RABU, 24 April 2013, Cak Nun diundang sebagai pembicara dalam Program Sekolah Staf dan Pimpinan Bank Indonesia (SESPIBI) Angkatan XXXI Tahun 2013 yang mengangkat tema ‘Menyiapkan Kepemimpinan yang Tangguh dan Inovatif dalam Menghadapi Berbagai Perubahan dan Turbulensi yang Dihadapi Saat Ini’. Secara khusus, Cak Nun diminta untuk membawakan topik Cultural Leadership. Jenjang pendidikan karier tertinggi bagi pejabat Bank Indonesia (BI) ini pesertanya berasal dari kepala-kepala divisi yang akan diangkat ke level direktur. Tahun ini ada 48 peserta, mayoritas berasal dari BI, sebagian yang lain berasal dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan ada satu orang dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Berangkat dari tawaran Cak Nun sebelum acara, sesi yang berlangsung dari pukul 08.30 sampai 11.30 itu dibagi menjadi dua. Satu jam pertama Cak Nun dimohon untuk berlaku sebagai kiai ceret untuk menuangkan pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan terkait tema. Dua jam setelah itu barulah Cak Nun berlaku sebagai kiai gentong di mana para peserta yang bertindak sebagai subyek utama dalam diskusi, nyidhuk apapun yang mereka ingin ketahui dan pelajari.
“Saya pribadi mengenal Cak Nun sebagai pimpinan dari grup musik yang sangat saya suka, yakni Kiai Kanjeng. BI pernah mengundang Kiai Kanjeng untuk pentas di sini. Di samping itu, Cak Nun juga seorang sastrawan. Banyak sekali tulisan-tulisan Beliau baik berupa puisi maupun dalam bentuk-bentuk lain – kebanyakan dalam bentuk sastra relijius,” ujar moderator memperkenalkan Cak Nun kepada para peserta.
“Banyak sekali pengalaman Cak Nun yang telah terbiasa bergaul dengan berbagai masyarakat dari yang paling bawah sampai yang paling atas. Pengalaman beliau terkait pula dengan kepemimpinan dalam membawa misi-misi budaya, termasuk membentuk grup musik, dan juga membina anak sulungnya untuk menjadi vokalis handal di grup Letto. Silahkan nanti kita tanya apa saja di sesi kedua.”
Bersetia Mentransformasi Rahmat menjadi Barokah
“Moderator kita ini terlalu terbiasa dengan kata benda, padahal yang nomor satu dalam hidup adalah kata kerja. Meskipun kata kerja itu pada tahap-tahap yang berbeda akan sampai juga pada kata benda, tapi sifatnya kehidupan adalah kata kerja,” ujar Cak Nun mengawali sesi pertama.“Kalau Anda melihat Indonesia sebagai kata benda, Anda akan kebingungan dengan Indonesia Orde Lama, Indonesia Orde Baru, Indonesia Reformasi. Tapi kalau Anda ngomongnya Indonesia itu kata kerja, cara berpikir kita akan menjadi lebih dinamis dan relatif. Semua yang diceritakan tentang Emha tadi itu adalah kata-kata benda yang merupakan samaran-samaran hidup saya. Jadi aslinya saya tidak seperti itu.”
“Yang kedua, saya tidak merasa punya kredibilitas di bidang apapun untuk berada di acara ini bersama Anda semua, tapi saya datang karena etika, karena sopan-santun, karena sudah diundang. Karena saya dianggap bisa ngomong, ya sudah saya ngomong. Bahwa nanti terbukti kalau saya tidak bisa memenuhi apa yang Anda minta, itu salahnya yang ngundang,” ucapan Cak Nun langsung disambut tawa para peserta.
“Nomor tiga, saya sengaja tidak pakai assalamu’alaikum karena saya sudah pekewuh sejak lama sekali sama Tuhan. Selama ini orang-orang Indonesia mengucapkan assalamu’alaikum tapi tidak ada satu pun yang mengerti itu apa. Banyak sekali ucapan assalamu’alaikum di sini, tapi mereka tidak bersungguh-sungguh ber-assalamu’alaikum di antara mereka. Saya lihat Tuhan akhir-akhir ini banyak cemberut karena ini.”
“Anda agaknya agak takut kalau sudah mulai ngomong Tuhan. Maksud saya gini lho, assalamu’alaikum itu kan satu MOU yang diucapkan oleh satu pihak ke pihak lain, dan pihak lain menjawab. MOU ini ada beberapa tahap. Dengan saya mengucapkan assalamu’alaikum kepada Anda, berarti saya menjamin keselamatan Anda di tiga bidang.”
“Yang pertama, hartamu pasti selamat kalau sama saya. Saya tidak akan bikin policy apapun yang akan merugikan hartamu. Yang kedua, martabatmu selamat di hadapan saya. Dan yang ketiga, keselamatan juga untuk nyawamu. Lalu kemudian Anda menjawab dengan wa’alaikumsalam, itu berarti Anda sudah sign MOU di antara kita untuk saling menjaga tiga hal itu.”
“Mohon maaf ini jadi kayak ceramah ustadz. Aslinya ustadz itu tidak ada di Quran, tidak ada di hadits. Ustadz itu karangan kapitalisme. Itu caranya orang untuk cari duit. Sama seperti bank syariah. Seharusnya kalau sudah menjadi bank syariah kan dia bukan lagi bank umum, tapi nyatanya kan ada keduanya – misalkan bank Mandiri ada yang biasa dan ada yang syariah. Jadi ternyata masalahnya bukan prinsip, tapi soal mana yang menguntungkan. Kalau untuk segmen ini pakai syariah, untuk segmen lain pakai yang biasa.”
Cak Nun kemudian menjelaskan tahapan-tahapan dari penjaminan keselamatan yang terkandung dalam ucapan salam. Setelah ‘kontrak’ assalamu’alaikum, ada frasa warrahmatullah, kemudian ada wabarakatuh.
“Tuhan itu kasih Anda rahmat. Dia kasih hidung Anda mancung, kasih rambut Anda tumbuh, kasih Anda tidak perlu mengatur jam berapa Anda kencing, kasih batasan terhadap tinggi badan, kasih batasan pada pertumbuhan gigi. Kalau satu saya dicabut oleh-Nya, Anda sudah sangat kerepotan.”
“Kalau nggak karena Tuhan memberi batas-batas, celakalah hidup manusia. Itulah rahmat. Rahmat bukan hanya berupa limpahan rizqi, tapi juga dalam bentuk batasan-batasan rizqi. Ada orang yang celaka karena ingin melewati batasan itu. Maka Puji Tuhan yang telah membatasi.”
“Rahmat Tuhan ini harus kita manage, harus kita kelola dengan aturan-aturan, dengan sistem-sistem hukum, dengan konstitusi sampai aturan-aturan pemerintah, keputusan presiden, kode etik di berbagai institusi, atau apa saja yang merupakan satu sistem kenegaraan atau kebudayaan atau peradaban, supaya ada transformasi dari rahmat menjadi barokah.”
“Kalau tidak ada pengelolaan, ilmu, dan sistem, maka padi tidak akan pernah menjadi beras, beras tidak akan menjadi nasi, nasi hanya akan berhenti menjadi nasi tanpa pernah jadi nasi gurih, nasi uduk. Itu semua kan butuh ilmu dan sistem pengelolaan.”
“Di antara rahmat dan barokah itu maka diperlukan negara, diperlukan BI, diperlukan sistem banking, diperlukan kesenian, departemen-departemen. Ini disebut ijtihad kalau dalam istilah agama, yaitu daya pikir yang terus-menerus untuk menguak bagaimana padi menjadi beras, menjadi nasi, dan menjadi aplikasi yang bermacam-macam.”
“Itulah kenapa saya bangga menjadi orang Indonesia, karena orang Indonesia merupakan satu-satunya negara, bangsa, etnik, yang punya kosa-kata detil mengenai beras. Kalau Bahasa Inggris hanya mengenal beras dalam kata rice, kita menyebutnya sebagai padi atau pari ketika masih di sawah, gabah ketika sudah dipanen, beras ketika sudah digiling, dan nasi atau sego ketika sudah dimasak. Itu kan karena kebudayaan kita jauh lebih tua dan jauh lebih matang daripada kebudayaan mereka.”
“Kembali ke konsep rahmat dan barokah, menurut saya BI adalah pemimpin transformasi dari padi ke beras, dari beras ke nasi. Wah kalau langsung ke BI agak tidak enak juga saya, karena kalau ngomong BI kita bisa ke mana-mana, bisa ke Neolib, bisa ke IMF, Briggs. Saya nggak enak, dan saya nggak akan menyalahkan siapa-siapa kok. Saya cinta sama bangsa Indonesia dan saya maklum kalau presiden bilang kekayaannya ada 9 M. Nggak apa-apa, karena kebohongan kan tidak bisa dihindarkan di Indonesia ini.”
“Bebek Slamet juga bakal ketawa kalau dengar presiden kita kekayaannya cuma 9 M, wong Bebek Slamet saja puluhan milyar. Cuma kan nggak bisa nggak bohong kalau di Indonesia. Indonesia bukan tanah yang subur untuk kejujuran. Gimana mau nggak bohong, nanti orang lain yang bohongin kita. Gimana mau nggak curang, dia curang sama kita kok. Kenapa harus berbuat baik ke mereka, mereka saja nggak berbuat baik ke kita. Jadi di Indonesia ini saya sangat maklum kalau ada banyak orang korupsi, membunuh, karena mereka memang tidak aman di sini.”
“Mau berbuat baik nggak aman, agama dieksploitasi, dan budaya kemiskinan kita sangat tinggi. Orang-orang kaya itu sangat punya budaya dan mental kemiskinan. Budaya kemiskinan itu artinya orang yang sangat tergantung kepada keamanan materi. Kalau saya kan orang agak kaya, artinya saya nggak jelas punya uang berapa, bisa makan atau tidak, anak saya sekolahnya gimana, itu benar-benar urusan dinamis setiap hari. Bisa apa nggak, saya nggak tahu. Karena saya kaya raya, wis matek urip babah lah.”
“Kebanyakan orang kan nggak punya keberanian untuk seperti itu, maka mereka terus memastikan laba sebanyak-banyaknya dengan modal sekecil-kecilnya, maka mereka pakai ideologi kapitalisme dan seterusnya.”
“Kembali ke assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh saya kira halangan kita sekarang ini adalah kita terus bertengkar di antara rahmat dan barokah. Nggak ada sistem yang kita sepakati. Ganti-ganti terus dari Orla ke Orba, ganti lagi di Reformasi. Kita tahun 2014 akan mengalami perubahan-perubahan lagi. Para investor di seluruh dunia juga sudah siap-siap karena dianggap akan ada renasionalisasi aset-aset negara, seperti misalnya ada regulasi yang melarang ekspor bahan mentah. Akan ada perubahan-perubahan besar dan yang disangka melakukan perubahan itu adalah salah seorang mantu mantan presiden, padahal bukan dia. Akan ada orang lain yang melakukan hal-hal itu. Ini pokoknya dunia sedang berspekulasi. Kalau saya kembalikan ke BI, saya kira BI adalah pemimpin transformasi rahmat supaya jadi barokah, sebab banyak rahmat tidak menjadi barokah.”
“Bedanya rahmat dan barokah itu teori universalnya seperti ini: hujan itu rahmat karena dia tidak memilih pada siapa dia datang. Siapa saja yang ke luar ruangan, dia kehujanan.Tuhan ini nggak milih, orang yang korupsi tidak dikenai hujan. Rahmat itu dikasih Tuhan ke siapa saja.Maling ya dikasih rahmat. Siapa saja.”
“Uang curian untuk beli soto itu ya tetap enak sotonya, karena sifatnya sifat rahmat. Kalau barokah itu sesuatu yang telah diregulasi dengan kemauan-kemauan dan aturan-aturan Tuhan. Maka, orang kaya bisa bangkrut kalau urusannya barokah. Sementara orang yang tidak kaya-kaya amat bisa lancar hidupnya.”
“Menurut saya BI adalah ujung tombak dari pengaturan lalu-lintas rizqi dari rahmat Allah itu supaya menjadi barokah bagi seluruh bangsa Indonesia.”[]
Silahkan baca lanjutannya di Maiyahan BI 24/04/2013: Empat Jenis Manusia
Sumber : www.kenduricinta.com
Reportase Maiyahan di Bank Indonesia 24 April 2013
4/
5
Oleh
Admin
Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>