SUARA langgam Jawa mengalun kencang dari sepiker di sebuah rumah di Dusun Kemusuk Lor, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa YogyaKarta (DIY). Para perempuan berkebaya dan lelaki berbaju batik lantas berduyun-duyun melintas memasuki halaman dari gerbang berhias janur kuning. Mereka semua adalah tamu Probosutedjo, adik mendiang mantan Presiden Soeharto.
Senin 11 Maret 2013 itu, para tamu yang jumlahnya 300 orang lebih itu datang untuk ikut berbahagia atas pernikahan putri sulung Probo, Dinarti Pertiwi dengan Taufiq Andre. Hari itu, Probo tidak sekadar menggelar pesta per- nikahan putrinya. Namun juga mengajak para tamu untuk beromantika dengan Soeharto. Probo menunjukkan kepada para tamunya bahwa proyek yang ia impikan bertahun-tahun sudah hampir rampung.
Proyek itu adalah pembangunan monumen tetenger (tempat peringatan kelahiran) Soeharto. Probo melakukan soft launching monumen ini pada Jumat 1 Maret 2013 lalu. Monumen ini dibangun di rumah tempat Soeharto dilahirkan, di Kemusuk. Di kompleks monumen ini, ada dua bangunan rumah bernama Notosudiro (kakek buyut Soeharto) seluas 250 meter persegi dan Atmosudiro (kakek Soeharto) seluas 465 meter persegi, serta pendopo joglo seluas 600 meter persegi dengan 36 pilar. Nah, Probo menggelar pesta di kompleks monumen tersebut. Waktu digelarnya pesta pun dipilih bertepatan dengan tanggal keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Maka selain pesta pernikahan, ratusan tamu itu pun dibuat terkagum-kagum dengan proyek megah Probo yang menghabiskan dana miliaran rupiah itu. Begitu memasuki gerbang, para tamu mendapat penghormatan dari Soeharto yang berdiri gagah. Tentunya penghormatan bukan diberikan Soeharto sebenarnya, karena mantan presiden ini sudah me- ninggal pada 27 Januari 2008. Yang memberi penghormatan adalah patung pria yang berjuluk jenderal yang tersenyum itu.
Patung sang jenderal berdiri tegap dengan baju kebesaran militer. Tangan kanannya menghormat, sementara tangan kirinya mengapit tongkat komando. Patung yang terbuat dari perunggu dengan ukuran 3,5 meter itu berteduh di bawah tenda yang menutup lahan seluas 3.800 meter persegi.
Monumen Soeharto ini rupanya lebih menyita perhatian para tamu dibandingkan helatan pernikahan putri Probo sendiri. Para tamu berduyun-duyun melihat isi tetenger alias Monumen Soeharto. Tetenger ini bukan hanya menampilkan penanda kelahiran Soeharto. Probo menggaet arsitek, ahli sejarah, tim ahli teknologi multimedia dan pematung untuk mengisi kompleks tetenger dengan sejarah perjalanan hidup Soeharto.
Patung Soeharto menghormat yang ada di gerbang itu merupakan karya pematung kondang Suhartono. Selain Suhartono, Probo juga menggaet sang maestro pematung Edhi Sunarso. Rumah asli kelahiran Soeharto sendiri sudah roboh. Rumah yang berdekatan dengan senthong tengen (kamar di sisi kanan) kompleks tetenger ini hanya menyisakan fondasi. Fondasi ini dipertahankan untuk menunjukkan wujud asli rumah kelahiran Soeharto yang sederhana.
Rumah Atmosudiro, kakek Soeharto, dan joglo diisi dengan diorama multimedia perjalanan hidup Soeharto. Sedang rumah Notosudiro menjadi tempat tinggal utama. Di rumah Notosudiro ini diletakkan patung perunggu Soeharto setinggi 3 meter karya Edhi, serta patung Soeharto separuh badan karya Suhartono.
Sebenarnya diorama ini belum selesai penggarapannya. Rencananya, diorama juga akan memanfaatkan bagian luar seperti joglo dan taman. Sebab, semua catatan diorama perjalanan hidup Soeharto tidak muat jika dimasukkan dalam bangunan Atmosudiro yang berukuran 250 meter persegi itu. Kekurangan masih ada di beberapa titik, misalnya keterangan sejarah dalam diorama multimedia belum lengkap dan runutan waktu belum sesuai.
Materi diorama sendiri dipersiapkan oleh mantan Kepala Badan Arsip Nasional, Djoko Utomo. Materi keseluruhan kini masih dirangkai. Djoko membutuhkan waktu demi akurasi runutan waktu. Diorama akan sempurna pada 8 Juni 2013, saat launching resmi untuk memperingati kelahiran Soeharto. “Ini belum selesai. Tetapi khusus untuk pernikahan supaya masyarakat sudah mulai menyaksikan,” kata ketua tim arsitek, Iman N. Djatiatmaja.
Jadi para tamu Probo baru mendapatkan suguhan yang ‘masih’ ala kadarnya. Namun demikian, ternyata para tamu sudah dibuat menganggut-anggut kagum. Mereka terpana melihat museum dinamis perjalanan hidup presiden yang pernah berkuasa selama 32 tahun itu.
***
Senin 11 Maret 2013 itu, para tamu yang jumlahnya 300 orang lebih itu datang untuk ikut berbahagia atas pernikahan putri sulung Probo, Dinarti Pertiwi dengan Taufiq Andre. Hari itu, Probo tidak sekadar menggelar pesta per- nikahan putrinya. Namun juga mengajak para tamu untuk beromantika dengan Soeharto. Probo menunjukkan kepada para tamunya bahwa proyek yang ia impikan bertahun-tahun sudah hampir rampung.
Proyek itu adalah pembangunan monumen tetenger (tempat peringatan kelahiran) Soeharto. Probo melakukan soft launching monumen ini pada Jumat 1 Maret 2013 lalu. Monumen ini dibangun di rumah tempat Soeharto dilahirkan, di Kemusuk. Di kompleks monumen ini, ada dua bangunan rumah bernama Notosudiro (kakek buyut Soeharto) seluas 250 meter persegi dan Atmosudiro (kakek Soeharto) seluas 465 meter persegi, serta pendopo joglo seluas 600 meter persegi dengan 36 pilar. Nah, Probo menggelar pesta di kompleks monumen tersebut. Waktu digelarnya pesta pun dipilih bertepatan dengan tanggal keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Maka selain pesta pernikahan, ratusan tamu itu pun dibuat terkagum-kagum dengan proyek megah Probo yang menghabiskan dana miliaran rupiah itu. Begitu memasuki gerbang, para tamu mendapat penghormatan dari Soeharto yang berdiri gagah. Tentunya penghormatan bukan diberikan Soeharto sebenarnya, karena mantan presiden ini sudah me- ninggal pada 27 Januari 2008. Yang memberi penghormatan adalah patung pria yang berjuluk jenderal yang tersenyum itu.
Patung sang jenderal berdiri tegap dengan baju kebesaran militer. Tangan kanannya menghormat, sementara tangan kirinya mengapit tongkat komando. Patung yang terbuat dari perunggu dengan ukuran 3,5 meter itu berteduh di bawah tenda yang menutup lahan seluas 3.800 meter persegi.
Monumen Soeharto ini rupanya lebih menyita perhatian para tamu dibandingkan helatan pernikahan putri Probo sendiri. Para tamu berduyun-duyun melihat isi tetenger alias Monumen Soeharto. Tetenger ini bukan hanya menampilkan penanda kelahiran Soeharto. Probo menggaet arsitek, ahli sejarah, tim ahli teknologi multimedia dan pematung untuk mengisi kompleks tetenger dengan sejarah perjalanan hidup Soeharto.
Patung Soeharto menghormat yang ada di gerbang itu merupakan karya pematung kondang Suhartono. Selain Suhartono, Probo juga menggaet sang maestro pematung Edhi Sunarso. Rumah asli kelahiran Soeharto sendiri sudah roboh. Rumah yang berdekatan dengan senthong tengen (kamar di sisi kanan) kompleks tetenger ini hanya menyisakan fondasi. Fondasi ini dipertahankan untuk menunjukkan wujud asli rumah kelahiran Soeharto yang sederhana.
Rumah Atmosudiro, kakek Soeharto, dan joglo diisi dengan diorama multimedia perjalanan hidup Soeharto. Sedang rumah Notosudiro menjadi tempat tinggal utama. Di rumah Notosudiro ini diletakkan patung perunggu Soeharto setinggi 3 meter karya Edhi, serta patung Soeharto separuh badan karya Suhartono.
Sebenarnya diorama ini belum selesai penggarapannya. Rencananya, diorama juga akan memanfaatkan bagian luar seperti joglo dan taman. Sebab, semua catatan diorama perjalanan hidup Soeharto tidak muat jika dimasukkan dalam bangunan Atmosudiro yang berukuran 250 meter persegi itu. Kekurangan masih ada di beberapa titik, misalnya keterangan sejarah dalam diorama multimedia belum lengkap dan runutan waktu belum sesuai.
Materi diorama sendiri dipersiapkan oleh mantan Kepala Badan Arsip Nasional, Djoko Utomo. Materi keseluruhan kini masih dirangkai. Djoko membutuhkan waktu demi akurasi runutan waktu. Diorama akan sempurna pada 8 Juni 2013, saat launching resmi untuk memperingati kelahiran Soeharto. “Ini belum selesai. Tetapi khusus untuk pernikahan supaya masyarakat sudah mulai menyaksikan,” kata ketua tim arsitek, Iman N. Djatiatmaja.
Jadi para tamu Probo baru mendapatkan suguhan yang ‘masih’ ala kadarnya. Namun demikian, ternyata para tamu sudah dibuat menganggut-anggut kagum. Mereka terpana melihat museum dinamis perjalanan hidup presiden yang pernah berkuasa selama 32 tahun itu.
***
MEMBANGUN memorial Soeharto merupakan ambisi terbesar Probo. Ia membiayai sendiri pembangunan monumen tetenger tanpa bantuan dari anak-anak Soeharto. “Kalau biaya pembangunannya dilakukan setahap demi setahap. Jadi saya pesan (patung Soeharto) ke Pak Suhartono sejak 2011, baru lainnya menyusul,” jelas Probo.
Keinginan Probo untuk membuat memorial ini mempertemukannya dengan mantan Kepala Arsip Nasional Djoko Utomo. Djoko dan sebuah tim kecil lantas merancang pembuatan seri memorial untuk Soeharto. Tim ini juga melakukan studi banding bersama Probo ke Malaysia dan Singapura.
Monumen ini hanya satu dari rangkaian Memorial Soeharto. Probo berencana membangun seri Memorial Soeharto, yakni di Kemusuk, Hotel Tugu Yogyakarta dan Jalan Cendana Jakarta. Tiga bangunan memorial ini terintegrasi dengan Museum Purna Bhakti Pertiwi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Pembangunan Pusat Kajian Soeharto di Hotel Tugu memanfaatkan lahan milik Probo. Hotel Tugu dan lahan 1 hektare di sekitarnya merupakan lahan milik Probo dan sisanya milik Pemerintah Provinsi DIY. Bangunan ini berada di kawasan Malioboro, tepat di depan Stasiun Tugu Yogyakarta. Sedangkan Soeharto Memorial House di Jalan Cendana, Jakarta rencananya akan memanfaatkan rumah nomor 6 dan 8. Rumah ini merupakan bagian ruang dan kamar tamu. Sedangkan rumah nomor 10 tetap akan menjadi rumah utama untuk tinggal keluarga.
“Tetapi ini masih dalam tahap pembicaraan, karena harus ada persetujuan dari anak-anak Pak Harto sendiri,” jelas Djoko.
Memorial Soeharto bagi Probo sangat penting untuk dibangun, sebab ia merasa Soeharto kurang mendapat tempat dalam ingatan sejarah Indonesia. Apalagi reformasi 1998 menempatkan Soeharto dalam posisi terpojok. Sang kakak yang sangat dihormatinya itu lebih banyak dihujat daripada dipuji sebagai mantan presiden. Maka Probo ingin mendirikan memorial khusus untuk Soeharto, yang memberi perspektif berbeda dari sosok Soeharto yang dipaksa turun dari jabatan presiden karena kasus pelanggaran HAM dan dugaan korupsi. “Ya sebenarnya kalau di negara lain itu semua dibikin diorama, untuk menjelaskan bagaimana perjuangan seorang pemimpin negara. Kan setelah apa itu banyak yang menuduh Pak Harto korupsi,” jelasnya.
Probo ingin orang-orang yang datang ke monumen ataupun Soeharto Center memahami jasa besar mantan presiden itu dalam bidang pembangunan dan menjadikannya sebagai suri teladan. Meski penuh kontroversi terkait pelanggaran HAM dan kasus korupsi, bagi Probo, jasa Soeharto melebihi jasa pahlawan nasional.
“Biar bisa mempelajari. Kalau dengan sungguh- sungguh, nanti bisa jadi maju,” kata Probo.
Maftuh Basyuni, mantan Kepala Biro Protokol era Soeharto yang juga menjabat Menteri Agama mendukung Probo. Ia juga berpendapat Soeharto memiliki jasa besar bagi bangsa ini.
“Lalu (monumen dan Soeharto Center) kan difungsikan pemuda-pemudi di sana, diharapkan nanti ada kegiatan-kegiatannya itu menciptakan Soeharto-soeharto baru,” kata Maftuh kepada majalah detik.
Tentu saja keinginan Probo dan Maftuh ini mendapat kritik keras para aktivis 1998, pegiat HAM dan aktivis antikorupsi. Pemerintah diminta tidak membiarkan pembangunan Memorial Soeharto tanpa diimbangi dengan data-data kesalahan mantan presiden itu dalam bidang HAM dan korupsi. (ARY/IYe)
Sumber : Majalah Detik EDISI 68 18 - 24 maret 2013
Reporter: Aryo Bhawono dan Irwan Nugroho, Illustrasi: Kiagoes
Keinginan Probo untuk membuat memorial ini mempertemukannya dengan mantan Kepala Arsip Nasional Djoko Utomo. Djoko dan sebuah tim kecil lantas merancang pembuatan seri memorial untuk Soeharto. Tim ini juga melakukan studi banding bersama Probo ke Malaysia dan Singapura.
Monumen ini hanya satu dari rangkaian Memorial Soeharto. Probo berencana membangun seri Memorial Soeharto, yakni di Kemusuk, Hotel Tugu Yogyakarta dan Jalan Cendana Jakarta. Tiga bangunan memorial ini terintegrasi dengan Museum Purna Bhakti Pertiwi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Pembangunan Pusat Kajian Soeharto di Hotel Tugu memanfaatkan lahan milik Probo. Hotel Tugu dan lahan 1 hektare di sekitarnya merupakan lahan milik Probo dan sisanya milik Pemerintah Provinsi DIY. Bangunan ini berada di kawasan Malioboro, tepat di depan Stasiun Tugu Yogyakarta. Sedangkan Soeharto Memorial House di Jalan Cendana, Jakarta rencananya akan memanfaatkan rumah nomor 6 dan 8. Rumah ini merupakan bagian ruang dan kamar tamu. Sedangkan rumah nomor 10 tetap akan menjadi rumah utama untuk tinggal keluarga.
“Tetapi ini masih dalam tahap pembicaraan, karena harus ada persetujuan dari anak-anak Pak Harto sendiri,” jelas Djoko.
Memorial Soeharto bagi Probo sangat penting untuk dibangun, sebab ia merasa Soeharto kurang mendapat tempat dalam ingatan sejarah Indonesia. Apalagi reformasi 1998 menempatkan Soeharto dalam posisi terpojok. Sang kakak yang sangat dihormatinya itu lebih banyak dihujat daripada dipuji sebagai mantan presiden. Maka Probo ingin mendirikan memorial khusus untuk Soeharto, yang memberi perspektif berbeda dari sosok Soeharto yang dipaksa turun dari jabatan presiden karena kasus pelanggaran HAM dan dugaan korupsi. “Ya sebenarnya kalau di negara lain itu semua dibikin diorama, untuk menjelaskan bagaimana perjuangan seorang pemimpin negara. Kan setelah apa itu banyak yang menuduh Pak Harto korupsi,” jelasnya.
Probo ingin orang-orang yang datang ke monumen ataupun Soeharto Center memahami jasa besar mantan presiden itu dalam bidang pembangunan dan menjadikannya sebagai suri teladan. Meski penuh kontroversi terkait pelanggaran HAM dan kasus korupsi, bagi Probo, jasa Soeharto melebihi jasa pahlawan nasional.
“Biar bisa mempelajari. Kalau dengan sungguh- sungguh, nanti bisa jadi maju,” kata Probo.
Maftuh Basyuni, mantan Kepala Biro Protokol era Soeharto yang juga menjabat Menteri Agama mendukung Probo. Ia juga berpendapat Soeharto memiliki jasa besar bagi bangsa ini.
“Lalu (monumen dan Soeharto Center) kan difungsikan pemuda-pemudi di sana, diharapkan nanti ada kegiatan-kegiatannya itu menciptakan Soeharto-soeharto baru,” kata Maftuh kepada majalah detik.
Tentu saja keinginan Probo dan Maftuh ini mendapat kritik keras para aktivis 1998, pegiat HAM dan aktivis antikorupsi. Pemerintah diminta tidak membiarkan pembangunan Memorial Soeharto tanpa diimbangi dengan data-data kesalahan mantan presiden itu dalam bidang HAM dan korupsi. (ARY/IYe)
Sumber : Majalah Detik EDISI 68 18 - 24 maret 2013
Reporter: Aryo Bhawono dan Irwan Nugroho, Illustrasi: Kiagoes
Mimpi Menciptakan Soeharto Baru
4/
5
Oleh
Admin
Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>