur Bersama
  • TANGGAL 27 Mei 2013 malam Kiaikanjeng, Progress, dan Jamaah ... read more
    Jun 04 2013
  • Mukadimah Kenduri Cinta Mei 2013: “Sumpah Berbisik"
  • Atas nama kemakmuran para penguasa mengklaim keabsahan ... read more
    May 07 2013

    Contact Form

    Name

    Email *

    Message *

    Artikel Random

    Memuat...
    Copyright © 2025 Pejalan Sunyi
    Template by Arlina Design