• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • Tak Hanya Isi Beha yang Bikin 'Telan Ludah', Omset Jual Beha juga Mampu Membuat Mata Terpana
  • Menjelang Idul Fitri
  • Guru Menulis, Antara Mulia dan Karya
  • Seharusnya Berjudul Celana Dalam
  • JALAN PINTAS

Inspirasi

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Inspirasi / Kolom Jamaah Maiyah / #64TahunCakNun, Imam Bangsa

Saturday, May 27, 2017

#64TahunCakNun, Imam Bangsa

Baca Juga

Ulang Tahun Cak Nun
“Ndhek dunyo iki alah mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah. Aku sampek tuwek ngene ki, gak leren. Bismillah yo, sampeyan kudu gembira. Hidup gembira. Ojo tertekan oleh apapun, sebab sing ngisi ati sampeyan Gusti Allah, Gusti Allah, Gusti Allah. Ngkok sampeyan ono tekanan opo wae, tetep isoh tangi meneh, tetep isoh bangun meneh .” (Cak Nun)

Masih teringat jelas kelebat bayangmu sebelum meninggalkan Frankfurt Airport. Pesan di penghujung Desember 2016 itu cukup menghujam. “Iki (kondisi Indonesia) wes ga ono sek isoh ngatasi maneh.” Sampai pada 10 Februari 2017, Pandawayudha terbit di Harian Kompas (versi asli di web CakNun.com). Puncak dari 9 tulisan lain yang terbit berurutan untuk memperingatkan Indonesia. Setelah pasca Reformasi 1998 memilih menyepi “meninggalkan pesta” dari TV Nasional dan Koran Nasional untuk menemani orang--orang yang terpinggirkan dan terasingkan zaman. Serta 23 Mei lalu, untuk pertama kalinya setelah sekian tahun lamanya meninggalkan Media TV Nasional. Beliau kerso diwawancarai kembali dan ditampilkan rekaman videonya dalam program Indonesia Lawyer Club (ILC) di TV One, setelah lebih dari 3 Tahun Pak Karni Ilyas membujuk Beliau.

Cak Nun pernah ditawari menjadi Menteri pada era 80-an, tapi Beliau menolak. Pun juga, ditawari menjadi Presiden, Beliau menolak. Beliau lebih memilih mengisi siang-malamnya berkeliling dari satu alun-alun, ke pelosok, lebih dari 40 tahun nggedhein hati rakyat. Ditengah segala kebijakan yang banyak tak berpihak pada rakyat, sang pemilik kedaulatan di Tanah Air.

Maka, ditengah Rimba Indonesia atau bahkan dunia semoga, saya, kami, dan kita semua bisa terus berjalan ing margi kaleresan. Cak Nun pernah menyampaikan, Guru itu bukan orang yang mengajarimu, tapi orang yang kepadanya engkau belajar. Dan sampai detik ini saya teramat bersyukur Indonesia memiliki sosok seperti Beliau. Sosokmu belum tentu ada 100 tahun lagi. Sebagai murid semoga bisa berjuang seteguh Bambang Ekalaya pada Resi Drona, meskipun tidak seheroiknya, semoga bisa kecipratan barokahnya.

Tak pernah saya jumpai ada sosok yang bisa bergaul dengan elit pemerintahan sekelas Menteri namun juga sangat bersahabat dengan Pak Gendong, Pak Becak di waktu yang sama, selain Cak Nun. Berkeliling Inggris, Belanda, Vatikan menjadi Duta menampilkan Wajah Islam Rahmatan lil ‘alamin, selain Cak Nun dan Kiai Kanjeng (Nama Gamelan). Sepak terjang Cak Nun dan Kiai Kanjeng-nya dipelajari Profesor-Profesor Amerika, Australia, Inggris, Mesir namun disia-siakan di negeri sendiri. Anda tahu Cat Steven? Yang mualaf dan mengubah namanya menjadi Yusuf Islam. Beliau kembali bernyanyi setelah bertemu Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Inggris tahun 2000-an lalu.

Beberapa hari lalu saya mencoba menulis setiap hari meskipun hari aktif kerja, dan itu sangatlah tidak mudah. Tapi Cak Nun, mengisi pengajian dari habis isya sampai hampir shubuh, menulis setiap hari, tidur hanya beberapa jam. MasyaAllah, teramat jarang saya menjumpai sosok dengan Energi Badar seperti Beliau.

Di era ini, tidaklah mudah menemui Sosok Manusia Junjungan seperti Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Begitu santun akhlaknya. Terus menyuapi si pengemis buta, meski setiap hari dihinanya. Beliau meninggalkan popularitas demi bisa mendamaikan semuanya. Seringkali menjadi sasaran uji coba pembunuhan namun Beliau tetap memaafkannya. Mempersaudarakan Kaum Anshor (Tuan Rumah) dan Muhajirin (Pendatang). Rela berlapar, mengganjal perutnya dengan batu, menginfakkan hartanya dan bergaya hidup sederhana.

Meski susah menemukan sosok pejuang di segala lini seperti Kanjeng Nabi Muhammad Saw, dengan segenap kedaulatan saya, saya memilih Imam yang begitu cintanya Gondelan Klambinipun Kanjeng Nabi, yakni Muhammad Ainun Nadjib (Cak Nun). Esensi Makmum ialah bisa mencontoh gerakan, daya juang Sang Imam. Semoga diberi kesanggupan berjuang seperti Beliau. Alles gute zum Geburtstag, Maulana Muhammad Ainun Nadjib.

Zwiefalten, Germany 1 Ramadlan 1438/27 Mei 2017 

*)Tulisan NaWa di kompasiana.com. Perempuan dengan nama asli Nafisatul Wakhidah sedang terdampar di Forensic Psychiatrie, Zwiefalten, Baden Wurttemberg, Germany. Satu dari sekian juta anak cucumu yang terdampar di Bumi-Nya.
“Ndhek dunyo iki alah mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah. Aku sampek tuwek ngene ki, gak leren. Bismillah yo, sampeyan kudu gembira. Hidup gembira. Ojo tertekan oleh apapun, sebab sing ngisi ati sampeyan Gusti Allah, Gusti Allah, Gusti Allah. Ngkok sampeyan ono tekanan opo wae, tetep isoh tangi meneh, tetep isoh bangun meneh.” (Cak Nun) Masih teringat jelas kelebat bayangmu sebelum meninggalkan Frankfurt Airport. Pesan di penghujung Desember 2016 itu cukup menghujam. “Iki (kondisi Indonesia) wes ga ono sek isoh ngatasi maneh.” Sampai pada 10 Februari 2017, Pandawayudha terbit di Harian Kompas (versi asli di web CakNun.com). Puncak dari 9 tulisan lain yang terbit berurutan untuk memperingatkan Indonesia. Setelah pasca Reformasi 1998 memilih menyepi “meninggalkan pesta” dari TV Nasional dan Koran Nasional untuk menemani orang-orang yang terpinggirkan dan terasingkan zaman. Serta 23 Mei lalu, untuk pertama kalinya setelah sekian tahun lamanya meninggalkan Media TV Nasional. Beliau kerso diwawancarai kembali dan ditampilkan rekaman videonya dalam program Indonesia Lawyer Club (ILC) di TV One, setelah lebih dari 3 Tahun Pak Karni Ilyas membujuk Beliau. Cak Nun pernah ditawari menjadi Menteri pada era 80-an, tapi Beliau menolak. Pun juga, ditawari menjadi Presiden, Beliau menolak. Beliau lebih memilih mengisi siang-malamnya berkeliling dari satu alun-alun, ke pelosok, lebih dari 40 tahun nggedhein hati rakyat. Ditengah segala kebijakan yang banyak tak berpihak pada rakyat, sang pemilik kedaulatan di Tanah Air. Maka, ditengah Rimba Indonesia atau bahkan dunia semoga, saya, kami, dan kita semua bisa terus berjalan ing margi kaleresan. Cak Nun pernah menyampaikan, Guru itu bukan orang yang mengajarimu, tapi orang yang kepadanya engkau belajar. Dan sampai detik ini saya teramat bersyukur Indonesia memiliki sosok seperti Beliau. Sosokmu belum tentu ada 100 tahun lagi. Sebagai murid semoga bisa berjuang seteguh Bambang Ekalaya pada Resi Drona, meskipun tidak seheroiknya, semoga bisa kecipratan barokahnya. Tak pernah saya jumpai ada sosok yang bisa bergaul dengan elit pemerintahan sekelas Menteri namun juga sangat bersahabat dengan Pak Gendong, Pak Becak di waktu yang sama, selain Cak Nun. Berkeliling Inggris, Belanda, Vatikan menjadi Duta menampilkan Wajah Islam Rahmatan lil ‘alamin, selain Cak Nun dan Kiai Kanjeng (Nama Gamelan). Sepak terjang Cak Nun dan Kiai Kanjeng-nya dipelajari Profesor-Profesor Amerika, Australia, Inggris, Mesir namun disia-siakan di negeri sendiri. Anda tahu Cat Steven? Yang mualaf dan mengubah namanya menjadi Yusuf Islam. Beliau kembali bernyanyi setelah bertemu Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Inggris tahun 2000-an lalu. Beberapa hari lalu saya mencoba menulis setiap hari meskipun hari aktif kerja, dan itu sangatlah tidak mudah. Tapi Cak Nun, mengisi pengajian dari habis isya sampai hampir shubuh, menulis setiap hari, tidur hanya beberapa jam. MasyaAllah, teramat jarang saya menjumpai sosok dengan Energi Badar seperti Beliau. Di era ini, tidaklah mudah menemui Sosok Manusia Junjungan seperti Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Begitu santun akhlaknya. Terus menyuapi si pengemis buta, meski setiap hari dihinanya. Beliau meninggalkan popularitas demi bisa mendamaikan semuanya. Seringkali menjadi sasaran uji coba pembunuhan namun Beliau tetap memaafkannya. Mempersaudarakan Kaum Anshor (Tuan Rumah) dan Muhajirin (Pendatang). Rela berlapar, mengganjal perutnya dengan batu, menginfakkan hartanya dan bergaya hidup sederhana. Meski susah menemukan sosok pejuang di segala lini seperti Kanjeng Nabi Muhammad Saw, dengan segenap kedaulatan saya, saya memilih Imam yang begitu cintanya Gondelan Klambinipun Kanjeng Nabi, yakni Muhammad Ainun Nadjib (Cak Nun). Esensi Makmum ialah bisa mencontoh gerakan, daya juang Sang Imam. Semoga diberi kesanggupan berjuang seperti Beliau. Alles gute zum Geburtstag, Maulana Muhammad Ainun Nadjib. Zwiefalten, Germany 1 Ramadlan 1438/27 Mei 2017 Nafisatul Wakhidah Satu dari sekian juta anak cucumu yang terdampar di Bumi-Nya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/beusefullife/64tahuncaknun-imam-bangsa_59286ea9d593734275ab4566
“Ndhek dunyo iki alah mek sedhiluk rek, berjuang terus ndak masalah. Aku sampek tuwek ngene ki, gak leren. Bismillah yo, sampeyan kudu gembira. Hidup gembira. Ojo tertekan oleh apapun, sebab sing ngisi ati sampeyan Gusti Allah, Gusti Allah, Gusti Allah. Ngkok sampeyan ono tekanan opo wae, tetep isoh tangi meneh, tetep isoh bangun meneh.” (Cak Nun) Masih teringat jelas kelebat bayangmu sebelum meninggalkan Frankfurt Airport. Pesan di penghujung Desember 2016 itu cukup menghujam. “Iki (kondisi Indonesia) wes ga ono sek isoh ngatasi maneh.” Sampai pada 10 Februari 2017, Pandawayudha terbit di Harian Kompas (versi asli di web CakNun.com). Puncak dari 9 tulisan lain yang terbit berurutan untuk memperingatkan Indonesia. Setelah pasca Reformasi 1998 memilih menyepi “meninggalkan pesta” dari TV Nasional dan Koran Nasional untuk menemani orang-orang yang terpinggirkan dan terasingkan zaman. Serta 23 Mei lalu, untuk pertama kalinya setelah sekian tahun lamanya meninggalkan Media TV Nasional. Beliau kerso diwawancarai kembali dan ditampilkan rekaman videonya dalam program Indonesia Lawyer Club (ILC) di TV One, setelah lebih dari 3 Tahun Pak Karni Ilyas membujuk Beliau. Cak Nun pernah ditawari menjadi Menteri pada era 80-an, tapi Beliau menolak. Pun juga, ditawari menjadi Presiden, Beliau menolak. Beliau lebih memilih mengisi siang-malamnya berkeliling dari satu alun-alun, ke pelosok, lebih dari 40 tahun nggedhein hati rakyat. Ditengah segala kebijakan yang banyak tak berpihak pada rakyat, sang pemilik kedaulatan di Tanah Air. Maka, ditengah Rimba Indonesia atau bahkan dunia semoga, saya, kami, dan kita semua bisa terus berjalan ing margi kaleresan. Cak Nun pernah menyampaikan, Guru itu bukan orang yang mengajarimu, tapi orang yang kepadanya engkau belajar. Dan sampai detik ini saya teramat bersyukur Indonesia memiliki sosok seperti Beliau. Sosokmu belum tentu ada 100 tahun lagi. Sebagai murid semoga bisa berjuang seteguh Bambang Ekalaya pada Resi Drona, meskipun tidak seheroiknya, semoga bisa kecipratan barokahnya. Tak pernah saya jumpai ada sosok yang bisa bergaul dengan elit pemerintahan sekelas Menteri namun juga sangat bersahabat dengan Pak Gendong, Pak Becak di waktu yang sama, selain Cak Nun. Berkeliling Inggris, Belanda, Vatikan menjadi Duta menampilkan Wajah Islam Rahmatan lil ‘alamin, selain Cak Nun dan Kiai Kanjeng (Nama Gamelan). Sepak terjang Cak Nun dan Kiai Kanjeng-nya dipelajari Profesor-Profesor Amerika, Australia, Inggris, Mesir namun disia-siakan di negeri sendiri. Anda tahu Cat Steven? Yang mualaf dan mengubah namanya menjadi Yusuf Islam. Beliau kembali bernyanyi setelah bertemu Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Inggris tahun 2000-an lalu. Beberapa hari lalu saya mencoba menulis setiap hari meskipun hari aktif kerja, dan itu sangatlah tidak mudah. Tapi Cak Nun, mengisi pengajian dari habis isya sampai hampir shubuh, menulis setiap hari, tidur hanya beberapa jam. MasyaAllah, teramat jarang saya menjumpai sosok dengan Energi Badar seperti Beliau. Di era ini, tidaklah mudah menemui Sosok Manusia Junjungan seperti Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Begitu santun akhlaknya. Terus menyuapi si pengemis buta, meski setiap hari dihinanya. Beliau meninggalkan popularitas demi bisa mendamaikan semuanya. Seringkali menjadi sasaran uji coba pembunuhan namun Beliau tetap memaafkannya. Mempersaudarakan Kaum Anshor (Tuan Rumah) dan Muhajirin (Pendatang). Rela berlapar, mengganjal perutnya dengan batu, menginfakkan hartanya dan bergaya hidup sederhana. Meski susah menemukan sosok pejuang di segala lini seperti Kanjeng Nabi Muhammad Saw, dengan segenap kedaulatan saya, saya memilih Imam yang begitu cintanya Gondelan Klambinipun Kanjeng Nabi, yakni Muhammad Ainun Nadjib (Cak Nun). Esensi Makmum ialah bisa mencontoh gerakan, daya juang Sang Imam. Semoga diberi kesanggupan berjuang seperti Beliau. Alles gute zum Geburtstag, Maulana Muhammad Ainun Nadjib. Zwiefalten, Germany 1 Ramadlan 1438/27 Mei 2017 Nafisatul Wakhidah Satu dari sekian juta anak cucumu yang terdampar di Bumi-Nya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/beusefullife/64tahuncaknun-imam-bangsa_59286ea9d593734275ab4566

Tweet

Related Posts

#64TahunCakNun, Imam Bangsa
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Saturday, May 27, 2017 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link #64TahunCakNun, Imam Bangsa sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

Arsip Blog

  • October (1)
  • June (14)
  • May (18)
  • April (2)
  • February (1)
  • January (1)
  • January (1)
  • November (1)
  • August (2)
  • July (2)
  • June (3)
  • May (13)
  • April (26)
  • March (30)
  • February (43)
  • January (50)
  • December (4)

Resensi Buku

Kategori

Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik
Pejalan Sunyi

Followers

Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

Name Email Address important Content important

Reportase Maiyah

Contact Form

Name

Email *

Message *

Artikel Random

Memuat...
Copyright © Pejalan Sunyi
Template by Arlina Design