Angkringan Lek Man Yogja: Foto diambil dari YogYes.Com |
SYAHDAN, setelah puas berjalan-jalan menikmati
sebuah tempat pariwisata, seorang wisatawan mancanegara beristirahat
sejenak di warung tegal asli milik Indonesia. Ia memesan makanan dan
minuman sekedar untuk mengganjal perut. Tiba-tiba, matanya tertumbuk
pada makanan tradisional yang tertata di lapak.
“Ada apa, Tuan?” tanya pemilik warung yang mengetahui keheranan tamunya.
“Ini
makanan apa?” wisatawan kita ini balik bertanya, sembari mencomot
panganan di piring dan menunjukkannya kepada pemilik warung.
“Itu namanya onde-onde. Memangnya kenapa, Tuan?” kali ini, ganti pemilik warung yang keheranan.
“Kamu yang membuatnya sendiri?” tanya wisatawan itu lagi dengan mimik yang masih dipenuhi tanda tanya.
Pemilik
warung tentu saja hanya mengangguk. Sebab, ia sendiri bersama istrinya
yang membuat makanan kecil itu tiap pagi sebelum membuka warungnya.
“Berapa waktu yang kau butuhkan untuk membuat makanan ini?”
“Maksudnya?”
“Barang kecil-kecil yang menempel sekian banyak di panganan ini, butuh berapa lama engkau menempelkannya?” tanya sang wisatawan.
Pemilik warung ngeh. Ia mulai memahami kecamuk pikiran yang dialami oleh tamunya itu. Wisatawan kita ini berpikir, wijen yang menempel di onde-onde sedemikian banyaknya, berapa waktu yang dibutuhkan jika biji-biji wijen itu harus ditempelkan satu per satu?
“Saya perlu waktu satu bulan untuk menyelesaikan pekerjaan itu, Tuan!” goda si pemilik warung kemudian.
***
SEPENGGAL
kisah diatas hanya sekedar ilustrasi, tentu saja tidak pernah ada dalam
dunia nyata. Saya tuturkan di awal tulisan ini sekedar ingin
menunjukkan kepada Anda bahwa masalah kreatifitas, orang-orang
Indonesialah yang paling bisa diandalkan.
Jika Anda
mengamati keadaan di sekitar tempat Anda tinggal, di lingkungan kerja,
atau bahkan di tempat-tempat jauh yang dikabarkan media cetak maupun
elektronik, dengan gampang Anda bisa menemukan betapa ragam kreatifitas
orang-orang Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata. Kreatifitas yang
saya maksud bukan hanya sekedar kemampuan melakukan rekayasa melahirkan
ide-ide kreatif, sehingga bisa menemukan hal-hal baru dalam kehidupan.
Bahkan kreatifitas itu telah menyentuh wilayah mengatasi kehidupan itu
sendiri pada tingkat yang paling sulit.
Dari soal
remeh-temeh hingga hal-hal besar, kreatifitas manusia Indonesia itu
nomer satu. Tengoklah misalnya soal makanan. Bagaimana dari satu bahan
baku bisa berubah wujud menjadi berbagai macam panganan dengan bentuk
dan rasa yang berbeda-beda. Ketela bisa diolah menjadi keripik, getuk, gentelot, jemblem, sawut, rondo royal, dan masih banyak lagi jenis makanan tradisional lainnya berbahan dasar singkong. Dari beras bisa dibuat kerupuk, brubi, lemper, nogosari, dan lain sebagainya. Adakah masyarakat dari negara lain yang mampu melakukannya?
Maka
tak heran jika makanan ala Indonesia beragam bentuk, nama dan
jenisnya. Bahkan dari waktu ke waktu, kreatifitas orang Indonesia soal
makanan dan cara pemasarannya mengalami perkembangan begitu rupa.
Hari-hari ini, Anda tentu tak asing dengan istilah rawon setan, sambal petir, bakso nuklir, soto dog atau soto gebrak, dan lain sebagainya. Bukankah itu adalah hasil olah kreatifitas yang tak bisa dipandang remeh begitu saja?
Kopi Arang Lek Man Yogja |
Kalau
suatu hari nanti Anda jalan-jalan ke Yogjakarta, jangan lupa mampir ke
sebuah warung kopi dekat Stasiun Tugu. Jangan kaget jika kemudian Anda
temui sang pemilik warung dengan santainya menuangkan air yang
dipanaskan dengan tungku berbahan-bakar bara membara. Ketika secangkir
kopi yang telah diaduk itu siap dihidangkan, diambillah seonggokan bara
menganga, lantas dicelupkannya ke air seduhan kopi hingga mengeluarkan
bunyi jossss. Itulah Kopi Jos ala Lek Man stasiun tugu Yogjakarta.
Begitulah
kreatifitas manusia Indonesia. Tak hanya soal makanan. Hal-hal lain
bahkan bisa Anda temui dengan mudah dalam berbagai sektor kehidupan,
dengan bentuk dan macam yang berbeda-beda. Dari soal musik, teknologi,
budaya, dan lain sebagainya. Misalnya saja, bagaimana seorang mekanik
sepeda motor memiliki kreatifitas dan keuletan luar biasa. Kalau ada
mobil atau motor yang tak mungkin lagi diperbaiki, serahkan saja pada
mekanik orang Indonesia. Dijamin mobil Anda akan langsung hidup. Kalau
toh tak bisa hidup, ia akan berubah bentuk menjadi sesuatu yang lain,
yang mungkin tak pernah Anda bayangkan sebelumnya. Anda yang tinggal di
pedesaan tentu tak asing dengan mesin huller. Dengan adanya
mesin itu, masyarakat desa sekarang tak perlu repot menggilingkan padi
ke mesin penggilingan. Mereka cukup menantikan mesin itu lewat di depan
rumahnya?
Itu semua adalah contoh kreatifitas masyarakat
awam. Kalau mau contoh kreatifitas yang “besar” pun tak kekurangan.
Misalnya, anak-anak Politeknik Surabaya yang berhasil memenangkan
kejuaraan Kontes Robot di Jepang sekitar beberapa tahun silam. Atau
Mahasiswa ITB yang baru-baru ini mendapatkan penghargaan dari Honda
atas karyanya membuat alat bantu membaca untuk anak-anak penderita cacat
mental. Kalau Anda pernah mendengar berita, tentu Anda akan mengetahui
bagaimana ada seseorang yang mengganti bahan bakar bensin dengan gas LPG
untuk menggerakkan kendaraan bermotornya. Bahkan, ada seseorang dari
kabupaten kecil di wilayah Jawa Timur yang menggerakkan sepeda motornya
dengan listrik dari akinya, sehingga membuatnya tak lagi membutuhkan
bahan bakar premium.
Hal-hal semacam itulah yang membuat masyarakat Indonesia tetap survive di
tengah situasi kehidupan macam apapun. Dan salah-satu bentuk
kreatifitas “tingkat tinggi” pada kurun waktu terakhir adalah merebaknya
para pedagang kaki lima di sejumlah daerah. Di tengah himpitan ekonomi
yang kian menukik akibat negara yang tak kunjung mampu memberikan
jaminan kesejahteraan bagi rakyatnya, mereka melakukan kreatifitasnya
sendiri untuk bertahan hidup. Meskipun seringkali dianggap mengganggu
ketertiban oleh pemegang kebijakan di negeri ini. Diakui atau tidak,
keberadaan para pedagang kaki limalah yang membuat detak perekonomian
tetap bisa dirasakan, khususnya di kalangan masyarakat menengah ke
bawah. Kalau kemudian hingga saat ini, berbagai persoalan kian
beranak-pinak dan menjadikan peri kehidupan masyarakat negeri ini tidak
kunjung membaik. Pasti ada sesuatu yang salah. Pasti ada sesuatu yang di
manage tidak dengan semestinya.
Alhasil, kalau
Anda belum sepenuhnya percaya, sesekali
adakanlah sayembara. Suruhlah mencari orang-orang di seluruh dunia yang
tidak memiliki pekerjaan tetap, tapi berani kredit sepeda motor. Tidak
punya uang berlipat-lipat, tapi merokoknya jalan terus. Pekerjaan hanya
sebagai tukang tambal ban, tapi memiliki istri lebih dari satu. Anda
pasti akan menemukan orang-orang semacam itu hanya di Indonesia. Percaya
atau tidak, Anda bisa buktikan sendiri. Yang jelas, hanya orang
Indonesialah yang memiliki keberanian untuk melakukan itu.(*)
Ditulis oleh :
Em. Syuhada'
Pengelola Taman Bacaan Alam Suwung
Lamongan
Ditulis oleh :
Em. Syuhada'
Pengelola Taman Bacaan Alam Suwung
Lamongan
Kreatifitas Manusia Indonesia
4/
5
Oleh
Admin
Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>