ASONGAN AKHERAT
PADA Jumat kedua bulan Maret, kembali terselenggara forum diskusi bulanan Kenduri Cinta di pelataran parkir sebelah timur Taman Ismail Marzuki. Dua puluh tujuh menit lepas dari pukul sembilan malam, dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Setelah itu, beberapa sesepuh Kenduri Cinta memaparkan poin-poin awalan untuk mengantarkan jalannya diskusi.
Mas Rusdi menyoroti adanya perbedaan di antara kreativitas dan inovasi. Yang tumbuh di masyarakat, dari kata ‘kreatif’ bisa memproduk ‘reaktif’. Produk orang-orang kreatif pasti jahil. Rata-rata hanya meniru dan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Kejahilan itu contohnya mewujud pada kegiatan mengubah foto dari yang tidak begitu cantik menjadi cantik.
Kita sering lupa akan pengembangan yang inovatif. Penemuan-penemuan sudah jarang kita lakukan. Begitu pula dengan para pendakwah yang tidak pernah maju ke dalam inovasi atau pemikiran-pemikiran baru (ijtihad).
“Kita sudah banyak ditipu. Banyak sekali ilmu-ilmu Barat yang kita kagumi, sebenarnya berasal dari kita sendiri, dari Jawa. Di dalam perpustakaan Leiden anyak buku-buku kuno yang bersumber dari tanah Jawa, yang lalu diolah sedemikian rupa menjadi kata-kata baru yang seolah berasal dari sana. Ini berkaitan dengan tema kita bulan lalu, yakni tentang decoding.”
“Judul kita kali ini memang kelihatannya sederhana,” sambung Mas Adi, “Tapi tafsirnya sangat sulit sekali karena memang kebiasaan kita mencari judul dulu baru bikin tafsir. ‘Asongan akherat’ ini kalau ditafsirkan ada penafsiran positif dan penafsiran negatif. Dari sisi yang laing sederhana, sebatas yang kita tahu, pedagang asongan berjualan tanpa target. Walaupun tetap mengharapkan hasil, tapi berbeda kelasnya dengan agen atau supplier.”
Sisi positif dari menjalankan aktivitas tidak bertarget adalah kita melakukan hal-hal yang berhubungan dengan akherat – baik itu berupa ibadah mahdloh maupun muamalah – tanpa target yang muluk-muluk.Kita tidak melakukan sholat atau puasa dengan harapan pahala sekian kali lipat, atau mendapat surga.Kita tak punya target kecuali untuk mencari keridhoan Allah.
Sisi negatifnya adalah adalah kita mengasong nilai-nilai akherat. Ini yang agak rumit ketika kita memperdagangkan nilai-nilai akherat, baik berupa ibadah ritual maupun yang lain. Kalau kita asongkan, pembelinya ini siapa? Tuhan?
“Di KC ini harapannya hal-hal yang berhubungan dengan tafsir bisa dikembangkan dan diwacanakan.”
“Judul kita kali ini sangat tasawuf, karena sudah menyebut kata ‘akherat’. Filosofi asongan adalah menjajakan barang-barang yang kita butuhkan sehari-hari. Satu hari saya naik kereta ke Cirebon, dan menemukan bahwa di stasiun sudah tidak ada lagi pedagang asongan, dan kita merasakan kehilangan manfaat mereka,” ujar Mas Baim.
“Secara ekonomi kita tak pernah mengkalkulasikan rejeki secara dunia. Kalau kita ditipu, kasihan penipunya.Dalam hitungan akherat, justru kita yang diuntungkan oleh Tuhan dengan sangat banyak. Kita punya pembesaran hati dan kepercayaan atas hitungan-hitungan akherat.”
“Dukun, misalnya, ngasih garam atau air. Nilainya bukan pada praktek saat dia ngasih garam, tapi dia mau melakukan itu tanpa ada unsur kepentingan pribadi. Kita telah melakukan asongan akherat.”
Mas Pepeng, seorang seniman jalanan, mengajak jamaah untuk lebih mempelajari diri sendiri, untuk mengenal realita.
“Saya hidup di jalanan, tak pernah dididik agama yang resmi. Kadang masuk gereja, kadang masuk masjid.Ada kegelisahan kenapa kita mesti beragama.Saya cari dalam diri saya.Salah satu inovasi saya adalah menyembah pohon.Itu simbol saya. Bagi saya tak ada benda mati.”
Mas Abil, seorang guru di SLB Kuntum Mekar Cengkareng, membagi pengalamannya selama mengajar, “Butuh kesabaran sangat kuat untuk mengajar di SLB. Di sana banyak gangguan atau penyakitnya. Ada yang tunarungu, tunawicara, tunagrahita, autis.Saya pernah mengajar di kelas yang cacatnya ganda, selalu menggeratak. Di situ diuji kesabaran kita sampai di mana.”
“Bekal untuk ke akherat adalah ibadah. Pendidikan termasuk juga sebagai ibadah.”
Untuk me-refresh pikiran, tampil di panggung ada Mas Farid yang membawakan lagu ayahnya, Mbah Surip.Juga tampil Es Coret, dan lalu disambung dengan Mas Beben beserta istri, Inna Kamarie.
“Kemarin saya sudah pemanasan tiga hari di Java Jazz. Sekarang di Kenduri Cinta ini acara intinya,” ujar Mas Beben, “Asongan cuma punya modal sedikit; beberapa dari mereka sukses juga. Paling tidak yang laris adalah yang paling kreatif. Kadang ada manusia yang merasa bisa melakukan macam-macam, padahal semua modal berasal dari Yang Di Atas.Di dunia musik pun seperti itu.ada yang bisa main gitar saja tanpa bisa bikin lagu. Yang paling sukses dalam musik adalah mereka yang paling sensitif. Antonio Carlos Jobim, lihat orang nyetem gitar, tercipta lagu One Note Samba. Melihat perempuan dari jauh, tercipta The Girl from Ipanema.”
“Untuk sukses di dunia musik, harus sensitif, kreatif, dan berilmu. Jadikan belajar sebagai lifestyle. Semua harus belajar sampai mati.”
Malam ini pertama kalinya Inna Kamarie datang dan perform dengan berhijab.
“Persiapannya setahun. Semoga sampai mati nanti tidak saya lepas. Saya mohon doanya ya.”
“Semakin saya lawan, semakin saya tidak tentram. Uang tidak selamanya bikin damai kok.Saya memutuskan ini pada suatu pagi, ketika keluar dari kamar mandi.Saya minta doanya, jujur, ini berat banget, berhubungan dengan karier juga. Sudah sebulan sejak mulai berhijab ini saya cancel semua job-job saya. Sebulan ini saya jobless. Tapi entah kenapa, saya merasa damai.”
Mas Beben dan kawan-kawan membawakan lagu Prahara Cinta, Autumn Leaves, dan Kompor Meleduk.
Menjelang tengah malam, Cak Nun hadir di panggung, mengumumkan agenda acara konser berjudul Jazz Tujuh Langit untuk bulan April, di mana Mas Beben akan bermain diiringi seluruh personil Kiaikanjeng.
“Saya ucapkan selamat kepada Bu Beben atas keputusannya yang luar biasa. Ini bukan soal Islam atau tidak, melainkan penemuan atas kesejatian dan ketenteraman. Dan jangan keliru menganggap bahwa Anda akan kehilangan pekerjaan. Dunia ini tidak bertentangan dengan akhirat.Dunia ini termasuk di dalam akhirat. Allah sendiri bilang, ‘Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat’.”
“Pekerja keras pasti dapat duit. Tapi kalau nyari duit saja, hasilnya tidak akan sebanyak mereka yang bekerja keras.”
“Pertama, hati-hati kalau berpikir. Anda kan setiap melihat dan mendengar sesuatu pasti berpikir. Tidak pernah Anda tidak berpikir. Pesan saya, hati-hati dalam berpikir, karena mungkin dia akan menjadi ucapan. Lalu tingkatkan kehati-hatian dalam mengucapkan, karena dia bisa menjadi tindakan. Tingkatkan lagi kehati-hatian karena dia akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini, berhati-hatilah terhadapnya, karena akan menjadi karakter hidupmu, karakter pribadimu. Ini sudah baku, sudah menjadi monumen.”
“Terus tingkatkan kehati-hatian. Kritisi kembali karakter itu, karena ia akan menjadi unsur kebudayaan, dan lalu menjadi kebudayaan masyarakat. Dalam jangka waktu tertentu, ia akan menjadi peradaban. Kalau sudah menjadi peradaban. Sudah tak bisa diubah lagi.”
“Begitulah Indonesia dengan kecurangannya, dengan kedengkiannya. Maka pisahkan dirimu dari Indonesia yang itu.kamu teliti lagi benihmu, lebih berhati-hati mikirnya, karena sehat atau nggak sehat itu ditentukan oleh bener apa nggak kamu mikirnya.”
“Kalau tidak bener ngitungnya, di otak akan menjadi susunan syaraf yang nyrimpeti hidupmu, menjadi disorganisasi struktur sel maupun urat-urat syaraf. Disorganisasi syaraf menghasilkan perintah yang tidak benar dalam tubuh. Dalam jangka panjang, akan menjadi penyakit.”
“Anda lihat gelandangan yang 40 tahun hidup di jalanan, tidak jelas makanannya, langsung kena panas dan hujan, tapi sehat itu karena dia beres pikirannya.”
“Kita ini menyusun dua kata saja tidak bisa. Maka pasti destruktif otaknya.Kita lihat di berita-berita sekarang, banyak disebut ‘pembunuhan mutilasi’.Mutilasi itu siapa kok dibunuh? Kalau Anda lihat banyak sekali hal-hal yang memecah pikiran Anda, membuat pikiran Anda tak tertata.”
“Beliau ini (Inna Kamarie) mendapat keputusan berhijab yang benar, tapi belum paham mengapa dengan itu menemukan ketenteraman yang lebih tinggi daripada job-job yang hilang. Itu bukan berarti jobnya hilang. Tuhan itu bukan persaingan uang. Tuhan itu yang punya uang. Cara berpikir kita selama ini salah to. Disangka Tuhan itu saingannya setan, saingannya uang; lalu dikira akhirat itu saingannya dunia.”
“Tadi ada yang ngasih tahu saya ada buku berjudul The Power of Now. Itu kan untuk orang Barat yang berpikir linier, yang cara berpikirnya tidak jazzy. Kok ada kategori begitu?Padahal segala hal begitu saya lakukan, dia menjadi masa silam.Kalau orang mengerti jazz, dia tak punya rumusan mengenai sekarang atau besok.Seluruh yang kemarin aku sekarangkan, segala yang besok aku kinikan. Muhammad itu dulu atau sekarang? Kalau kamu menganggap Muhammad itu kemarin ya sudah nggak usah Islam.”
“Kalau Anda sampai muncul stress, pusing kepala, sakit perut, itu karena salah cara berpikirnya. Anda harus bener dulu berpikirnya, nggak masalah kalau belum bisa mewujudkannya. Korupsi itu sejak di pikiranmu kok. Lalu sekarang marak mutilasi. Emangnya apa yang tidak dimutilasi di Indonesia? Kamu pikir SBY jadi presiden itu dia benar-benar presiden? Presiden itu hampir seluruh dirinya hanya ada kepentingan rakyat dan Tuhan. Manunggaling kawulo Gusti. Di dalam dirinya tidak ada lagi kepentingan diri sendiri.”
“Siapakah yang ada di dalam diri presidenmu kini? Ketika Anas menandatangani pakta integritas, itu seharusnya kepada partai atau kepada rakyat?Partai itu hanya alat.Begitu kamu jadi presiden, kamu nggak boleh lagi aktif di partai. Kalau pikirannya nggak bener, produknya akan nggak bener.”
“Kalau tahun 2014 tidak ada perubahan apa-apa yang mendasar, maka korupsi korupsi sudah menjadi peradaban Indonesia, dan jangan bilang bahwa kamu antikorupsi. Sekarang PKS, Demokrat, semuanya bilang antikorupsi. Saya sebagai orangtua bilang jangan percaya! Yang mereka tidak suka itu korupsi tapi ketahuan, dan mereka sedang membangun teknologi untuk supaya bisa lebih canggih dan lebih siluman.”
“Pokoknya pastikan cara berpikirmu benar. Kalau ada yang nyrimpet cepet diurai, cepet dibersihkan.Jangan mau ditipu siapapun yang menghadir-hadirkan Tuhan kepadamu, yang menghalangi hubunganmu dengan Tuhan. Jangan percaya pada pimpinan KC, jangan percaya pada Emha Ainun Nadjib, carilah kekhusyukanmu sendiri!”
Khusyuk itu wilayah keindahan, bukan kebaikan maupun kebenaran.Dalam niat menjalankan sholat, itulah kebaikan. Menjalankan sholat sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat, itu kebenaran. Kalau kebaikan dan kebenaran ini sudah kita kantongi, tapi ketika sholat kita tidak fokus kepada Allah, apakah kira-kira Allah akan tersinggung atau tidak? Kalau belum khusyuk, apakah kita sudah benar-benar sholat?
“Kalau tidak mencapai keindahan, kebenaran dan kebaikan sholat bisa batal.”
Mengenai ekspresi kekhusyukan, setiap orang berbeda-beda. Ada yang mengekspresikannya dengan meneriakkan ini atau itu, atau bisa juga dengan cara-cara lain. Bahwa kita punya kesepakatan sopan santun dalam komunitas jamaah kita, itu oke. Tapi perkara orang mau bagaimana mengekpresikan kekhusyukan mereka, ya monggo saja.
“Ekspresi manusia bermacam-macam. Oleh karena itu terjadi benturan-benturan yang kemudian melahirkan perjanjian-perjanjian dan kesepakatan. Anda mengikuti kesepakatan itu tanpa ikut dalam proses perjanjiannya. Ini menunjukkan bahwa yang sering Anda kenal itu norma agama, bukan agama. Yang Anda kenal adalah mebel, bukan pohon.”
“Kamu harus temukan pohonnya, supaya paham bahwa pohon bisa menjadi mebel. Sekarang para ulama datang memperkenalkan mebel sebagai pohon. Allah didegradasi, dimutilasi.”
“Ada beda antara otak, pikiran, dan akal. Bahasa Indonesia ini ngawurpol. Tapi lebih ngawur lagi Bahasa Inggris, yang mengajari kita untuk terbiasa tidak setia.Huruf-huruf tidak setia kepada bunyinya. Begitu berada di kata tertentu dia berbunyi begini, dan begitu berada di kata yang lain dia memiliki bunyi yang berbeda. Misalnya huruf ‘y’ yang ketika berdiri sendiri dilafalkan sebagai ‘way’ tapi begitu berada di kata ‘yes’ dilafalkan sebagai ‘ye’. Lalu ada huruf ‘double U’ (W), padahal kalau ngomong huruf, kan belum ada kata. Makanya kesetiaan dan konsistensi pemerintahan tidak laku karena kebiasaan tidak setia pada suku kata.”
“Kalau pikiranmu beku, kamu bakal gampang sakit, gampang turun daya tahannya. Tapi kalau fresh, bakal sehat. Meski pakehijab, makin jazzy, makin cantas suaranya, makin subur rahimnya.”
Ada dua kata dari Bahasa Arab, yakni siyasah (politik peperangan) dan aql (yang paling mulia dalam manusia).Ya’qiluun begitu diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia mnjadi ‘mengakali’, padahal artinya adalah melihat obyek dengan sebaik-baiknya, sebuah perbuatan terbaik yang terlahir dari pengamatan terhadap sesuatu.
“Dalam Bahasa Indonesia kata ini sudah hancur lebur. Sekarang kita tahunya mengakali itu mencurangi, ngapusi, memperdaya. Padahal akal adalah sebaik-baiknya bahan bagi manusia untuk membangun.”
“Kalau tidak bisa menghayati Al-Qur’an, nikmatilah. Kalau tidak bisa menikmati, hormatilah. Kalau tidak bisa menghormati, dengarkanlah.”
Cak Nun meminta lampu dipadamkan, kemudian ngaji tiga ayat dari Surah Al-Baqarah, dengan mengulang-ulang ‘Alif Lam Mim’-nya.
“Alif lam mim thok saja itu nggak habis. Kalau itu kamu pake, seluruh Al-Qur’an dapet. Kamu merdeka untuk menelusurinya. Makanya tadi tak bolan-baleni. Cukup dengan dzalikal kitabu laa roiba fiih ini Anda pegang, seluruh masalah Indonesia selesai.”
“Sekarang ini, kepada siapakah DPR minta ilham untuk melahirkan hukum-hukum yang benar? Pernahkah Tuhan dilibatkan? Pernahkah Presiden sholat istikhoroh sebelum press conference? Memangnya aneh? Tapi ternyata memang dia bukan presiden.Dia orang yang sedang menggunakan jabatannya untuk kepentingan prbadi. Sekarang ini, tugasnya Anas adalah tiji tibeh, mati siji mati kabeh. Kamu mau menyelamatkan kariermu ataukah berani mengambil takaran hidup dan mati dalam hidupmu? Kamu buka secara taktis dan bertahap siapa-siapa yang memang bersalah. Meskipun telat, tapi ya nggak papa. Seharusnya ya duul jauh-jauh hari sebelum tertangkap.Tetap akan menjadi trigger sejarah.”
“Saya nggak bisa ngomong sama Anda, nanti kayak sprindik. Karena prosesnya masih berjalan, saya tidak boleh secara etis dan tidak baik secara strategis untuk mengungkapkan ini.”
Sebelum masuk ke sesi diskusi lebih lanjut, Mas Beben mempersembahkan satu band dari Komunitas Jazz Kemayoran yang baru saja tampil di Starbucks Karawaci. Bexa and Friends mempersembahkan All of Me, Beautiful-nya Cherrybelle, dan Sik Asik.
“Dalam jazz, setiap pengucapan tak pernah sama,” ujar Mas Beben, “Cak Nun adalah jazzer sejati. Bahkan sesepuh jazz manapun tak pernah ada yang berkata seperti apa yang dikatakan oleh Cak Nun, bahwa jazzer adalah pejalan tasawuf.”
“Saya punya satu keheranan kenapa orang Inggris menyebut bunyi letusan pistol dengan ungkapan ‘Bang bang!’ padahal bunyi yang paling dekat adalah Dor,” Mas Erik yang mendalami typography mulai mengawal jalannya diskusi, “Lalu sekarang banyak yang menulis InsyaAllah dengan ‘InshaAllah’. Kalau sh adalah syin, shod-nya pakai apa? Anehnya sudah dari awal.Tsa pake th, yang juga digunakan untuk pelafalan kata ‘the’. Kalau shod pakai s, lalu apa bedanya dengan sin? Anehnya kita ngikut saja. Kata orang sana tradisi ini disebut sebagai Globish, Global English. Ini masuk tanpa revisi dan tanpa kita sadari.”
“Malam ini kita diajak oleh Cak Nun untuk kembali berpikir. Paling tidak kalau pada kata saja kita sudah tak peduli, apalagi pada definisi. Definisi apa yang tidak rusak di Indonesia? Kemiskinan, kebersihan, dan banyak hal lainnya.Kita absurd dalam urusan kebersiha. Baju putih kena getah kita anggap kotor, sementara kalau kena sablon tidak kita anggap kotor. Begitu saja kita menerima peristiwa-peristiwa yang lewat tanpa peduli dan ‘mengakali’-nya. Kita cuek terhadap apa yang menggelitik.”
“Saya ingin merespon ini supaya baku. Saya ini bukan mau ngatur Anda, tapi saya ini sebagai orang tua yang mau ngasih piweling kepada anak-anak muda.Kalau tidak pake rumus ini, kamu sakit. Kalau nggak sakit fisik, ya sakit pikiran. Kalau nggak sakit pikiran ya sakit hati. Kalau nggak ya sakit nasibmu.”
“Pokoknya sin itu s. Di Bahasa Indonesia ada berapa macam s? Di Arab ada 4 macam :sin, shod (gabungan s dengan h), syin (gabungan s dengan y), tsa’ (s tapi lebih dekat dengan t). Kalau Anda melanggar ini, pikiranmu sakit, tubuhmu gampang kena komplikasi. Lihat saja hidupnya, lihat perutnya, dadanya, onderdil hidupnya.”
Di Jawa ada d dan ada dh. Bahasa Arab mengenal 3 macam :dal, dzal, dho’, dhod. Dzal sama dengan pelafalan there. Yang benar itu dzikir, bukan zikir.Dzikir itu ingat, zikir itu kelamin. Dho’ itu d samah, lebih tebal daripada dzal. Kalau dhod itu mendal.
“Kalau sekarang mau pakai Globish, silahkan sakit. Kamu pikir masyarakat dunia? Kamu pikir sehat masyarakat dunia? Jangan percaya rokok itu tidak sehat. Yang tidak sehat itu caramu merokok dan tidak merokok. Seperti juga syirik, yang tidak terletak pada bendanya, melainkan terletak pada konsep berpikirnya.”
“Saya bukannya mengagung-agungkan Jawa, tapi Jawa itu medhok, fundamental. Televisi-televisi dan selebritis kerjanya mengejek orang Jawa setiap hari.Kita semua nggak percaya diri. Padahal kemuliaan adalah kesanggupan kacang untuk menjadi kacang. Siapa bilang jagung lebih tinggi daripada kacang?”
“Bilal tidak fasih melafalkan adzan, terutama dalam pelafalan syin dan shod. Semua sahabat marah.Nabi menjawab, ‘Kalau Bilal bilang sin itu karepe syin, kalau bilang syin maksudnya sin. Tidak sampai dengan mulut dia’. Jadi, kelemahan dan keterbatasan mulut itu tidak masalah, beda halnya dengan kesombongan intelektual.”
“Di antara aksara-aksara di dunia, tidak ada lagi aksara dho’ keuali di aksara Jawa. Bahasa Arab dibungkus dengan Bahasa Arab, begitu pula dengan Bahasa China, Jepang, dan Korea.Kita nggak pede, bahasanya Bahasa Indonesia tapi dibungkus dengan aksara Latin. Yang lebih ajur, ada ratusan huruf di Nusantara yang tiba-tiba hilang. Di Sumatra Selatan terdapat banyak aksara. Ada aksara Kaganga dari Suku Rejang, itu sudah tua sekali dan sampai sekarang pelafalnya masih ada, tapi tidak lagi diajarkan di sekolah-sekolah.”
“Sekarang, ada yang disebut bahasa daerah, dibedakan dari bahasa Indonesia. Kenapa bukan disebut Bahasa Indonesia Makassar, Bahasa Indonesia Batak, dan semacamnya? Mau tidak mau, cara Anda berpikir merupakan hasil cetakan dari bahasa ibu. Ketika Anda melafalkan bahasa lain pun tetap menyesuaikan dengan cetakan dasar tadi. Sekarang citranya seakan-akan bahasa daerah itu kampungan. Bahkan sekarang untuk mengucapkan ‘Aku cinta Indonesia’ pun bilangnya ‘I love Indonesia’.”
“Pada urusan kata-kata yang merupakan perwakilan pikiran kita saja kita sudah tidak percaya diri. Jangan-jangan yang keluar dari mulut kita tidak jujur? Tidak sinkron? Jangan-jangan yang kita pikirkan tidak sepenuhnya menjadi transformasi informasi?”
Tiga jamaah mengajukan pertanyaan.Faisal dari Depok mengeluhkan kemerosotan akhlak dan menanyakan bagaimana cara berpikir dengan benar, terhindar dari halangan-halangan yang ada. Luqman menyatakan kegelisahannya melihat Indonesia. Menurut pendapatnya, Indonesia menjadi seperti ini mungkin disebabkan pula oleh cara membesarkan generasi muda yang tidak tepat. Dia juga mempertanyakan apa maksud yang hendak disampaikan dalam cerita-cerita rakyat seperti Malin Kundang, Sangkuriang, dan Jaka Tarub. Dadang dari Kafir Liberal mengaku sedang berusaha menjalankan Islam secara kaffah, yang pelakunya dengan demikian disebut kafir. Dadang bertanya apakah menurut Cak Nun anggapannya itu sah.
“Saya kira kita harus melakukan tahap-tahap yang agak panjang untuk memahami proses berpikir. Kalau mau jadi ahlul fikri, perlu dipahami kalau otak kerjanya berpikir, tapi tidak bisa bekerja kalau tidak melalui dialektika dengan akal. Akal ini separo ada di kamu dan separo lagi ada di Allah. Ubun-ubunlah tempatnya gelombang Allah.”
“Hidayah Allah ada bertingkat-tingkat. Ini bukan karena perbedaan supply Allah kepada manusia, melainkan prosesormu yang menentukan apakah kamu dapat ilham, fadhilah, atau karomah. Tinggal ambil. Saya ngomong begini bukan untuk pamer, tapi saya memang tak pernah berpikir. Saya cuma nyetel mesin ini. Allah mempekerjakan otak saya dengan akal. Allah ngasih hidayah terus-menerus tanpa batas.Ilham sudah jelas ada. Kamu tinggal membangun software. Kalau lebih tinggi kompatibilitasnya, lebih tinggi pula yang mampu kita tangkap. Makanya Muhammad dibersihkan dadanya agar dialektika dengan dadanya refreshed. Muhammad bukan ‘dibersihkan’ tapi ditingkatkan softwarenya.”
“Saya ini setiap kali nulis nggak pernah mikir. Yang bekerja bukan saya, tapi otak saya. Otak saya kan bukan saya. Makanya saya nggak lelah karena saya mempekerjakan onderdil-onderdil yang telah Allah sediakan. Mengenai proses berpikir yang benar, hati-hati juga karena efek dari tidak mampu memahaminya adalah menjadi gumunan, menganggap tokoh-tokoh sebagai wali. Sampai lalu ada wali kesepuluh atau walisongo Jawa Timur.Sekarang ini wali atau tidaknya seserang ditentukan oleh biro travel, dan itupun dengan pertimbangan praktisnya tercapai bus atau tidak. Yang tertindas-tindas diagungkan, ono wong sengsoro sithik disembah.”
“Kita sering keliru karena tidak berpikir jernih. Kamu berspekulasi mengerti, tapi untuk benar-benar mengerti harus ada istikhoroh, harus ada konfirmasi dari Allah.”
“Dekadensi itu menurunnya fungsi. Kalau misalnya ada calon bupati yang membangun gedung untuk pesantren menjelang pemilihan, apakah itu perbuatan baik atau tidak?Apa dia bener-bener ngasih?Itu adalah peristiwa dia memberi sesuatu bukan untuk kepentingan pesantren tapi untuk kepentingan dia sendiri. Itu bukan shodaqoh tapi nyogok.”
“Kebanyakan orang tua berpesan pada anaknya untuk bekerja keras agar menjadi orang sukses, dengan cara apapun, asalkan jangan lupa sholat. Anda nggak ngerti mana yang primer mana yang sekunder. Padahal sudah jelas yang dikatakan Tuhan, bahwa di dalam perjuanganmu mencari-Nya di akhirat, jangan lupa nasibmu di dunia. Yang primer adalah mencari Allah, dan dunia sifatnya sekunder. Sekarang, koruptor seperti apapun kalau sudah mbangun masjid berubah jadi baik kan citranya? Ini karena masyarakat tidak punya parameter kebaikan. Masyarakat terlanjur sudah menyerahkan parameter itu kepada hukum negara. Padahal hukum itu hanya tahu dalam level sangat kecil. Hukum hanya tahu orang nyopet, tanpa tahu kenapa orang itu sampai mencopet. Padahal ada level lebih tinggi daripada hukum, yakni akhlak, takwa, dan kemuliaan.”
“Ariel sudah dihukum, sekarang jadi selebritis nomor satu. Masyarakat tak punya akhlak, padahal kewajiban masyarakat adalah menghukum secara moral.”
“Tentang kenapa Malin Kundang dikutuk jadi batu, itu mungkin meniru Allah yang mengutuk manusia menjadi kera. Dan dalam kutukan itu Allah menggoda juga. Yang dikutuk itu orang Yahudi, di sananggak ada kera. Tuhan sengaja menujukkan kepada Anda bahwa yang dikutuk itu orang dari daerah tropis yang berada di sana. Yang disebut itu makanan kita semua : ada bayam, kacang adas, dan sebagainya. Kalau kamu kutuk-kutuk Yahudi, ya kudu ngguyu dhewe.”
“Saya ini tiap hari, daripada nonton TV Indonesia, nontonnya Mixed Martial Art. Semua petarung MMA ini sangat relijius. Mereka sangat mencintai satu sama lain. Misal ada seorang legendaris MMA, Randy Couture, umur 37 tahun, lawan anak muda umur 28 tahun Lyoto Machida dari Brazil. Dalam satu ronde Couture kalah dengan satu tendangan. Machida langsung mendatangi Couture, membangunkannya, lalu mendudukkannya, menciumi tangannya dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi sambil meneriakkan, ‘He’s our hero!’”
Thariqat (jalan menuju puncak kesejatian hidup) itu boleh lewat manapun – apakah itu lewat kekayaan, jabatan, lukisan, dan lain-lain. MMA itu kan jelas kontraknya, jelas aturannya. Selesai bertanding mereka saling berpelukan sama sekali. Petarung-petarung kehidupan ini sangat bersatu dan mencintai satu sama lain.
“Kehebatan adalah ketika kita selalu ingat Tuhan,” kata seorang petarung Brazil.
“Mereka bisa relijius dan cinta satu sama lain dan cinta satu sama lain karena telah merasakan puncak rasa sakit dalam kehidupan. Kamu pernah sakit apa? Kalau belum merasakan yang terpahit, kamu tidak akan merasakan getaran Allah.”
“Anda sholat tiap hari, sudah merasa sempurna dengan sholat. Sejak Al-Fatihah kita sudah menjadi berada dalam kemuliaan.Mendasari pekerjaan dengan bismillah, memuji Allah, menjunjung Allah, lalu mengakui ke-Raja-an Allah, melakukan satu lagi ikrar. Setelah takdzim benar, baru meminta jalan lurus. Minta jalan lurus ini diucapkan oleh orang yang sudah lurus atau yang masih sesat?”
“Tentang cerita-cerita anak yang Anda kritik tadi, adalkan pendidikan berpikirnya benar ya nggak masalah. Bukan kita tak punya riwayat, tapi cara berpikir kita yang keliru ketika mengidentifikasikan dongeng-dongeng.”
“Dulu saya bikin Komite Reformasi beranggotakan 45 orang. Untuk supaya tidak kelihatan seperti kudeta, ada 3 orang Orba yang dilibatkan di dalamnya. Ada Pak Harto, Wiranto, dan Akbar Tandjung. Tanggal 20 Mei 98 komite itu ditolak terutama oleh Amin Rais karena masih ada orang Orba.Akhirnya gagal nggak jadi reformasi.Beberapa saat kemudian Wiranto ikut konvensi untuk jadi presiden. Sekarang pun nggak jelas gimana ukuran-ukurannya.”
“Pertama kali kita harus paham dulu dasar-dasarnya, baru nge-jazz. Reformasi tiba-tiba ngejazz, RI pun begitu. Semoga suatu hari nanti ada pembenahan.”
“Arupalaka itu pahlawan atau pengkhianat? Tergantung cara kita melihatnya. Bangsanya dijajah oleh Sultan Hasanuddin. Perkara dia dibantu oleh Belanda, itu ya terserah dia.”
Ketika seorang jamaah menyinggung tentang PKS, Cak Nun menjawab, “Saya harus menjaga etikajuga karena semua masih berlangsung. Karena sudah terlanjur Anda sebut, memang benar beberapa waktu lalu Anis Matta beserta 40 pengurus PKS pusat datang ke Kadipiro. Saya kira tidak baik kalau saya ceritakan semuanya sekarang. Biarkan itu kita proses, karena semua masih punya kemungkinan untuk menjadi baik.Gampangnya, misal Anda maling, tapi ketika desa Anda diserang, Anda ikut membela. Orang bisa punya fungsi bermacam-macam dan itu yang sedang saya upayakan.”
“Kalau kamu berani menjadi trigger sejarah, saya punya tanggung jawab untuk ikut melindungimu dari teror-teror ini itu terhadap keluargamu dan lain-lain. Sementara itu, KPK-nya juga kita dorong-dorong terus. Saya hanya bisa ngomong prinsipnya, nggak mungkin ngomong detil.”
“Ada masalah apapun, yang penting beres dulu di pikiran. Hati itu nggak masalah, diam saja tugasnya, jangan ke mana-mana.Perkara nggak bisa melaksanakan itu nggak masalah.Hampir seluruh Nabi juga mengalami kegagalan. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Kalau ada sesuatu yang tidak mampu kamu jawab, berbahagialah karena itu bagian Allah.”
Menyambung uraian dari Cak Nun, Mas Andri menyoroti masalah bahasa sebagai tool untuk memahami, tapi justru bahasa-bahasa yang ada di Nusantara kurang dilestarikan. Kita tak punya strategi budaya ke depan untuk membangun, sehingga akhirnya kita tak punya karakter. Untuk itulah kita kadang-kadang perlu kembali melihat proses ke belakang, meruntutnya kembali. Dalam proses itu, simbol menjadi makna dan makna menjadi hikmah. Nilai dipegang, dan value harus hadir.
Mas Sabrang menceritakan satu eksperimen yang dilakukan pertama kali di Jepang, lalu dilakukan di Australia dan Inggris. Ini berhubungan dengan mekanisme informasi dan otak. Di Jepang ada jenis monyet yang hidup di pantai. Seseorang iseng melemparkan kentang kecil ke arahnya, ke pasir.Si monyet senang, tapi ketika langsung dimakan ada pasir yang menempel. Harus dicari cara untuk membersihkannya.Ada yang secara tak sengaja memasukkan kentang yang ada pasirnya itu ke air. Awalnya yang tahu hanya satu monyet, kemudian diikuti oleh anaknya. Lama-lama, teman si anak mengikuti cara itu, sampai suatu titik ketika mencapai jumlah tertentu, tiba-tiba semua monyet – bahkan monyet-monyet di lain pulau – menggunakan cara serupa. Semua spesies monyet tersebut tiba-tiba paham bagaimana cara membersihkan kentang.
Satu lagi percobaan membawa gambar wajah tersembunyi ke suatu kelas SMA di Australia. Kebanyakan mampu menebak ada 9 sampai 12 wajah, padahal total gambar ada 40. Pada waktu bersamaan, gambar yang sama disiarkan di TV kabel di Australia, ditunjukkan 40 wajah tersembunyi dalam gambar tersebut. Setelah itu rata-rata siswa SMA yang disuruh menebak mampu menebak sampai 40 gambar wajah.
“Pengetahuan tidak harus berasal dari pengalaman sendiri. Maka ada ungkapan, ‘Wong kang sholeh kumpulono’. Kita memerlukan jumlah tertentu (critical mass) untuk bisa ‘otomatis’ menjadikan kesadaran tertentu sebagai kesadaran bangsa. Sebelum mencapai jumlah itu, prosesnya sangat lambat. Ini bisa juga diterapkan untuk KC,” ujar Mas Sabrang.
Di penghujung acara, semua jamaah diminta berdiri. “Untuk akhir saya kali ini tidak me-recommend indal qiyam karena banyak teman-teman yang tidak pada tradisi itu, juga yang tidak beragama Islam. Religiusitas itu tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan kata-kata, melainkan oleh kesungguhan kita untuk menjalankan amanat Allah. Terutama persembahan cinta Anda kepada tanah, itu juga suatu religiusitas. Jadi saya mohon Mas Beben beserta Ibu untuk ke depan. Tolong pimpin kami untuk menyanyikan lagu apapun yang bisa memasukkan rasa Indonesia ke dalam diri kita.”
“Tadi kita ngomong mengenai asongan akherat. Saya ingin melegitimasi temen-temen KC, kalau bahasa urban mengenal kata ‘asongan’, bahasa agraris punya kata ‘ngasak’. Sekarang ini banyak kelompok-kelompok formal normatif yang merasa dirinya panen akherat, sehingga mereka mantap sekali untuk menjadi pemimpin panen itu. Sementara di KC, semua orang berani datang. Ini kalau mau disebut lemah ya lemah, tapi kalau mau disebut kuat ya kuatnya justru di situ. Di sini semua dekat tanpa batas-batas budaya, Anda bukan santri nggak apa-apa. Dan lagi, sekarang yang disebut santri pun belum tentu santri. Belum tentu yang pakai peci itu santri, dan belum tentu yang pakai jeans itu bukan santri. Para qori’ di Iran berpakaian sangat biasa seperti yang kita pakai sekarang ini, tidak ada yang pakai peci atau sorban. Bahkan ada yang pakai kaos saja ketika qiro’ah resmi di parlemen Iran.”
“Jadi, kalau di mana-mana Anda dianggap jauh dari Allah begitu Anda tidak sholat atau tidak melakukan hal-hal secara normatif, di sini tidak ada yang jauh dari Allah. Allah itu lebih dekat daripada urat lehermu sendiri, cuma Anda saja yang tidak mau menyadari dan menerima kedekatan Allah kepadamu. ‘Inni qorib.. Inni qorib’ – begitu kata Allah.”
“Tadi itu bacaan Alif lam mim saya ulang-ulang, karena kita belum paham benar. Alif lam mim bisa menjadi sarana kedekatanmu dengan Allah supaya Dia menjadi sayang kepadamu sehingga Allah menambah sesuatu yang tidak engkau sangka-sangka dalam hidup.”
“Anda ini memang orang-orang yang ngasak. Tapi, orang yang panen itu insyaAllah justru mereka yang mengaku dirinya ngasak, bukan orang yang merasa dirinya akan panen. Anda yang sudah haji belum tentu lebih baik daripada yang belum haji. Di sana Anda merasa sebagai tamu Allah, lho kok yang dipanggil yang nduwe duit thok? Apa Allah nggak adil? Seolah Allah diskriminatif terhadap yang tak punya biaya ke Mekkah. Makanya, jangan keliru mengartikan itu. bukan berarti sekarang ini Anda bukan tamu Allah. Emang siapa yang bukan tamu Allah, wong setiap hari Anda berhadapan dengan Allah? Saya tidak meremehkan orang yang melaksanakan umroh, tapi Anda juga adalah tamu Allah setiap hari asalkan Anda mau bertamu kepada Allah.”
“Mudah-mudahan asongan Anda ini justru panen. Ada cerita pada suatu musim haji, seorang yang kasyaf justru tidak mendapati malaikat di tengah orang yang sedang thawaf. Karena heran, orang itu terbang ngrogo sukmo, dan di kejauhan tampak malaikat-malakat berkumpul di sebuah rumah. Penghuni rumah itu jelek, tidak dikenal sebagai orang yang rajin secara keagamaan. Lho ada apa? Ternyata orang itu sebelumnya sudah berniat berangkat haji, semua uang sudah terkumpul, tapi tiba-tiba sepuluh menit sebelum membayarkan ongkos haji datang temannya yang sedang sangat membutuhkan uang untuk istrinya yang mengalami kecelakaan. Semua uang itu diberikannya.”
“Jadi Anda jangan minder, soal kedekatan dengan Allah itu rahasia masing-masing orang. Setiap orang mendekat kepada Allah dengan diri dan rahasianya sendiri; tidak ada yang bisa mengklaim siapapun. Salah kalau ada orang yang menuduh, mengkategorikan, menyusun-nyusun ini santri itu abangan. Dalam dunia thariqat, kesejatian itu kemurnian dan keikhlasan itu dipantulkan oleh kaca sangat bening yang bernama Khidir alaihisalaam.”
Ada sebuah cerita, di mana seorang santri menyatakan keinginannya untuk bertemu Nabi Khidir kepada sang kiai. Lalu Kiai itu memerintahkan santri untuk pergi ke pantai, wiridan mulai tengah malam sampai Shubuh – kalau tidak malam itu, mungkin lusa, atau malam berikutnya. ‘Sabar saja’, pesan Kiai.
Tiga malam berturut-turut si santri tidak bertemu dengan siapa-siapa. Shubuh berikutnya malah ada anak muda naik motor dengan sembarangan, ngegas-ngegas berisik di depan santri. Marahlah santri kita ini. Dengan putus asa, dia pulang ke kiainya sambil mengeluhkan pengalaman tidak enaknya.
“Lho itu memang Khidir,” jawab sang kiai.
“Kok Khidir naik motor?”
“Soalnya kamu tidak senang dengan anak naik motor, tidak senang dengan anak kurang ajar, nah Khidir mewujudkan diri menjadi orang yang tidak kamu sukai.”
“Makanya,” pesan Cak Nun, “Bebaskan dirimu dari kebiasaan tidak menyukai. Carilah ilmu dan rahasia dari semua yang tidak kamu sukai, maka engkau akan menemukan kesejatian. Apa yang kamu pikir tidak menyenangkan dan kamu benci, jangan-jangan sesungguhnya dia mengandung kebaikan yang kamu perlukan. Atau siapa tahu sesungguhnya apa atau siapa yang sangat kamu sukai dan sangat kamu inginkan justru mengandung keburukan-keburukan yang akan mencelakakanmu. Allah telah mengingatkan hal ini kepada kita dengan jelas.”
Dalam Al-Qur’an ada lima macam kebaikan, masing-masing pada tempat yang berlainan konteksnya. Khoir artinya kebaikan yang universal, yang masih cair; misalnya sifat menyukai keindahan. Ma’ruf itu kebaikan yang sudah dirumuskan, diuji, dan sudah diarifi. Ihsan itu kebaikan yang lahir murni dari diri setiap orang. Anda tidak harus menolong tapi Anda rela langsung menolong tanpa diminta, itulah ihsan. Yang berikutnya birrun, ini rahasia kebenaran yang ada di dalam jiwa Anda, dan urusannya sangat privat hanya dengan Allah. Maka jenis kebaikan ini digunakan untuk melekati hubungan sangat mendalam antara orang yang naik haji dengan Allahnya – menjadi seorang haji mabrur. Haji mabrur itu spesifik dan otentik.
Kebaikan jenis terakhir disebut sebagai sholeh. Sholeh itu kalau sesuatu sudah Anda sikapi dengan jernih dan adil, dan sudah disimulasikan manfaat dan mudharatnya. Orang yang sholeh ketika mau berbuat baik dia hitung dulu sampai matang sehingga unsur mudharatnya sekecil mungkin – karena kebaikan itu belum tentu baik. Dia juga harus dilaksanakan dengan benar. Kebenaran belum tentu benar, dia harus dilaksanakan dengan kebaikan.”
“Jazz sudah merupakan kepulan-kepulan gelombang yang mengandung ketiga-tiganya : kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Maka saya minta kepada Mas Beben dan Mbak Inna untuk memimpin kita malam ini.”
Berdua, Mas Beben beserta istri memimpin jamaah melantunkan lagu Padamu Negeri dalam gaya jazz, menyudahi perjumpaan kebaikan-kebaikan di Kenduri Cinta pada malam ini. [Red/KC]
PADA Jumat kedua bulan Maret, kembali terselenggara forum diskusi bulanan Kenduri Cinta di pelataran parkir sebelah timur Taman Ismail Marzuki. Dua puluh tujuh menit lepas dari pukul sembilan malam, dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Setelah itu, beberapa sesepuh Kenduri Cinta memaparkan poin-poin awalan untuk mengantarkan jalannya diskusi.
Mas Rusdi menyoroti adanya perbedaan di antara kreativitas dan inovasi. Yang tumbuh di masyarakat, dari kata ‘kreatif’ bisa memproduk ‘reaktif’. Produk orang-orang kreatif pasti jahil. Rata-rata hanya meniru dan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Kejahilan itu contohnya mewujud pada kegiatan mengubah foto dari yang tidak begitu cantik menjadi cantik.
Kita sering lupa akan pengembangan yang inovatif. Penemuan-penemuan sudah jarang kita lakukan. Begitu pula dengan para pendakwah yang tidak pernah maju ke dalam inovasi atau pemikiran-pemikiran baru (ijtihad).
“Kita sudah banyak ditipu. Banyak sekali ilmu-ilmu Barat yang kita kagumi, sebenarnya berasal dari kita sendiri, dari Jawa. Di dalam perpustakaan Leiden anyak buku-buku kuno yang bersumber dari tanah Jawa, yang lalu diolah sedemikian rupa menjadi kata-kata baru yang seolah berasal dari sana. Ini berkaitan dengan tema kita bulan lalu, yakni tentang decoding.”
“Judul kita kali ini memang kelihatannya sederhana,” sambung Mas Adi, “Tapi tafsirnya sangat sulit sekali karena memang kebiasaan kita mencari judul dulu baru bikin tafsir. ‘Asongan akherat’ ini kalau ditafsirkan ada penafsiran positif dan penafsiran negatif. Dari sisi yang laing sederhana, sebatas yang kita tahu, pedagang asongan berjualan tanpa target. Walaupun tetap mengharapkan hasil, tapi berbeda kelasnya dengan agen atau supplier.”
Sisi positif dari menjalankan aktivitas tidak bertarget adalah kita melakukan hal-hal yang berhubungan dengan akherat – baik itu berupa ibadah mahdloh maupun muamalah – tanpa target yang muluk-muluk.Kita tidak melakukan sholat atau puasa dengan harapan pahala sekian kali lipat, atau mendapat surga.Kita tak punya target kecuali untuk mencari keridhoan Allah.
Sisi negatifnya adalah adalah kita mengasong nilai-nilai akherat. Ini yang agak rumit ketika kita memperdagangkan nilai-nilai akherat, baik berupa ibadah ritual maupun yang lain. Kalau kita asongkan, pembelinya ini siapa? Tuhan?
“Di KC ini harapannya hal-hal yang berhubungan dengan tafsir bisa dikembangkan dan diwacanakan.”
“Judul kita kali ini sangat tasawuf, karena sudah menyebut kata ‘akherat’. Filosofi asongan adalah menjajakan barang-barang yang kita butuhkan sehari-hari. Satu hari saya naik kereta ke Cirebon, dan menemukan bahwa di stasiun sudah tidak ada lagi pedagang asongan, dan kita merasakan kehilangan manfaat mereka,” ujar Mas Baim.
“Secara ekonomi kita tak pernah mengkalkulasikan rejeki secara dunia. Kalau kita ditipu, kasihan penipunya.Dalam hitungan akherat, justru kita yang diuntungkan oleh Tuhan dengan sangat banyak. Kita punya pembesaran hati dan kepercayaan atas hitungan-hitungan akherat.”
“Dukun, misalnya, ngasih garam atau air. Nilainya bukan pada praktek saat dia ngasih garam, tapi dia mau melakukan itu tanpa ada unsur kepentingan pribadi. Kita telah melakukan asongan akherat.”
Mas Pepeng, seorang seniman jalanan, mengajak jamaah untuk lebih mempelajari diri sendiri, untuk mengenal realita.
“Saya hidup di jalanan, tak pernah dididik agama yang resmi. Kadang masuk gereja, kadang masuk masjid.Ada kegelisahan kenapa kita mesti beragama.Saya cari dalam diri saya.Salah satu inovasi saya adalah menyembah pohon.Itu simbol saya. Bagi saya tak ada benda mati.”
Mas Abil, seorang guru di SLB Kuntum Mekar Cengkareng, membagi pengalamannya selama mengajar, “Butuh kesabaran sangat kuat untuk mengajar di SLB. Di sana banyak gangguan atau penyakitnya. Ada yang tunarungu, tunawicara, tunagrahita, autis.Saya pernah mengajar di kelas yang cacatnya ganda, selalu menggeratak. Di situ diuji kesabaran kita sampai di mana.”
“Bekal untuk ke akherat adalah ibadah. Pendidikan termasuk juga sebagai ibadah.”
Untuk me-refresh pikiran, tampil di panggung ada Mas Farid yang membawakan lagu ayahnya, Mbah Surip.Juga tampil Es Coret, dan lalu disambung dengan Mas Beben beserta istri, Inna Kamarie.
“Kemarin saya sudah pemanasan tiga hari di Java Jazz. Sekarang di Kenduri Cinta ini acara intinya,” ujar Mas Beben, “Asongan cuma punya modal sedikit; beberapa dari mereka sukses juga. Paling tidak yang laris adalah yang paling kreatif. Kadang ada manusia yang merasa bisa melakukan macam-macam, padahal semua modal berasal dari Yang Di Atas.Di dunia musik pun seperti itu.ada yang bisa main gitar saja tanpa bisa bikin lagu. Yang paling sukses dalam musik adalah mereka yang paling sensitif. Antonio Carlos Jobim, lihat orang nyetem gitar, tercipta lagu One Note Samba. Melihat perempuan dari jauh, tercipta The Girl from Ipanema.”
“Untuk sukses di dunia musik, harus sensitif, kreatif, dan berilmu. Jadikan belajar sebagai lifestyle. Semua harus belajar sampai mati.”
Malam ini pertama kalinya Inna Kamarie datang dan perform dengan berhijab.
“Persiapannya setahun. Semoga sampai mati nanti tidak saya lepas. Saya mohon doanya ya.”
“Semakin saya lawan, semakin saya tidak tentram. Uang tidak selamanya bikin damai kok.Saya memutuskan ini pada suatu pagi, ketika keluar dari kamar mandi.Saya minta doanya, jujur, ini berat banget, berhubungan dengan karier juga. Sudah sebulan sejak mulai berhijab ini saya cancel semua job-job saya. Sebulan ini saya jobless. Tapi entah kenapa, saya merasa damai.”
Mas Beben dan kawan-kawan membawakan lagu Prahara Cinta, Autumn Leaves, dan Kompor Meleduk.
Menjelang tengah malam, Cak Nun hadir di panggung, mengumumkan agenda acara konser berjudul Jazz Tujuh Langit untuk bulan April, di mana Mas Beben akan bermain diiringi seluruh personil Kiaikanjeng.
“Saya ucapkan selamat kepada Bu Beben atas keputusannya yang luar biasa. Ini bukan soal Islam atau tidak, melainkan penemuan atas kesejatian dan ketenteraman. Dan jangan keliru menganggap bahwa Anda akan kehilangan pekerjaan. Dunia ini tidak bertentangan dengan akhirat.Dunia ini termasuk di dalam akhirat. Allah sendiri bilang, ‘Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat’.”
“Pekerja keras pasti dapat duit. Tapi kalau nyari duit saja, hasilnya tidak akan sebanyak mereka yang bekerja keras.”
“Pertama, hati-hati kalau berpikir. Anda kan setiap melihat dan mendengar sesuatu pasti berpikir. Tidak pernah Anda tidak berpikir. Pesan saya, hati-hati dalam berpikir, karena mungkin dia akan menjadi ucapan. Lalu tingkatkan kehati-hatian dalam mengucapkan, karena dia bisa menjadi tindakan. Tingkatkan lagi kehati-hatian karena dia akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini, berhati-hatilah terhadapnya, karena akan menjadi karakter hidupmu, karakter pribadimu. Ini sudah baku, sudah menjadi monumen.”
“Terus tingkatkan kehati-hatian. Kritisi kembali karakter itu, karena ia akan menjadi unsur kebudayaan, dan lalu menjadi kebudayaan masyarakat. Dalam jangka waktu tertentu, ia akan menjadi peradaban. Kalau sudah menjadi peradaban. Sudah tak bisa diubah lagi.”
“Begitulah Indonesia dengan kecurangannya, dengan kedengkiannya. Maka pisahkan dirimu dari Indonesia yang itu.kamu teliti lagi benihmu, lebih berhati-hati mikirnya, karena sehat atau nggak sehat itu ditentukan oleh bener apa nggak kamu mikirnya.”
“Kalau tidak bener ngitungnya, di otak akan menjadi susunan syaraf yang nyrimpeti hidupmu, menjadi disorganisasi struktur sel maupun urat-urat syaraf. Disorganisasi syaraf menghasilkan perintah yang tidak benar dalam tubuh. Dalam jangka panjang, akan menjadi penyakit.”
“Anda lihat gelandangan yang 40 tahun hidup di jalanan, tidak jelas makanannya, langsung kena panas dan hujan, tapi sehat itu karena dia beres pikirannya.”
“Kita ini menyusun dua kata saja tidak bisa. Maka pasti destruktif otaknya.Kita lihat di berita-berita sekarang, banyak disebut ‘pembunuhan mutilasi’.Mutilasi itu siapa kok dibunuh? Kalau Anda lihat banyak sekali hal-hal yang memecah pikiran Anda, membuat pikiran Anda tak tertata.”
“Beliau ini (Inna Kamarie) mendapat keputusan berhijab yang benar, tapi belum paham mengapa dengan itu menemukan ketenteraman yang lebih tinggi daripada job-job yang hilang. Itu bukan berarti jobnya hilang. Tuhan itu bukan persaingan uang. Tuhan itu yang punya uang. Cara berpikir kita selama ini salah to. Disangka Tuhan itu saingannya setan, saingannya uang; lalu dikira akhirat itu saingannya dunia.”
“Tadi ada yang ngasih tahu saya ada buku berjudul The Power of Now. Itu kan untuk orang Barat yang berpikir linier, yang cara berpikirnya tidak jazzy. Kok ada kategori begitu?Padahal segala hal begitu saya lakukan, dia menjadi masa silam.Kalau orang mengerti jazz, dia tak punya rumusan mengenai sekarang atau besok.Seluruh yang kemarin aku sekarangkan, segala yang besok aku kinikan. Muhammad itu dulu atau sekarang? Kalau kamu menganggap Muhammad itu kemarin ya sudah nggak usah Islam.”
“Kalau Anda sampai muncul stress, pusing kepala, sakit perut, itu karena salah cara berpikirnya. Anda harus bener dulu berpikirnya, nggak masalah kalau belum bisa mewujudkannya. Korupsi itu sejak di pikiranmu kok. Lalu sekarang marak mutilasi. Emangnya apa yang tidak dimutilasi di Indonesia? Kamu pikir SBY jadi presiden itu dia benar-benar presiden? Presiden itu hampir seluruh dirinya hanya ada kepentingan rakyat dan Tuhan. Manunggaling kawulo Gusti. Di dalam dirinya tidak ada lagi kepentingan diri sendiri.”
“Siapakah yang ada di dalam diri presidenmu kini? Ketika Anas menandatangani pakta integritas, itu seharusnya kepada partai atau kepada rakyat?Partai itu hanya alat.Begitu kamu jadi presiden, kamu nggak boleh lagi aktif di partai. Kalau pikirannya nggak bener, produknya akan nggak bener.”
“Kalau tahun 2014 tidak ada perubahan apa-apa yang mendasar, maka korupsi korupsi sudah menjadi peradaban Indonesia, dan jangan bilang bahwa kamu antikorupsi. Sekarang PKS, Demokrat, semuanya bilang antikorupsi. Saya sebagai orangtua bilang jangan percaya! Yang mereka tidak suka itu korupsi tapi ketahuan, dan mereka sedang membangun teknologi untuk supaya bisa lebih canggih dan lebih siluman.”
“Pokoknya pastikan cara berpikirmu benar. Kalau ada yang nyrimpet cepet diurai, cepet dibersihkan.Jangan mau ditipu siapapun yang menghadir-hadirkan Tuhan kepadamu, yang menghalangi hubunganmu dengan Tuhan. Jangan percaya pada pimpinan KC, jangan percaya pada Emha Ainun Nadjib, carilah kekhusyukanmu sendiri!”
Khusyuk itu wilayah keindahan, bukan kebaikan maupun kebenaran.Dalam niat menjalankan sholat, itulah kebaikan. Menjalankan sholat sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat, itu kebenaran. Kalau kebaikan dan kebenaran ini sudah kita kantongi, tapi ketika sholat kita tidak fokus kepada Allah, apakah kira-kira Allah akan tersinggung atau tidak? Kalau belum khusyuk, apakah kita sudah benar-benar sholat?
“Kalau tidak mencapai keindahan, kebenaran dan kebaikan sholat bisa batal.”
Mengenai ekspresi kekhusyukan, setiap orang berbeda-beda. Ada yang mengekspresikannya dengan meneriakkan ini atau itu, atau bisa juga dengan cara-cara lain. Bahwa kita punya kesepakatan sopan santun dalam komunitas jamaah kita, itu oke. Tapi perkara orang mau bagaimana mengekpresikan kekhusyukan mereka, ya monggo saja.
“Ekspresi manusia bermacam-macam. Oleh karena itu terjadi benturan-benturan yang kemudian melahirkan perjanjian-perjanjian dan kesepakatan. Anda mengikuti kesepakatan itu tanpa ikut dalam proses perjanjiannya. Ini menunjukkan bahwa yang sering Anda kenal itu norma agama, bukan agama. Yang Anda kenal adalah mebel, bukan pohon.”
“Kamu harus temukan pohonnya, supaya paham bahwa pohon bisa menjadi mebel. Sekarang para ulama datang memperkenalkan mebel sebagai pohon. Allah didegradasi, dimutilasi.”
“Ada beda antara otak, pikiran, dan akal. Bahasa Indonesia ini ngawurpol. Tapi lebih ngawur lagi Bahasa Inggris, yang mengajari kita untuk terbiasa tidak setia.Huruf-huruf tidak setia kepada bunyinya. Begitu berada di kata tertentu dia berbunyi begini, dan begitu berada di kata yang lain dia memiliki bunyi yang berbeda. Misalnya huruf ‘y’ yang ketika berdiri sendiri dilafalkan sebagai ‘way’ tapi begitu berada di kata ‘yes’ dilafalkan sebagai ‘ye’. Lalu ada huruf ‘double U’ (W), padahal kalau ngomong huruf, kan belum ada kata. Makanya kesetiaan dan konsistensi pemerintahan tidak laku karena kebiasaan tidak setia pada suku kata.”
“Kalau pikiranmu beku, kamu bakal gampang sakit, gampang turun daya tahannya. Tapi kalau fresh, bakal sehat. Meski pakehijab, makin jazzy, makin cantas suaranya, makin subur rahimnya.”
Ada dua kata dari Bahasa Arab, yakni siyasah (politik peperangan) dan aql (yang paling mulia dalam manusia).Ya’qiluun begitu diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia mnjadi ‘mengakali’, padahal artinya adalah melihat obyek dengan sebaik-baiknya, sebuah perbuatan terbaik yang terlahir dari pengamatan terhadap sesuatu.
“Dalam Bahasa Indonesia kata ini sudah hancur lebur. Sekarang kita tahunya mengakali itu mencurangi, ngapusi, memperdaya. Padahal akal adalah sebaik-baiknya bahan bagi manusia untuk membangun.”
“Kalau tidak bisa menghayati Al-Qur’an, nikmatilah. Kalau tidak bisa menikmati, hormatilah. Kalau tidak bisa menghormati, dengarkanlah.”
Cak Nun meminta lampu dipadamkan, kemudian ngaji tiga ayat dari Surah Al-Baqarah, dengan mengulang-ulang ‘Alif Lam Mim’-nya.
“Alif lam mim thok saja itu nggak habis. Kalau itu kamu pake, seluruh Al-Qur’an dapet. Kamu merdeka untuk menelusurinya. Makanya tadi tak bolan-baleni. Cukup dengan dzalikal kitabu laa roiba fiih ini Anda pegang, seluruh masalah Indonesia selesai.”
“Sekarang ini, kepada siapakah DPR minta ilham untuk melahirkan hukum-hukum yang benar? Pernahkah Tuhan dilibatkan? Pernahkah Presiden sholat istikhoroh sebelum press conference? Memangnya aneh? Tapi ternyata memang dia bukan presiden.Dia orang yang sedang menggunakan jabatannya untuk kepentingan prbadi. Sekarang ini, tugasnya Anas adalah tiji tibeh, mati siji mati kabeh. Kamu mau menyelamatkan kariermu ataukah berani mengambil takaran hidup dan mati dalam hidupmu? Kamu buka secara taktis dan bertahap siapa-siapa yang memang bersalah. Meskipun telat, tapi ya nggak papa. Seharusnya ya duul jauh-jauh hari sebelum tertangkap.Tetap akan menjadi trigger sejarah.”
“Saya nggak bisa ngomong sama Anda, nanti kayak sprindik. Karena prosesnya masih berjalan, saya tidak boleh secara etis dan tidak baik secara strategis untuk mengungkapkan ini.”
Sebelum masuk ke sesi diskusi lebih lanjut, Mas Beben mempersembahkan satu band dari Komunitas Jazz Kemayoran yang baru saja tampil di Starbucks Karawaci. Bexa and Friends mempersembahkan All of Me, Beautiful-nya Cherrybelle, dan Sik Asik.
“Dalam jazz, setiap pengucapan tak pernah sama,” ujar Mas Beben, “Cak Nun adalah jazzer sejati. Bahkan sesepuh jazz manapun tak pernah ada yang berkata seperti apa yang dikatakan oleh Cak Nun, bahwa jazzer adalah pejalan tasawuf.”
“Saya punya satu keheranan kenapa orang Inggris menyebut bunyi letusan pistol dengan ungkapan ‘Bang bang!’ padahal bunyi yang paling dekat adalah Dor,” Mas Erik yang mendalami typography mulai mengawal jalannya diskusi, “Lalu sekarang banyak yang menulis InsyaAllah dengan ‘InshaAllah’. Kalau sh adalah syin, shod-nya pakai apa? Anehnya sudah dari awal.Tsa pake th, yang juga digunakan untuk pelafalan kata ‘the’. Kalau shod pakai s, lalu apa bedanya dengan sin? Anehnya kita ngikut saja. Kata orang sana tradisi ini disebut sebagai Globish, Global English. Ini masuk tanpa revisi dan tanpa kita sadari.”
“Malam ini kita diajak oleh Cak Nun untuk kembali berpikir. Paling tidak kalau pada kata saja kita sudah tak peduli, apalagi pada definisi. Definisi apa yang tidak rusak di Indonesia? Kemiskinan, kebersihan, dan banyak hal lainnya.Kita absurd dalam urusan kebersiha. Baju putih kena getah kita anggap kotor, sementara kalau kena sablon tidak kita anggap kotor. Begitu saja kita menerima peristiwa-peristiwa yang lewat tanpa peduli dan ‘mengakali’-nya. Kita cuek terhadap apa yang menggelitik.”
“Saya ingin merespon ini supaya baku. Saya ini bukan mau ngatur Anda, tapi saya ini sebagai orang tua yang mau ngasih piweling kepada anak-anak muda.Kalau tidak pake rumus ini, kamu sakit. Kalau nggak sakit fisik, ya sakit pikiran. Kalau nggak sakit pikiran ya sakit hati. Kalau nggak ya sakit nasibmu.”
“Pokoknya sin itu s. Di Bahasa Indonesia ada berapa macam s? Di Arab ada 4 macam :sin, shod (gabungan s dengan h), syin (gabungan s dengan y), tsa’ (s tapi lebih dekat dengan t). Kalau Anda melanggar ini, pikiranmu sakit, tubuhmu gampang kena komplikasi. Lihat saja hidupnya, lihat perutnya, dadanya, onderdil hidupnya.”
Di Jawa ada d dan ada dh. Bahasa Arab mengenal 3 macam :dal, dzal, dho’, dhod. Dzal sama dengan pelafalan there. Yang benar itu dzikir, bukan zikir.Dzikir itu ingat, zikir itu kelamin. Dho’ itu d samah, lebih tebal daripada dzal. Kalau dhod itu mendal.
“Kalau sekarang mau pakai Globish, silahkan sakit. Kamu pikir masyarakat dunia? Kamu pikir sehat masyarakat dunia? Jangan percaya rokok itu tidak sehat. Yang tidak sehat itu caramu merokok dan tidak merokok. Seperti juga syirik, yang tidak terletak pada bendanya, melainkan terletak pada konsep berpikirnya.”
“Saya bukannya mengagung-agungkan Jawa, tapi Jawa itu medhok, fundamental. Televisi-televisi dan selebritis kerjanya mengejek orang Jawa setiap hari.Kita semua nggak percaya diri. Padahal kemuliaan adalah kesanggupan kacang untuk menjadi kacang. Siapa bilang jagung lebih tinggi daripada kacang?”
“Bilal tidak fasih melafalkan adzan, terutama dalam pelafalan syin dan shod. Semua sahabat marah.Nabi menjawab, ‘Kalau Bilal bilang sin itu karepe syin, kalau bilang syin maksudnya sin. Tidak sampai dengan mulut dia’. Jadi, kelemahan dan keterbatasan mulut itu tidak masalah, beda halnya dengan kesombongan intelektual.”
“Di antara aksara-aksara di dunia, tidak ada lagi aksara dho’ keuali di aksara Jawa. Bahasa Arab dibungkus dengan Bahasa Arab, begitu pula dengan Bahasa China, Jepang, dan Korea.Kita nggak pede, bahasanya Bahasa Indonesia tapi dibungkus dengan aksara Latin. Yang lebih ajur, ada ratusan huruf di Nusantara yang tiba-tiba hilang. Di Sumatra Selatan terdapat banyak aksara. Ada aksara Kaganga dari Suku Rejang, itu sudah tua sekali dan sampai sekarang pelafalnya masih ada, tapi tidak lagi diajarkan di sekolah-sekolah.”
“Sekarang, ada yang disebut bahasa daerah, dibedakan dari bahasa Indonesia. Kenapa bukan disebut Bahasa Indonesia Makassar, Bahasa Indonesia Batak, dan semacamnya? Mau tidak mau, cara Anda berpikir merupakan hasil cetakan dari bahasa ibu. Ketika Anda melafalkan bahasa lain pun tetap menyesuaikan dengan cetakan dasar tadi. Sekarang citranya seakan-akan bahasa daerah itu kampungan. Bahkan sekarang untuk mengucapkan ‘Aku cinta Indonesia’ pun bilangnya ‘I love Indonesia’.”
“Pada urusan kata-kata yang merupakan perwakilan pikiran kita saja kita sudah tidak percaya diri. Jangan-jangan yang keluar dari mulut kita tidak jujur? Tidak sinkron? Jangan-jangan yang kita pikirkan tidak sepenuhnya menjadi transformasi informasi?”
Tiga jamaah mengajukan pertanyaan.Faisal dari Depok mengeluhkan kemerosotan akhlak dan menanyakan bagaimana cara berpikir dengan benar, terhindar dari halangan-halangan yang ada. Luqman menyatakan kegelisahannya melihat Indonesia. Menurut pendapatnya, Indonesia menjadi seperti ini mungkin disebabkan pula oleh cara membesarkan generasi muda yang tidak tepat. Dia juga mempertanyakan apa maksud yang hendak disampaikan dalam cerita-cerita rakyat seperti Malin Kundang, Sangkuriang, dan Jaka Tarub. Dadang dari Kafir Liberal mengaku sedang berusaha menjalankan Islam secara kaffah, yang pelakunya dengan demikian disebut kafir. Dadang bertanya apakah menurut Cak Nun anggapannya itu sah.
“Saya kira kita harus melakukan tahap-tahap yang agak panjang untuk memahami proses berpikir. Kalau mau jadi ahlul fikri, perlu dipahami kalau otak kerjanya berpikir, tapi tidak bisa bekerja kalau tidak melalui dialektika dengan akal. Akal ini separo ada di kamu dan separo lagi ada di Allah. Ubun-ubunlah tempatnya gelombang Allah.”
“Hidayah Allah ada bertingkat-tingkat. Ini bukan karena perbedaan supply Allah kepada manusia, melainkan prosesormu yang menentukan apakah kamu dapat ilham, fadhilah, atau karomah. Tinggal ambil. Saya ngomong begini bukan untuk pamer, tapi saya memang tak pernah berpikir. Saya cuma nyetel mesin ini. Allah mempekerjakan otak saya dengan akal. Allah ngasih hidayah terus-menerus tanpa batas.Ilham sudah jelas ada. Kamu tinggal membangun software. Kalau lebih tinggi kompatibilitasnya, lebih tinggi pula yang mampu kita tangkap. Makanya Muhammad dibersihkan dadanya agar dialektika dengan dadanya refreshed. Muhammad bukan ‘dibersihkan’ tapi ditingkatkan softwarenya.”
“Saya ini setiap kali nulis nggak pernah mikir. Yang bekerja bukan saya, tapi otak saya. Otak saya kan bukan saya. Makanya saya nggak lelah karena saya mempekerjakan onderdil-onderdil yang telah Allah sediakan. Mengenai proses berpikir yang benar, hati-hati juga karena efek dari tidak mampu memahaminya adalah menjadi gumunan, menganggap tokoh-tokoh sebagai wali. Sampai lalu ada wali kesepuluh atau walisongo Jawa Timur.Sekarang ini wali atau tidaknya seserang ditentukan oleh biro travel, dan itupun dengan pertimbangan praktisnya tercapai bus atau tidak. Yang tertindas-tindas diagungkan, ono wong sengsoro sithik disembah.”
“Kita sering keliru karena tidak berpikir jernih. Kamu berspekulasi mengerti, tapi untuk benar-benar mengerti harus ada istikhoroh, harus ada konfirmasi dari Allah.”
“Dekadensi itu menurunnya fungsi. Kalau misalnya ada calon bupati yang membangun gedung untuk pesantren menjelang pemilihan, apakah itu perbuatan baik atau tidak?Apa dia bener-bener ngasih?Itu adalah peristiwa dia memberi sesuatu bukan untuk kepentingan pesantren tapi untuk kepentingan dia sendiri. Itu bukan shodaqoh tapi nyogok.”
“Kebanyakan orang tua berpesan pada anaknya untuk bekerja keras agar menjadi orang sukses, dengan cara apapun, asalkan jangan lupa sholat. Anda nggak ngerti mana yang primer mana yang sekunder. Padahal sudah jelas yang dikatakan Tuhan, bahwa di dalam perjuanganmu mencari-Nya di akhirat, jangan lupa nasibmu di dunia. Yang primer adalah mencari Allah, dan dunia sifatnya sekunder. Sekarang, koruptor seperti apapun kalau sudah mbangun masjid berubah jadi baik kan citranya? Ini karena masyarakat tidak punya parameter kebaikan. Masyarakat terlanjur sudah menyerahkan parameter itu kepada hukum negara. Padahal hukum itu hanya tahu dalam level sangat kecil. Hukum hanya tahu orang nyopet, tanpa tahu kenapa orang itu sampai mencopet. Padahal ada level lebih tinggi daripada hukum, yakni akhlak, takwa, dan kemuliaan.”
“Ariel sudah dihukum, sekarang jadi selebritis nomor satu. Masyarakat tak punya akhlak, padahal kewajiban masyarakat adalah menghukum secara moral.”
“Tentang kenapa Malin Kundang dikutuk jadi batu, itu mungkin meniru Allah yang mengutuk manusia menjadi kera. Dan dalam kutukan itu Allah menggoda juga. Yang dikutuk itu orang Yahudi, di sananggak ada kera. Tuhan sengaja menujukkan kepada Anda bahwa yang dikutuk itu orang dari daerah tropis yang berada di sana. Yang disebut itu makanan kita semua : ada bayam, kacang adas, dan sebagainya. Kalau kamu kutuk-kutuk Yahudi, ya kudu ngguyu dhewe.”
“Saya ini tiap hari, daripada nonton TV Indonesia, nontonnya Mixed Martial Art. Semua petarung MMA ini sangat relijius. Mereka sangat mencintai satu sama lain. Misal ada seorang legendaris MMA, Randy Couture, umur 37 tahun, lawan anak muda umur 28 tahun Lyoto Machida dari Brazil. Dalam satu ronde Couture kalah dengan satu tendangan. Machida langsung mendatangi Couture, membangunkannya, lalu mendudukkannya, menciumi tangannya dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi sambil meneriakkan, ‘He’s our hero!’”
Thariqat (jalan menuju puncak kesejatian hidup) itu boleh lewat manapun – apakah itu lewat kekayaan, jabatan, lukisan, dan lain-lain. MMA itu kan jelas kontraknya, jelas aturannya. Selesai bertanding mereka saling berpelukan sama sekali. Petarung-petarung kehidupan ini sangat bersatu dan mencintai satu sama lain.
“Kehebatan adalah ketika kita selalu ingat Tuhan,” kata seorang petarung Brazil.
“Mereka bisa relijius dan cinta satu sama lain dan cinta satu sama lain karena telah merasakan puncak rasa sakit dalam kehidupan. Kamu pernah sakit apa? Kalau belum merasakan yang terpahit, kamu tidak akan merasakan getaran Allah.”
“Anda sholat tiap hari, sudah merasa sempurna dengan sholat. Sejak Al-Fatihah kita sudah menjadi berada dalam kemuliaan.Mendasari pekerjaan dengan bismillah, memuji Allah, menjunjung Allah, lalu mengakui ke-Raja-an Allah, melakukan satu lagi ikrar. Setelah takdzim benar, baru meminta jalan lurus. Minta jalan lurus ini diucapkan oleh orang yang sudah lurus atau yang masih sesat?”
“Tentang cerita-cerita anak yang Anda kritik tadi, adalkan pendidikan berpikirnya benar ya nggak masalah. Bukan kita tak punya riwayat, tapi cara berpikir kita yang keliru ketika mengidentifikasikan dongeng-dongeng.”
“Dulu saya bikin Komite Reformasi beranggotakan 45 orang. Untuk supaya tidak kelihatan seperti kudeta, ada 3 orang Orba yang dilibatkan di dalamnya. Ada Pak Harto, Wiranto, dan Akbar Tandjung. Tanggal 20 Mei 98 komite itu ditolak terutama oleh Amin Rais karena masih ada orang Orba.Akhirnya gagal nggak jadi reformasi.Beberapa saat kemudian Wiranto ikut konvensi untuk jadi presiden. Sekarang pun nggak jelas gimana ukuran-ukurannya.”
“Pertama kali kita harus paham dulu dasar-dasarnya, baru nge-jazz. Reformasi tiba-tiba ngejazz, RI pun begitu. Semoga suatu hari nanti ada pembenahan.”
“Arupalaka itu pahlawan atau pengkhianat? Tergantung cara kita melihatnya. Bangsanya dijajah oleh Sultan Hasanuddin. Perkara dia dibantu oleh Belanda, itu ya terserah dia.”
Ketika seorang jamaah menyinggung tentang PKS, Cak Nun menjawab, “Saya harus menjaga etikajuga karena semua masih berlangsung. Karena sudah terlanjur Anda sebut, memang benar beberapa waktu lalu Anis Matta beserta 40 pengurus PKS pusat datang ke Kadipiro. Saya kira tidak baik kalau saya ceritakan semuanya sekarang. Biarkan itu kita proses, karena semua masih punya kemungkinan untuk menjadi baik.Gampangnya, misal Anda maling, tapi ketika desa Anda diserang, Anda ikut membela. Orang bisa punya fungsi bermacam-macam dan itu yang sedang saya upayakan.”
“Kalau kamu berani menjadi trigger sejarah, saya punya tanggung jawab untuk ikut melindungimu dari teror-teror ini itu terhadap keluargamu dan lain-lain. Sementara itu, KPK-nya juga kita dorong-dorong terus. Saya hanya bisa ngomong prinsipnya, nggak mungkin ngomong detil.”
“Ada masalah apapun, yang penting beres dulu di pikiran. Hati itu nggak masalah, diam saja tugasnya, jangan ke mana-mana.Perkara nggak bisa melaksanakan itu nggak masalah.Hampir seluruh Nabi juga mengalami kegagalan. Laa haula wa laa quwwata illa billah. Kalau ada sesuatu yang tidak mampu kamu jawab, berbahagialah karena itu bagian Allah.”
Menyambung uraian dari Cak Nun, Mas Andri menyoroti masalah bahasa sebagai tool untuk memahami, tapi justru bahasa-bahasa yang ada di Nusantara kurang dilestarikan. Kita tak punya strategi budaya ke depan untuk membangun, sehingga akhirnya kita tak punya karakter. Untuk itulah kita kadang-kadang perlu kembali melihat proses ke belakang, meruntutnya kembali. Dalam proses itu, simbol menjadi makna dan makna menjadi hikmah. Nilai dipegang, dan value harus hadir.
Mas Sabrang menceritakan satu eksperimen yang dilakukan pertama kali di Jepang, lalu dilakukan di Australia dan Inggris. Ini berhubungan dengan mekanisme informasi dan otak. Di Jepang ada jenis monyet yang hidup di pantai. Seseorang iseng melemparkan kentang kecil ke arahnya, ke pasir.Si monyet senang, tapi ketika langsung dimakan ada pasir yang menempel. Harus dicari cara untuk membersihkannya.Ada yang secara tak sengaja memasukkan kentang yang ada pasirnya itu ke air. Awalnya yang tahu hanya satu monyet, kemudian diikuti oleh anaknya. Lama-lama, teman si anak mengikuti cara itu, sampai suatu titik ketika mencapai jumlah tertentu, tiba-tiba semua monyet – bahkan monyet-monyet di lain pulau – menggunakan cara serupa. Semua spesies monyet tersebut tiba-tiba paham bagaimana cara membersihkan kentang.
Satu lagi percobaan membawa gambar wajah tersembunyi ke suatu kelas SMA di Australia. Kebanyakan mampu menebak ada 9 sampai 12 wajah, padahal total gambar ada 40. Pada waktu bersamaan, gambar yang sama disiarkan di TV kabel di Australia, ditunjukkan 40 wajah tersembunyi dalam gambar tersebut. Setelah itu rata-rata siswa SMA yang disuruh menebak mampu menebak sampai 40 gambar wajah.
“Pengetahuan tidak harus berasal dari pengalaman sendiri. Maka ada ungkapan, ‘Wong kang sholeh kumpulono’. Kita memerlukan jumlah tertentu (critical mass) untuk bisa ‘otomatis’ menjadikan kesadaran tertentu sebagai kesadaran bangsa. Sebelum mencapai jumlah itu, prosesnya sangat lambat. Ini bisa juga diterapkan untuk KC,” ujar Mas Sabrang.
Di penghujung acara, semua jamaah diminta berdiri. “Untuk akhir saya kali ini tidak me-recommend indal qiyam karena banyak teman-teman yang tidak pada tradisi itu, juga yang tidak beragama Islam. Religiusitas itu tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan kata-kata, melainkan oleh kesungguhan kita untuk menjalankan amanat Allah. Terutama persembahan cinta Anda kepada tanah, itu juga suatu religiusitas. Jadi saya mohon Mas Beben beserta Ibu untuk ke depan. Tolong pimpin kami untuk menyanyikan lagu apapun yang bisa memasukkan rasa Indonesia ke dalam diri kita.”
“Tadi kita ngomong mengenai asongan akherat. Saya ingin melegitimasi temen-temen KC, kalau bahasa urban mengenal kata ‘asongan’, bahasa agraris punya kata ‘ngasak’. Sekarang ini banyak kelompok-kelompok formal normatif yang merasa dirinya panen akherat, sehingga mereka mantap sekali untuk menjadi pemimpin panen itu. Sementara di KC, semua orang berani datang. Ini kalau mau disebut lemah ya lemah, tapi kalau mau disebut kuat ya kuatnya justru di situ. Di sini semua dekat tanpa batas-batas budaya, Anda bukan santri nggak apa-apa. Dan lagi, sekarang yang disebut santri pun belum tentu santri. Belum tentu yang pakai peci itu santri, dan belum tentu yang pakai jeans itu bukan santri. Para qori’ di Iran berpakaian sangat biasa seperti yang kita pakai sekarang ini, tidak ada yang pakai peci atau sorban. Bahkan ada yang pakai kaos saja ketika qiro’ah resmi di parlemen Iran.”
“Jadi, kalau di mana-mana Anda dianggap jauh dari Allah begitu Anda tidak sholat atau tidak melakukan hal-hal secara normatif, di sini tidak ada yang jauh dari Allah. Allah itu lebih dekat daripada urat lehermu sendiri, cuma Anda saja yang tidak mau menyadari dan menerima kedekatan Allah kepadamu. ‘Inni qorib.. Inni qorib’ – begitu kata Allah.”
“Tadi itu bacaan Alif lam mim saya ulang-ulang, karena kita belum paham benar. Alif lam mim bisa menjadi sarana kedekatanmu dengan Allah supaya Dia menjadi sayang kepadamu sehingga Allah menambah sesuatu yang tidak engkau sangka-sangka dalam hidup.”
“Anda ini memang orang-orang yang ngasak. Tapi, orang yang panen itu insyaAllah justru mereka yang mengaku dirinya ngasak, bukan orang yang merasa dirinya akan panen. Anda yang sudah haji belum tentu lebih baik daripada yang belum haji. Di sana Anda merasa sebagai tamu Allah, lho kok yang dipanggil yang nduwe duit thok? Apa Allah nggak adil? Seolah Allah diskriminatif terhadap yang tak punya biaya ke Mekkah. Makanya, jangan keliru mengartikan itu. bukan berarti sekarang ini Anda bukan tamu Allah. Emang siapa yang bukan tamu Allah, wong setiap hari Anda berhadapan dengan Allah? Saya tidak meremehkan orang yang melaksanakan umroh, tapi Anda juga adalah tamu Allah setiap hari asalkan Anda mau bertamu kepada Allah.”
“Mudah-mudahan asongan Anda ini justru panen. Ada cerita pada suatu musim haji, seorang yang kasyaf justru tidak mendapati malaikat di tengah orang yang sedang thawaf. Karena heran, orang itu terbang ngrogo sukmo, dan di kejauhan tampak malaikat-malakat berkumpul di sebuah rumah. Penghuni rumah itu jelek, tidak dikenal sebagai orang yang rajin secara keagamaan. Lho ada apa? Ternyata orang itu sebelumnya sudah berniat berangkat haji, semua uang sudah terkumpul, tapi tiba-tiba sepuluh menit sebelum membayarkan ongkos haji datang temannya yang sedang sangat membutuhkan uang untuk istrinya yang mengalami kecelakaan. Semua uang itu diberikannya.”
“Jadi Anda jangan minder, soal kedekatan dengan Allah itu rahasia masing-masing orang. Setiap orang mendekat kepada Allah dengan diri dan rahasianya sendiri; tidak ada yang bisa mengklaim siapapun. Salah kalau ada orang yang menuduh, mengkategorikan, menyusun-nyusun ini santri itu abangan. Dalam dunia thariqat, kesejatian itu kemurnian dan keikhlasan itu dipantulkan oleh kaca sangat bening yang bernama Khidir alaihisalaam.”
Ada sebuah cerita, di mana seorang santri menyatakan keinginannya untuk bertemu Nabi Khidir kepada sang kiai. Lalu Kiai itu memerintahkan santri untuk pergi ke pantai, wiridan mulai tengah malam sampai Shubuh – kalau tidak malam itu, mungkin lusa, atau malam berikutnya. ‘Sabar saja’, pesan Kiai.
Tiga malam berturut-turut si santri tidak bertemu dengan siapa-siapa. Shubuh berikutnya malah ada anak muda naik motor dengan sembarangan, ngegas-ngegas berisik di depan santri. Marahlah santri kita ini. Dengan putus asa, dia pulang ke kiainya sambil mengeluhkan pengalaman tidak enaknya.
“Lho itu memang Khidir,” jawab sang kiai.
“Kok Khidir naik motor?”
“Soalnya kamu tidak senang dengan anak naik motor, tidak senang dengan anak kurang ajar, nah Khidir mewujudkan diri menjadi orang yang tidak kamu sukai.”
“Makanya,” pesan Cak Nun, “Bebaskan dirimu dari kebiasaan tidak menyukai. Carilah ilmu dan rahasia dari semua yang tidak kamu sukai, maka engkau akan menemukan kesejatian. Apa yang kamu pikir tidak menyenangkan dan kamu benci, jangan-jangan sesungguhnya dia mengandung kebaikan yang kamu perlukan. Atau siapa tahu sesungguhnya apa atau siapa yang sangat kamu sukai dan sangat kamu inginkan justru mengandung keburukan-keburukan yang akan mencelakakanmu. Allah telah mengingatkan hal ini kepada kita dengan jelas.”
Dalam Al-Qur’an ada lima macam kebaikan, masing-masing pada tempat yang berlainan konteksnya. Khoir artinya kebaikan yang universal, yang masih cair; misalnya sifat menyukai keindahan. Ma’ruf itu kebaikan yang sudah dirumuskan, diuji, dan sudah diarifi. Ihsan itu kebaikan yang lahir murni dari diri setiap orang. Anda tidak harus menolong tapi Anda rela langsung menolong tanpa diminta, itulah ihsan. Yang berikutnya birrun, ini rahasia kebenaran yang ada di dalam jiwa Anda, dan urusannya sangat privat hanya dengan Allah. Maka jenis kebaikan ini digunakan untuk melekati hubungan sangat mendalam antara orang yang naik haji dengan Allahnya – menjadi seorang haji mabrur. Haji mabrur itu spesifik dan otentik.
Kebaikan jenis terakhir disebut sebagai sholeh. Sholeh itu kalau sesuatu sudah Anda sikapi dengan jernih dan adil, dan sudah disimulasikan manfaat dan mudharatnya. Orang yang sholeh ketika mau berbuat baik dia hitung dulu sampai matang sehingga unsur mudharatnya sekecil mungkin – karena kebaikan itu belum tentu baik. Dia juga harus dilaksanakan dengan benar. Kebenaran belum tentu benar, dia harus dilaksanakan dengan kebaikan.”
“Jazz sudah merupakan kepulan-kepulan gelombang yang mengandung ketiga-tiganya : kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Maka saya minta kepada Mas Beben dan Mbak Inna untuk memimpin kita malam ini.”
Berdua, Mas Beben beserta istri memimpin jamaah melantunkan lagu Padamu Negeri dalam gaya jazz, menyudahi perjumpaan kebaikan-kebaikan di Kenduri Cinta pada malam ini. [Red/KC]
Reportase Kenduri Cinta Maret 2013
4/
5
Oleh
Admin
Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>