• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • KIAI CERET, KIAI GENTONG, ATAUKAH KIAI CINGKIR .....
  • Catatan Dari Patangpuluhan
  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
  • Empat Peran Tuhan dalam Kehidupan
  • Daftar Penerima Tunjangan Khusus Daerah Terpencil (Dikdas SD-SMP) Tahun 2013
  • Tata Cara Pendaftaran Sertifikasi Guru Jalur Prestasi 2017
  • KIAI KOCAR KACIR

Inspirasi

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Esai / Kreatifitas Manusia Indonesia

Sunday, January 13, 2013

Kreatifitas Manusia Indonesia

Baca Juga

Angkringan Lek Man Yogja: Foto diambil dari YogYes.Com
SYAHDAN, setelah puas berjalan-jalan menikmati sebuah tempat pariwisata, seorang wisatawan mancanegara beristirahat sejenak di warung tegal asli milik Indonesia. Ia memesan makanan dan minuman sekedar untuk mengganjal perut. Tiba-tiba, matanya tertumbuk pada makanan tradisional yang tertata di lapak.
“Ada apa, Tuan?” tanya pemilik warung yang mengetahui keheranan tamunya.
“Ini makanan apa?” wisatawan kita ini balik bertanya, sembari mencomot panganan di piring dan menunjukkannya kepada pemilik warung.
“Itu namanya onde-onde. Memangnya kenapa, Tuan?” kali ini, ganti pemilik warung yang keheranan.
“Kamu yang membuatnya sendiri?” tanya wisatawan itu lagi dengan mimik yang masih dipenuhi tanda tanya.
Pemilik warung tentu saja hanya mengangguk. Sebab, ia sendiri bersama istrinya yang membuat makanan kecil itu tiap pagi sebelum membuka warungnya.
“Berapa waktu yang kau butuhkan untuk membuat makanan ini?”
“Maksudnya?”
“Barang kecil-kecil yang menempel sekian banyak di panganan ini, butuh berapa lama engkau menempelkannya?” tanya sang wisatawan.
Pemilik warung ngeh. Ia mulai memahami kecamuk pikiran yang dialami oleh tamunya itu. Wisatawan kita ini berpikir, wijen yang menempel di onde-onde sedemikian banyaknya, berapa waktu yang dibutuhkan jika biji-biji wijen itu harus ditempelkan satu per satu?
“Saya perlu waktu satu bulan untuk menyelesaikan pekerjaan itu, Tuan!” goda si pemilik warung kemudian.

***

SEPENGGAL kisah diatas hanya sekedar ilustrasi, tentu saja tidak pernah ada dalam dunia nyata. Saya tuturkan di awal tulisan ini sekedar ingin menunjukkan kepada Anda bahwa masalah kreatifitas, orang-orang Indonesialah yang paling bisa diandalkan. 

Jika Anda mengamati keadaan di sekitar tempat Anda tinggal, di lingkungan kerja, atau bahkan di tempat-tempat jauh yang dikabarkan media cetak maupun elektronik, dengan gampang Anda bisa menemukan betapa ragam kreatifitas orang-orang Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata. Kreatifitas yang saya maksud bukan hanya sekedar kemampuan melakukan rekayasa melahirkan ide-ide kreatif, sehingga bisa menemukan hal-hal baru dalam kehidupan. Bahkan kreatifitas itu telah menyentuh wilayah mengatasi kehidupan itu sendiri pada tingkat yang paling sulit.

Dari soal remeh-temeh hingga hal-hal besar, kreatifitas manusia Indonesia itu nomer satu. Tengoklah misalnya soal makanan. Bagaimana dari satu bahan baku bisa berubah wujud menjadi berbagai macam panganan dengan bentuk dan rasa yang berbeda-beda. Ketela bisa diolah menjadi keripik, getuk, gentelot, jemblem, sawut, rondo royal, dan masih banyak lagi jenis makanan tradisional lainnya berbahan dasar singkong. Dari beras bisa dibuat kerupuk, brubi, lemper, nogosari, dan lain sebagainya. Adakah masyarakat dari negara lain yang mampu melakukannya?

Maka tak heran jika makanan ala Indonesia beragam bentuk, nama dan jenisnya. Bahkan dari waktu ke waktu, kreatifitas orang Indonesia soal makanan dan cara pemasarannya mengalami perkembangan begitu rupa. Hari-hari ini, Anda tentu tak asing dengan istilah rawon setan, sambal petir, bakso nuklir, soto dog atau soto gebrak, dan lain sebagainya. Bukankah itu adalah hasil olah kreatifitas yang tak bisa dipandang remeh begitu saja?

Kopi Arang Lek Man Yogja
Kalau suatu hari nanti Anda jalan-jalan ke Yogjakarta, jangan lupa mampir ke sebuah warung kopi dekat Stasiun Tugu. Jangan kaget jika kemudian Anda temui sang pemilik warung dengan santainya menuangkan air yang dipanaskan dengan tungku berbahan-bakar bara membara. Ketika secangkir kopi yang telah diaduk itu siap dihidangkan, diambillah seonggokan bara menganga, lantas dicelupkannya ke air seduhan kopi hingga mengeluarkan bunyi jossss. Itulah Kopi Jos ala Lek Man stasiun tugu Yogjakarta.

Begitulah kreatifitas manusia Indonesia. Tak hanya soal makanan. Hal-hal lain bahkan bisa Anda temui dengan mudah dalam berbagai sektor kehidupan, dengan bentuk dan macam yang berbeda-beda. Dari soal musik, teknologi, budaya, dan lain sebagainya. Misalnya saja, bagaimana seorang mekanik sepeda motor memiliki kreatifitas dan keuletan luar biasa. Kalau ada mobil atau motor yang tak mungkin lagi diperbaiki, serahkan saja pada mekanik orang Indonesia. Dijamin mobil Anda akan langsung hidup. Kalau toh tak bisa hidup, ia akan berubah bentuk menjadi sesuatu yang lain, yang mungkin tak pernah Anda bayangkan sebelumnya. Anda yang tinggal di pedesaan tentu tak asing dengan mesin huller. Dengan adanya mesin itu, masyarakat desa sekarang tak perlu repot menggilingkan padi ke mesin penggilingan. Mereka cukup menantikan mesin itu lewat di depan rumahnya?

Itu semua adalah contoh kreatifitas masyarakat awam. Kalau mau contoh kreatifitas yang “besar” pun tak kekurangan. Misalnya, anak-anak Politeknik Surabaya yang berhasil memenangkan kejuaraan Kontes Robot di Jepang sekitar beberapa tahun silam. Atau Mahasiswa ITB yang baru-baru ini mendapatkan penghargaan dari Honda atas karyanya membuat alat bantu membaca untuk anak-anak penderita cacat mental. Kalau Anda pernah mendengar berita, tentu Anda akan mengetahui bagaimana ada seseorang yang mengganti bahan bakar bensin dengan gas LPG untuk menggerakkan kendaraan bermotornya. Bahkan, ada seseorang dari kabupaten kecil di wilayah Jawa Timur yang menggerakkan sepeda motornya dengan listrik dari akinya, sehingga membuatnya tak lagi membutuhkan bahan bakar premium.

Hal-hal semacam itulah yang membuat masyarakat Indonesia tetap survive di tengah situasi kehidupan macam apapun. Dan salah-satu bentuk kreatifitas “tingkat tinggi” pada kurun waktu terakhir adalah merebaknya para pedagang kaki lima di sejumlah daerah. Di tengah himpitan ekonomi yang kian menukik akibat negara yang tak kunjung mampu memberikan jaminan kesejahteraan bagi rakyatnya, mereka melakukan kreatifitasnya sendiri untuk bertahan hidup. Meskipun seringkali dianggap mengganggu ketertiban oleh pemegang kebijakan di negeri ini. Diakui atau tidak, keberadaan para pedagang kaki limalah yang membuat detak perekonomian tetap bisa dirasakan, khususnya di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Kalau kemudian hingga saat ini, berbagai persoalan kian beranak-pinak dan menjadikan peri kehidupan masyarakat negeri ini tidak kunjung membaik. Pasti ada sesuatu yang salah. Pasti ada sesuatu yang di manage tidak dengan semestinya.

Alhasil, kalau Anda belum sepenuhnya percaya, sesekali adakanlah sayembara. Suruhlah mencari orang-orang di seluruh dunia yang tidak memiliki pekerjaan tetap, tapi berani kredit sepeda motor. Tidak punya uang berlipat-lipat, tapi merokoknya jalan terus. Pekerjaan hanya sebagai tukang tambal ban, tapi memiliki istri lebih dari satu. Anda pasti akan menemukan orang-orang semacam itu hanya di Indonesia. Percaya atau tidak, Anda bisa buktikan sendiri. Yang jelas, hanya orang Indonesialah yang memiliki keberanian untuk melakukan itu.(*)

Ditulis oleh :
Em. Syuhada'
Pengelola Taman Bacaan Alam Suwung
Lamongan

Tweet

Related Posts

Kreatifitas Manusia Indonesia
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Sunday, January 13, 2013 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link Kreatifitas Manusia Indonesia sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

Arsip Blog

  • October (1)
  • June (14)
  • May (18)
  • April (2)
  • February (1)
  • January (1)
  • January (1)
  • November (1)
  • August (2)
  • July (2)
  • June (3)
  • May (13)
  • April (26)
  • March (30)
  • February (43)
  • January (50)
  • December (4)

Resensi Buku

Kategori

Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik
Pejalan Sunyi

Followers

Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

Name Email Address important Content important

Reportase Maiyah

Contact Form

Name

Email *

Message *

Artikel Random

Memuat...
Copyright © Pejalan Sunyi
Template by Arlina Design