• Home
  • About
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
Menu

Pejalan Sunyi

iklan banner
  • Home
  • Daftar Isi
  • News
  • Inspirasi
  • Seputar Guru
    • Regulasi Pendidikan
    • Perangkat Pembelajaran
    • Media Pembelajaran
    • Guru Menulis
    • Sertifikasi Guru
    • Pendataan Pendidikan
  • Tips & Trik
  • Budaya
    • Opini
    • Esai
    • Resensi Buku
    • Cerpen
    • Puisi
    • Anekdot
  • Maiyah
    • Tentang Maiyah
    • Kolom Mbah Nun
    • Kolom Jamaah Maiyah
    • Reportase Maiyah
  • Literasi
  • Download
  • Kirim Artikel

Artikel Populer

  • Kiai Arief Hasan, Cermin Pengilon Dari Beratkulon
  • MENELISIK FUNGSI GADGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
  • Daftar Penerima Tunjangan Khusus Daerah Terpencil (Dikdas SD-SMP) Tahun 2013
  • Membaca dalam Kepungan Lapar dan Dahaga
  • Wajah Baru Dapodik 2013 dan Jadwal TOT Dapodik Propinsi dan Kabupaten/Kota
  • Guru Menulis, Antara Mulia dan Karya
  • Makhluk dari Manakah Sertifikasi itu?

Inspirasi

Pengunjung

Free counters!
top personal sites
top personal sites
Home / Guru Menulis / Opini / Guru Menulis, Antara Mulia dan Karya

Wednesday, May 17, 2017

Guru Menulis, Antara Mulia dan Karya

Baca Juga

GLS Mulia Karena Karya
Pejalansunyi.id | GURU mulia karena karya. Tema itulah yang kembali diangkat pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2016 silam. Tema yang merupakan gagasan HGN 2015 ketika Anies Baswedan masih menjabat sebagai Mendikbud ini kembali diusung bukan tanpa alasan. Sebab, tema tersebut dirasa masih sangat relevan dengan kenyataan hari ini. Bahwa, profesi guru memang sangat mulia. Namun, kemuliaan tersebut tidak tergantung pada seberapa banyak materi yang dimiliki akibat tunjangan profesi, tapi pada seberapa “karya” yang sudah dilakukan dan dihasilkan.

Kita masih ingat, ketika diangkat sebagai Mendikbud sebelum di reshufle, Pak Anies langsung “bergerak” dengan mengundang Kepala Dinas Pendidikan se-Indonesia (1/12/2014). Dalam paparannya, Anies mengistilahkan mutu pendidikan Indonesia dalam keadaan gawat darurat. Data-data disodorkan, misalnya hasil pemetaan Kemdikbud menunjukkan 75 persen pendidikan di Indonesia tidak memenuhi standar pendidikan minimal (SNP), nilai rata-rata hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) yang masih jauh dari standar yang diharapkan, dan lain sebagainya.

Yang membuat sedih adalah data tentang literasi yang kabarnya tak mengalami perkembangan dari hari ke hari. UNESCO tahun 2012 menyebutkan, hanya satu dari seribu orang Indonesia yang memiliki minat baca. Studi yang dilakukan oleh Programme for International Study Assessment (PISA) tahun 2009 juga meletakkan Indonesia pada peringkat ke-57 dengan skor 396. PISA 2012 menempati peringkat 64 dari 65 negara. Dan PISA 2015, Indonesia berada di urutan 69 dari 76 negara, masih kalah dengan vietnam yang bertengger pada posisi ke-12.
PISA (Programme for International Study Assessment) adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Studi ini dilakukan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) yang berkedudukan di Paris, Perancis. PISA merupakan studi yang dilaksanakan tiga tahun sekali mulai tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2012, dan 2015. Ironisnya, hasil studi PISA selalu meletakkan Indonesia pada posisi yang memprihatinkan. Artinya, praktik pendidikan sekolah di Indonesia memang belum memperlihatkan fungsinya sebagai tempat yang menjadikan warganya terampil membaca untuk keperluan belajar sepanjang hayat.
Dari situlah, Anies Baswedan kemudian menggulirkan Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, yang salah-satu poinnya adalah kewajiban membaca buku (selain buku pelajaran) selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Yang patut digaris-bawahi, Gerakan Literasi Sekolah (GLS) mustahil bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan jika para pemangku kepentingan tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Guru yang memiliki fungsi strategis harus tampil di depan sebagai motor penggerak. Sebab, bagaimana mungkin mau menggiatkan budaya Membaca dan Menulis, jika guru sendiri abai dalam kegiatan Guru Menulis?

Gerakan Literasi Sekolah
Pada titik inilah, karya Guru Menulis menjadi sangat penting. Karya nyata mengantarkan generasi bangsa pada cemerlangnya masa depan itu bukan hanya berhenti pada kemampuan melakukan inovasi dalam kegiatan pembelajaran. Lebih dari itu, akan lebih meng-abadi jika karya itu juga diwujudkan dalam bentuk tulisan yang tak hanya menginspirasi peserta didik, tapi juga manusia lain pada umumnya.

Tentang Simposium Guru
Yang menarik dari peringatan Hari Guru Nasional (HGN) dalam dua tahun terakhir adalah pelaksanaan simposium guru. Simposium yang digagas oleh Ditjen GTK sejak 2015 itu merupakan wahana untuk Guru Menulis dalam menuangkan ide, gagasan, dan mencari pemecahan isu atau permasalahan strategis tentang pendidikan.

Patut diacungi jempol dari kegiatan tersebut adalah animo guru demikian gegap gempita. Tahun 2016, dari waktu sebulan yang disediakan, sebanyak 3.382 artikel masuk ke meja panitia. Ribuan karya tulis itu kemudian diseleksi 200 karya terbaik untuk dipresentasikan di hadapan dewan juri pada kegiatan simposium guru menjelang puncak acara HGN tanggal 27 November 2016 di Bogor.

Begitulah, pemerintah telah mengagendakan kegiatan seputar Guru Menulis untuk merangsang minat menulis guru. Bahkan salah-syarat untuk mengikuti kegiatan yag diadakan Ditjen GTK melalui Subdit Kesharlindung Dikdas dan Dikmen mulai tahun 2017 adalah mengirimkan karya tulis. Tinggal para guru bersedia atau tidak mengikuti kegiatan dengan memenuhi syarat yang ditentukan.

Kompetensi dasar dalam literasi adalah membaca dan menulis. Dua hal itu harus terus dirangsang perkembangannya agar guru memiliki kemampuan lebih. Ketika guru terbiasa membaca dan menulis, tentu dengan mudah ia bisa memotivasi dan menularkan kebiasaan itu kepada murid yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan sendirinya, Gerakan Literasi Sekolah yang didengungkan akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Semoga.(*)

Em. Syuhada', Guru di Lingkungan Dinas Pendidikan Kab. Lamongan

Tweet

Related Posts

Guru Menulis, Antara Mulia dan Karya
4/ 5
Oleh Admin
Admin Pada Wednesday, May 17, 2017 Komentar
Pejalan Sunyi

Tentang Pejalan Sunyi

Pejalan Sunyi berusaha berbagi apa saja yang bermanfaat. Jika menurut Anda, artikel dalam blog ini bermanfaat, silahkan dibagi, jangan lupa meletakkan link Guru Menulis, Antara Mulia dan Karya sebagai sumbernya. Tabik!.

Berlanggangan via Surel

Suka dengan artikel di atas? Silahkan berlangganan melalui email untuk mendapatkan artikel terbaru dari Pejalan Sunyi.

Untuk menyisipkan kode pendek, gunakan <i rel="code"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan kode panjang, gunakan <i rel="pre"> ... KODE ... </i>
Untuk menyisipkan gambar, gunakan <i rel="image"> ... URL GAMBAR ... </i>

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
  • Artikel Terbaru
  • Arsip Blog

Artikel Terbaru

Arsip Blog

  • October (1)
  • June (14)
  • May (18)
  • April (2)
  • February (1)
  • January (1)
  • January (1)
  • November (1)
  • August (2)
  • July (2)
  • June (3)
  • May (13)
  • April (26)
  • March (30)
  • February (43)
  • January (50)
  • December (4)

Resensi Buku

Kategori

Anekdot Berita Pendidikan Cerpen Download Esai Guru Menulis Inspirasi Kolom Kolom Cak Nun Kolom Jamaah Maiyah Literasi News Opini Pendataan Pendidikan Puisi Regulasi Reportase Maiyah Resensi Buku Sertifikasi Guru Tentang Maiyah Tips & Trik
Pejalan Sunyi

Followers

Pejalansunyi.id berusaha berbagi informasi yang bermanfaat. Jika ada ide, kritik, atau saran, silahkan hubungi kami dengan kontak berikut. Salam!

Name Email Address important Content important

Reportase Maiyah

Contact Form

Name

Email *

Message *

Artikel Random

Memuat...
Copyright © Pejalan Sunyi
Template by Arlina Design